Siapakah kritikus seni rupa dari Indonesia?

Karya lukisan Sindoedarsono Sudjojono © Dictio Community

Penulis: Ega Krisnawati

#Writingchallenge#Inspirasidarisekitar#Negerikolaborasi

Siapa yang sudah tahu siapa bapak seni lukis Indonesia? Tepat! Ialah Sindoedarsono Soedjojono, begitu nama lengkap pria kelahiran Kisaran, Sumatra Utara yang lahir tahun 1913. Pria dengan nama panggilan “Djon” ini dikenal sebagai bapak seni lukis modern Indonesia.

Dengan diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.

Biografi bapak seni lukis Indonesia

Siapakah kritikus seni rupa dari Indonesia?

Siapakah kritikus seni rupa dari Indonesia?

Profil Sindoedarsono Soedjojono | Foto: Tirto.id

Baca Juga: Mengenal 4 Pematung Indonesia yang Karyanya Mendunia

Soedjojono terlahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan Marijem, seorang buruh perkebunan. Lalu, ia dijadikan anak angkat oleh seorang guru Hollandsch Inlandsche School (HIS), Joedhokoesoemo.

Menurut laman Tirto.id, oleh bapak angkat inilah, Djono diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925 silam. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.

Di Yogyakarta itulah Djon sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioyi Yazaki.

Djon sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.

Namun Djon memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).

Oleh karena itu, Djon pun dikenal sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, Djon juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia.

Siapakah kritikus seni rupa dari Indonesia?

Karya Sindoedarsono Soedjojono | Foto: Dictio

Karya lukisan S. Sudjojono dikenal memiliki ciri khas kasar, goresan, dan sapuan kuas bagai dituang begitu saja ke kanvas. Dikutip dari laman Mural Medan, karya lukisan Djono objeknya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia dan diekspresikan secara jujur dan apa ke dalam bentuk lukisan.

Selain menjadi pelukis dan dikenal sebagai Bapak Seni Lukis Modern Indonesia, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama Indonesia.

Maka dari itu, tidak jarang Djono dianggap memiliki jiwa nasionalis yang tinggi. Hal ini terlihat ketika kritikan-kritikannya pada lukisan-lukisan Basoeki Abdullah hanya bernuansakan keindahan alam Indonesia dan sebatas pemuas pesanan pasar para turis.

Atas jiwa nasionalisnya yang tinggi, di awal tahun 50an, ia pernah bergabung bersama Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) dan turut menjadi kader dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). Selain itu, ia juga sempat menjadi wakil partai di parlemen.

Baca juga: Kisah Juru Parkir, Bisnis yang Menggiurkan

Namun, Djon tidak bertahan lama di LEKRA, di tahun 1957. Pasalnya, ia dipecat dari partai dan juga Lembaga Kebudayaan Rakyat, dengan alasan resmi pelanggaran etik partai karena ketidaksetiaan kepada keluarga ataupun istrinya.

Karya paling besar yang dikerjakan Djono ialah pesanan Pemerintah DKI Jakarta untuk melukis penyerangan Sultan Agung ke Batavia pada 1974. Dilansir dari laman Indonesia.go, lukisan itu berukuran raksasa, yaitu 10 x 8 meter persegi.

Berjudul ''Pertempuran antara Sultan Agung dan Jan Pieterszoon Coen'', lukisan ini merupakan pesanan dari Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, sebagai bagian dari peresmian Museum Fatahillah di tahun 1974.

Dia ingin lukisan itu bukan saja menjadi lukisan yang besar, tapi juga bisa dipertanggungjawabkan dari sisi sejarah dan ilmu. Djono melakukan riset mendalam.

Bahkan, ia pergi ke Belanda untuk memastikan bagaimana bentuk baju prajurit Belanda dan muka JP Coen. Djono hanya membutuhkan waktu selama satu tahun untuk menyelesaikan lukisan tersebut. Betapa bangganya Indonesia memiliki bapak seni lukis seperti Sindoedarsono Soedjojono.*

Referensi: Tirto.id | Mural Medan | Indonesia.go

Sindoedarsono Soedjojono (lahir di Kisaran, Sumatra Utara 14 Desember 1913 – meninggal di Jakarta 25 Maret, 1985)[1] beliau merupakan pelukis legendaris di Indonesia.[2] Dengan diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah seniman pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia memperkenalkan jiwa ketok atau "jiwa tampak" sebagai identitas seni Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.

Siapakah kritikus seni rupa dari Indonesia?
Sindoedarsono Sudjojono
ꦱꦶꦤ꧀ꦢꦸꦢꦫ꧀ꦩꦱꦸꦗꦪꦤ
LahirSindudarsono Sudjojono
14 Desember 1913
Kisaran, Hindia BelandaMeninggal25 Maret 1985(1985-03-25) (umur 71)
Jakarta, IndonesiaSebab meninggalLung cancerMakamTPU Pondok Rangon, Jakarta, IndonesiaKebangsaanIndonesiaNama lainPak DjonWarga negaraIndonesiaPendidikan
  • Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Tebing Tinggi.
  • Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Jakarta.
  • SMP Cimahi, Bandung.
  • SMA di Perguruan Taman Siswa, Yogyakarta.
  • Belajar montir.
  • Belajar melukis kepada Raden Mas Pirngadie.
  • Belajar melukis kepada Chioyi Yazaki.
Pekerjaan
  • Guru Taman Siswa Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.
  • DPR RI Partai Komunis Indonesia, 1956-1957.
Organisasi
  • Lembaga Kebudayaan Rakyat.
  • Persatuan Ahli Gambar Indonesia.
  • Seniman Indonesia Moeda (SIM) di Madiun, Jawa Timur, 1946.
  • S.Sudjojono Center.
Dikenal atasBapak Seni Rupa Modern IndonesiaKarya terkenal
  • Di Depan Kelambu Terbuka
  • Cap Go Meh
  • Kawan-kawan Revolusi
  • Pengungsi
  • Seko
  • Tetangga
  • Mia Istriku
  • Gerak Baru
Suami/istri
  • Mia Bustam
  • Rose Pandanwangi
Anak
  1. Tedjabayu
  2. Sri Nasti Rukmawati
  3. Watugunung
  4. Sekartunggal
  5. Lanang Daya
  6. Lanang Gawe
  7. Sri Shima
  8. Abang Rahino
  9. Pandanwangi
  10. Germania Menang Djuang
  11. Mariano Dara Putih
Orang tua
  • Sindhudarmo
  • Maridjem
KerabatSiti Aminah (adik angkat)PenghargaanPiagam Anugerah Seni (Indonesia, 1970)

Soedjiojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatra Utara, yang beristrikan Marijem seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Joedhokoesoemo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan sekolah guru di Taman Guru, Perguruan Taman Siswa, Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadi selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioyi Yazaki.

Karier guru

Ia sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.

Pelukis

Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. . Ia juga mendirikan SIM ( Seniman Muda Indonesia) bersama Trisno Sumardjo, Abdul Salam, Sunindyo, Subidio, dan Basuki Resobowo. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai salah satu kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang diekspresikan secara jujur apa adanya.

Pandangan Politik

Berkas:Arian Arifin Wardiman salah satu cucu S. Sudjojono yang mewarisi talenta seninya (foto oleh Arbi Sumandoyo).jpg

Arian Arifin Wardiman atau Arian 13 salah satu cucu S. Sudjojono yang mewarisi talenta seninya (foto oleh Arbi Sumandoyo)

Sebagai seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra, pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde Lama, ia pernah ikut dalam Lekra dan bahkan Partai Komunis Indonesia serta sempat menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada tahun 1957 Ia dipecat dari partai dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada keluarga/istri. Pada tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak untuk pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina Poppeck - seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang kemudian dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.

Pameran

  • Pameran bersama pelukis Eropa di Batavia (1937)
  • Fukuoka Art Museum (Jepang, 1980)
  • Festival of Indonesia (USA, 1990–1992)
  • Gate Foundation (Amsterdam Belanda, 1993)
  • Singapore Art Museum (Singapura, 1994)
  • Center for Strategic and International Studies (Jakarta Indonesia, 1996)
  • ASEAN Masterworks (Kuala Lumpur Malaysia, 1997–1998)
  • Pameran Sketsa dan Peluncuran Buku "Hidup Mengalun Dendang" di Bentara Budaya Jakarta, 6-13 Juni 2017

 

Majalah Horison edisi mengenang S. Sudjojono.

Lukisan:[3][4]

  • "Batavia", - 1937
  • "Rumah di Tepi Laut", - 1938
  • "Di Depan Kelambu Terbuka", - 1939
  • "Tjap Go Meh", 1940 - cat minyak di atas kanvas - 73 x 51cm
  • "Ibuku", 1955 - cat minyak di atas kanvas - 60 x 39cm
  • "Ros Pandan Wangi Istriku", 1959 - cat minyak di atas kanvas - 120 x 85cm
  • "Potret Diri", - 1941
  • "Ibu Menjahit", 1944 - cat minyak di atas kanvas - 55,5 x 71cm
  • "Sayang Aku Bukan Anjing", - 1944
  • "Pengungsi", - 1947
  • "Di dalam Kampung", - 1952
  • "Potret Pejuang", 1953 - 39 x 28 x 50cm
  • "Potret Pertama Istri Saya", - 1956
  • "Pak Wakijo Memahat", - 1956
  • "Pemandangan Desa", - 1956
  • "Orang-Orang Berlalu", - 1967
  • "Pantai Bali", 1974 - cat minyak di atas kanvas - 100 x 140cm
  • "Pura Satria", 1960 - cat minyak di atas kanvas - 96 x 100cm
  • "Cap Go Meh",1963 - cat minyak di atas kanvas - 73 x 51cm
  • "Parodi", - 1974
  • "Pelawak", - 1975
  • "Ulah Raja Berana", - 1982
  • "Maya Sweet Seventeen", - 1983
  • "Sesudah Restorasi", - 1984

Buku:

  • Seni lukis, kesenian, dan seniman (1946)
  • Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya (2017)
  1. ^ Tokoh Indonesia (8 Mei 2005). "Sindudarsono Sudjojono [Bapak Seni Lukis Indonesia Modern]". tokoh.id. Diakses tanggal 28 Februari 2022. 
  2. ^ "Pelaku Seni | S Sudjojono". arsip.galeri-nasional.or.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-13. Diakses tanggal 2018-08-13. 
  3. ^ "Arsip Galeri Nasional Indonesia | Karya Pelaku Seni - S Sudjojono". arsip.galeri-nasional.or.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-28. Diakses tanggal 2018-10-28. 
  4. ^ Yuliman, Sanento (2019). Estetika yang Merabunkan: Bunga Rampai Esai dan Kritik Seni Rupa 1969—1992. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. ISBN 978-979-1219-12-9.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • PeluncuranT Diarsipkan 2010-06-09 di Wayback Machine. okoh Indonesia.com:Djon Home Bapak Seni Lukis Indonesia Modern Diarsipkan 2010-06-09 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) Apa Siapa S. Sudjojono PDAT Diarsipkan 2007-03-13 di Wayback Machine.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=S._Sudjojono&oldid=21578005"