Tempat sentral yang berhirarki 3 (K3) dalam teori heksagonal Christaller merupakan situasi

Perkembangan ilmu tentang geografi khususnya lokasi  terus berkembang sampai saat ini, namun salah satu teori lokasi terkenal adalah Teori Tempat Sentral atau Central Place Theory yang dikemukakan oleh Walter Christaller. 

Penentuan lokasi pemukiman, pusat kegiatan, proyek, pelayanan dan lain-lain merupakan persoalan untuk pelaku industri. Baca juga: Stalaktit atau stalagmit?

Walter Christaller adalah seorang geografi Jerman (1933) yang mengemukakan central place theory . Tempat yang sentral diasumsikan sebagai tempat yang memberikan peluang kepada manusia yang jumlahnya maksimum untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan maupun sebagai pihak yang dilayani. 

Tempat semacam itu digambarkan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk geometrik heksagonal yang memiliki kawasan pengaruh yang luas terhadap tempat-tempat di sekitarnya. Baca juga: Geografi Negara Indonesia

Tempat sentral memiliki hierarki pengaruh yang dibedakan menjadi K 3, K 4 dan K 7. Kawasan tempat sentral K 3 merupakan hasil dari kawasan sentral (1) ditambah dengan 1/3 bagian dari kawasan tetangga yang berada dalam pengaruh tempat sentral tersebut. K 3 merupakan hierarki tempat sentral pada kasus pasar optimum. 

K 4 merupakan kawasan pengaruh 1/2 dari enam kawasan tetangga ditambah kawasan sentral (1). K 4 merupakan hierarki tempat sentral pada situasi lalu lintas optimum. K 7 merupakan kawasan pengaruh terhadap 6 kawasan tetangganya. K 7 disebut juga sebagai tempat sentral situasi administratif optimum. Sumber: is.mendelu.cz

Memperhatikan hierarki K di atas maka untuk membangun dan menentukan lokasi pasar berdasarkan asas pemasaran maka sekurang-kurangnya lokasi pasar tersebut harus ada pada kawasan yang diharapkan memiliki pengaruh dalam kegiatannya terhadap partisipasi penduduk 1/3 dari enam kawasan tetangganya. Untuk keberhasilan lokasi tadi, wajib diperhatikan jalan dengan alat angkutannya dan  tempat parkir bagi pendatang. Baca juga: Geografi Islandia

Tempat sentral yang berhirarki 3 (K3) dalam teori heksagonal Christaller merupakan situasi
Tempat sentral yang berhirarki 3 (K3) dalam teori heksagonal Christaller merupakan situasi

Tempat sentral yang berhirarki 3 (K3) dalam teori heksagonal Christaller merupakan situasi

Selanjutnya luas pengaruh pasar sebagai tempat yang sentral bergantung pada jenis pasar tersebut dan jenis serta volume barang yang diperdagangkan. Luas kawasan pengaruh pasar bahan pangan akan berbeda dengan pasar modal atua uang. Tempat sentral pada kasus hierarki lalu lintas optimum dapat dijadikan landasan untuk membangun dan menentukan terminal atau stasiun. 

Perhitungan lokasi terminal kendaraan berdasarkan asas lalu liintas sekurang-kurangnya harus memiliki kawasan pengaruh 1/2 dari enam kawasan tetangga. Dengan demikian penentuan lokasi ini harus ada pada tempat yang mudah dijangkau oleh para pemakai angkutan umum yang secara sentral memiliki radius relatif sama ke segala arah. Baca juga: Geografi Catalonia Spanyol

Pusat kegiatan adminstratif pemerintahan (kecamatan, kota, ibukota) memiliki kawasan pengaruh yang lebih luas daripada pasar dan lalu lintas. Oleh karena itu lokasinya wajib diperhitungkan secara matang. Kawasan K 7 ini memiliki daya akomodasi yang tinggi, lokasinya harus mampu menjangkau dan dijangkau kawasan yang di bawah kekuasaannya. Lokasi tersebut harus bisa dijangkau oleh berbagai rute angkutan umum. 

Dengan dmeikian baik dalam mengelola maupun dalam melayani kepentingan masyarakat di kawasan tersebut tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Untuk menetukan lokasi pusat administrasi pemerintahan, analisa lokasi memiliki nilai strategis. Pusat pemerintahan merupakan pusat pembangunan dan lokasi yang tepat akan memudahkan pengembangan wilayah ke depannya.  Baca juga: Ekosistem bioma air tawar

Baca juga:  


Angin fohn dan dampaknya
Konsep trickle down effect pembangunan wilayah
Sumber: Geografi Pembangunan. Nursid Sumaatmadja.

     Walter Christaller (1933) dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota merupakan pusat daerah yang produktif. Dengan demikian apa yang disebut tempat sentral adalah pusat kota. Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economics atau ekonomi skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan kota yang lebih kecil. Artinya, kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang ada pada kota besar. 

     Asumsi-asumsi dalam penyusunan teori oleh Christaller:

  1. Konsumen menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat dinyatakan dalam biaya dan waktu.
  2. Jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
  3. Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat untuk mendapatkan barang dan jasa.
  4. Kota-kota berfungsi sebagai tempat pusat bagi wilayah sekitarnya.
  5. Wilayah tersebut adalah dataran yang rata, mempunyai cirri-ciri ekonomis sama dan penduduknya juga tersebar secara merata.

    Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range (jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan threshold (ambang) adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang. Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Tempat sentral yang berhirarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.
  2. Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur lalu lintas yang paling efisien.
  3. Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya.

     Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri berikut :

  1. Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama.
  2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).
  3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.
  4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

    Penjelaskan model Christaller tentang terjadinya model area pelayanan heksagonal adalah sebagai berikut :

Tempat sentral yang berhirarki 3 (K3) dalam teori heksagonal Christaller merupakan situasi
Model Pelayanan Heksagonal Christaller
  1. Mula-mula terbentuk area pelayanan berupa lingkaran-lingkaran. Setiap lingkaran memilik pusat dan menggambarkan threshold. Lingkaran-lingkaran ini tidak tumpang tindih seperti pada (gb. A)
  2. Kemudian digambarkan lingkaran-lingkaran berupa range dari pelayanan tersebut yang lingkarannya boleh tumpang tindih (gb. B)
  3. Range yang tumpang tindih dibagi antara kedua pusat yang berdekatan sehingga terbentuk areal yang heksagonal yang menutupi seluruh dataran yang tidak lagi tumpang tindih (gb. C).
  4. Tiap pelayanan berdasarkan tingkat ordenya memilik heksagonal sendiri-sendiri. Dengan menggunakan k=3, pelayanan orde I lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde II. Pelayanan orde II lebar heksagonalnya adalah 3 kali heksagonal pelayanan orde III, dan seterusnya. Tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagona yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih, tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih (gb. D).


Page 2

Home About Me Healthy Life Islam Corner