Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam wayang

Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Oleh karena itu wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia.

Diperkirakan wayang mulai dikenal dan berkembang di Nusantara sejak 1500 SM sebagai bagian ritual. Nenek moyang kita percaya bahwa roh atau arwah orang yang meninggal tetap hidup dan bisa memberi pertolongan pada yang masih hidup. Karena itu roh-roh tersebut lantas dipuja dengan sebutan “hyang” atau “dahyang” yang diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Dari sinilah asal usul pertunjukkan wayang, walaupun masih dalam bentuk yang sederhana.

Dalam perkembangannya, fungsi wayang sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang juga mengalami perkembangan. Saat periode HinduBuddha di Indonesia, cerita Ramayana dan Mahabarata berkembang pesat dengan penambahan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut yang berakulturasi dengan budaya masyarakat setempat.

Kemudian muncul pula cerita Panji yang berasal dari era Kerajaan Kadiri atau periode klasik di Jawa yang menceritakan tentang kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utamanya yaitu Raden Inu Kertapati atau Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana. Cerita ini mempunyai banyak versi, dan telah menyebar di beberapa tempat di Nusantara, termasuk di antaranya Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar dan Filipina. Cerita dalam penampilan wayang tidak menutup kemungkinan untuk menampilkan kisah-kisah lain di luar cerita-cerita klasik.

Pada mula awal penyebaran agama Islam, wayang dijadikan media dakwah dengan penambahan tokoh-tokoh, pengembangan cerita, termasuk penyesuaian jalan cerita sehingga tidak bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan, pada era yang lebih modern, wayang lantas digunakan sebagai media propaganda politik.

Seiring perkembangan zaman, wayang tetap bertahan hidup dan terus mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh agama, serta nilai-nilai budaya yang masuk dan berkembang di Indonesia. Proses akulturasi ini berlangsung sejak lama sehingga seni wayang memiliki daya tahan dan daya kembang tinggi.

Peran Dalang dalam Pewayangan
Dalam setiap pertunjukkan, wayang sebagai seni budaya selalu menampilkan kemampuan sebagai tontonan, tatanan dan tuntunan. Bisa jadi, ini karena selama berabad-abad wayang telah menjadi simbol kehidupan manusia (wewanyangane ngaurip), kisah manusia dari lahir sampai mati.

Sebuah seni pertunjukan wayang biasanya didukung oleh beberapa pendukung pertunjukan. Dalang ialah aktor utama dalam pertunjukan wayang. Dalang berperan sebagai sutradara, pemimpin jalannya pertunjukan, sekaligus memainkan seluruh gerak peraga tokoh wayang yang ditampilkan.

Selama pertunjukan dalang dibantu oleh Juru Kawih yang berperan sebagai vokalis untuk mengiringi pertunjukan wayang. Selain itu, dalang secara khusus dibantu oleh seorang asisten yang bernama Condoli, ia bertugas sebagai pembantu dalam membawa dan mengambil wayang yang dibutuhkan dalang dan menyimpannya sehingga perubahan tokoh yang dimainkan dalam setiap adegan berjalan lancar. Pertunjukan wayang juga diiringi oleh irama musik gamelan yang terdiri dari seperangkat alat musik antara lain: rebab, gendang, saron, bonang, ketuk gambang, penerus, jengglong, dan goong. Seni pertunjukan wayang diawali oleh narasi dalang mengenai gambaran awal atau tema yang akan dibawakan dalam pertunjukan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan dialog antara tokoh-tokoh wayang yang dibawakan oleh seorang dalang.

Hari Wayang Nasional
Wayang merupakan seni edipeniadiluhung, artinya seni yang selain indah juga mengandung nilai-nilai keutamaan hidup. Inilah yang membuat UNESCO menetapkan wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003, dan kemudian masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO untuk kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity dengan judul The Wayang puppet theater tertanggal 4 November 2008.

Melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2018, tertanggal 17 Desember 2018, Pemerintah telah menetapkan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional (HWN).

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid mengatakan Presiden Joko Widodo langsung menandatangani Keputusan Presiden tentang penetapan Hari Wayang Nasional di hadapan para perwakilan budayawan dan seniman di Istana Merdeka.

Hilmar menjelaskan, penetapan Hari Wayang Nasional berasal dari usulan masyarakat, ekosistem komunitas pewayangan Indonesia melalui Senawangi (Sekretariat Nasional Wayang Indonesia) yang kemudian dihantarkan oleh Kemendikbud, Kementerian PMK dan Setneg.

Wayang adalah wewayanganing ngaurip, artinya wayang adalah refleksi kehidupan. Nilai-nilai intangible wayang seperti memayu-hayu bawana (membuat tatanan dunia yang damai), jiwa ksatria, budi luhur, kesempurnaan hidup, harmoni adalah falsafah Timur yang bisa dikaji untuk memperkaya falsafah Barat.

Keinginan agar pemerintah segera menetapkan sebuah momentum agar masyarakat pewayangan bisa memperingati hari wayang sudah lama diwacanakan. Penetapan Hari Wayang Nasional adalah momentum puncak kesadaran, persatuan, kecintaan masyarakat wayang Indonesia dalam melestarikan, mengembangkan dan mengkaji wayang dalam sumbangsihnya untuk mewujudkan kebudayaan nasional yang dinamis dan modern. Penetapan Hari Wayang Nasional ini diharapkan menjadi pemicu masyarakat pewayangan untuk meningkatkan apresiasi sekaligus menjadi sarana untuk pembentukan jati diri dan karakter bangsa.

Penyebaran Wayang
Tidak kurang dari 100 jenis wayang tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Wayang kulit Purwa berkembang pesat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Wayang golek Sunda berkembang di Jawa Barat, wayang kulit Parwa di Bali. Selain itu wayang juga berkembang di Nusa Tenggara Barat dengan sebutan wayang Sasak, lalu ada Wayang Banjar di Kalimantan Selatan, Wayang Palembang di Sumatera Selatan.

Tercatat 60 jenis wayang dalam data WBTb Indonesia antara lain, Wayang Garing, Wayang Beber Kyai Remeng, Wayang Beber Pacitan, Wayang Kulit Betawi, Wayang Suket, Wayang Thengul, Wayang Wong Mataraman, Wayang Wong Sriwedari, Dramatari Wayang Wong, Wayang Sampir, Wayang Catur, Wayang Pantun, Wayang golek Cepak Indramayu, Wayang Golek Lenong betawi, Wayang Topeng Tengger, Wayang Gung, Wayang Menak Sasak, Wayang Ajen, Wayang Ceplak, Wayang Kulit Majalengka, Wayang Landung, Wayang Parwa, Wayang Sapuh Leger, Wayang Wong Parwa, Wayang Kulit Sekar Kedaton, Wayang Mbah Gandrung, Wayang Rai Wong, Wayang Wong Topeng, Wayang Kancil, Wayang Orang Ngesti Pandowo, Wayang Potehi, Wayang Obrol, Wayang Krucil, Wayang Timplong, Wayang Topeng Malang, Wayang Golek Lebak, Wayang Golek Blora, Wayang Apem, Wayang Gandrung, Wayang Kulit Banjar, dan Wayang Sukadana. (RYK)

Sumber: Undung Wiyono, Direktorat Kesenian dan Subdit Warisan Budaya Takbenda Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya

Penelitian ini menjelaskan tentang asal usul dan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan wayang topeng “Sri Kresna. Kebudayaan wayang ini merupakan salah satu pertunjukan wayang yang cukup terkenal di daerah Kabupaten Bondowoso dan sama halnya dengan kesenian tradisional Latar belakang penulis memilih penelitian tentang Wayang Topeng “Sri Kresna” ini supaya penulis dapat memperkenalkan salah satu kebudayaan yang ada di Bondowoso. Selain itu, seperti yang kita tahu, generasi muda saat ini banyak yang beranggapan bahwa pertunjukan wayang topeng hanyalah untuk hiburan semata. Mereka tidak memahami bahwa ternyata di dalam pertunjukan wayang topeng tersebut mengandung banyak nilai-nilai positif yang dapat kita pelajari dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. ”. Contoh dari nilai-nilai tersebut misalnya, nilai kebenaran, kepahlawanan, solidaritas , nilai moral, nilai kejujuran dan lain sebagainya. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka wayang topeng ini dapat dijadikan sebagai media pendidikan. Oleh karena itu, Wayang Topeng ini harus kita jaga dan kita kembangkan sebagai salah satu bentuk kebudayaan Indonesia. Jenis penelitiannya menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.. Wayang Topeng ini dinamakan Wayang topeng “Sri Kresna” karena Ki Dalang dari wayang ini sangat menyukai tokoh pewayangan yang bernama “Prabu Sri Kresna”.


Kata Kunci: Nilai-nilai, Pertunjukan Wayang Topeng Sri Kresna

Bahwa masusia adalah mahluk yang diciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaannya, memiliki akal dan budi. Untuk menimbang dan menentukan pilihan mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak seperti hewan yang hanya hidup berdasarkan insting semata, tidak lebih. Sejatinya manusia diciptakan tak ada yang sia-sia, semua ada peranannya dan ada porsinya masing-masing.

Juga pada suatu bangsa, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Dalam hal ini seorang pemimpin mempunyai peran sebagai imam dalam suatu bangsa, mengayomi rakyatnya, mendengarkan suara rakyatnya, mensejahterahkan kehidupan rakyatnya, dsb.

Tapi apa yang dilakukan para pemimpin dan pengurus bangsa ini, yang seenaknya merampas hak milik rakyatnya tanpa ia sadari bahwa Tuhan telah memberikan porsi kehidupan mahluk yang ada di alam semesta ini dengan seadil-adilnya.

“Inilah bangsa kita, bangsa krisis hati dan moral. Bangsa yang tak pernah mau bersyukur akan segala kekayaan sumber daya alam yang telah Tuhan berikan untuk Indonesia”

Manusia perlu menanamkan dalam diri enam nilai-nilai universal pada filosofi wayang sebagai pondasi kehidupan. Bahwa manusia harus memiliki rasa Empati, Kejujuran, Keadilan, Saling Menghargai, Tanggung Jawab dan Loyal Terhadap Negara.

Enam nilai universalal yang terdapat pada filosofi wayang itu meliputi:

1.Empati (Caring)

Artinya setiap mahluk yang hidup di bumi ini haruslah memiliki sikap empati kepada semua mahluk, baik kepada manusia lain, tumbuhan, atau sama hewan sekalipun. Karena sikap empati akan menjadikan seseorang menjadi peka terhadap kehidupannya dan kehidupan orang lain juga untuk menciptakan hidup damai serta selaras.

2.Kejujuran (Trustworthiness)

Alangkah indahnya hidup jika setiap manusia menanamkan rasa kejujuran dalam diri, mungkin tidak ada korupsi yang saat ini menjadi budaya di bangsa kita. Kata ini mudah diucapkan namun terkadang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan, ada saja kebohongan-kebohongan kecil yang kita lakukan dan tanpa kita sadari kebohongan kecil itu akan menjadi terbiasa dan berujung pada kebohongan besar. “Kejujuran itu terkadang membuat kita sulit, tetapi kesulitan yang lebih besar akan timbul takakala kita ketahuan tidak jujur”.

3.Saling Menghargai (Respect)

Ya. Hidup ini juga akan menjadi tentram jika di antara kita, yang muda terhadap yang tua ataupun sebaliknya, yang tua kepada yang muda saling menghargai satu sama lain. Sikap inilah yang menjadi sebuah suksesnya kehidupan bermasyarakat, karena tidak mengedepankan ego dan ke “aku-an” sehingga akan menciptakan kehidupan yang indah serta kebahagiaan dalam kebersamaan.

4.Tanggung jawab (Responsibility)

Ini juga salah satu sikap yang juga harus ada pada setiap diri manusia, khususnya kepada para pemimpin. Bertanggungjawablah kalian sebelum menanggungnya di akhirat kelak atas segala apa yang kalian lakukan di dunia ini, apalagi sampai merugikan banyak orang dan alam sekitar. Karena mesrusak alam sedikit saja berarti membunuh kehidupan, apakah kita mau dicap sebagai seorang pembunuh? Dalam hal ini bisa kita lihat dari saudara kita yang berada di sekitar galian PT. Lapindo Brantas, mereka tak pernah menyangka bahwa tanah yang mereka pijak dari turun-temurun kini harus lenyap tak tersisa dilahap lumpur dengan jutaan kubik. Rumah, mata pencaharian, sekolah, sampai makam pun harus lenyap. Ironi. Dan jangan keget kalau tingkat pengangguran semakin banyak. HEI PELAKU KEJI PENIKMAT KEKAYAAN BUMI DI SIDOARJO, TANGGUNG JAWAB! JANGAN HANYA BISA MERUSAK, TANGGUNG JAWAB! KEMBALIKAN KEHIDUPAN MEREKA, TANGGUNG JAWAB!

5.Keadilan (Fairness)

Bicara soal kedilan di negara kita sepertinya menjadi hal yang tabu dan menjadi kompleks dari segala persoalan yang ada. Adil itu sudah bisa dibeli dengan uang dan kedilan itu hanya terasa nikmat kepada orang yang berkuasa serta mempunyai uang. Lalu bagaimana rasa keadilan bagi rakyat jelata? Ah pahit sekali. Sepertinya sikap adil itu sudah mulai luntur pada orang-orang di negri ini, khususnya para pemimpinnya. Bisa kita lihat para koruptor, perampas hak milik rakyat, mereka bisa tetap merasakan senang sekalipun di dalam jeruji besi. Tapi tidak untuk rakyat jelata yang mencuri ayam untuk bisa bertahan hidup dari segala gencatan kehidupan, harus merasakan pedih atas ketidakadilan yang diterimanya. Percayalah adil itu sejatinya sebuah sikap atau perilaku yang jika dilakukan tidak ada yang merasa dirugikan, semua mendapatkan porsinya masing-masing.

6.Loyal pada Negara (Citizenship)

Kita juga harus memiliki sikap loyal terhadap negara, walau kita bukan atlet atau pejuang sekalipun. Tapi setidaknya kita bisa melakukan itu dengan cara ikut sama-sama membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungan kita, mengeksplor sumber daya alam yang ada, memanfaatkan, lalu melestarikan. Karena siapa tau akan menghasilkan sebuah dampak positif terhadap masyarakat, bangsa, serta negara. Sehingga kita bisa membantu meringankan beban negara, untuk bisa menuju kehidupan sejahterah.

Alangkah baiknya dari enam nilai universal itu juga dibarengi dengan membangun pondasi keimanan dengan cara menanamkan rasa cinta dan rasa takut kepadaNYA. Karena hal tersebut akan membuat hati kita selalu dipenuhi oleh rahmatNYA dan hati bersih dari segala noda kehidupan.

Jika hati telah bersih, niscahaya segala hal yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang positif dan memberikan kemanfaatan bagi mahluk lainnya. Karena hati yang bersih dapat menjadi kompas kehidupan yang nintinya akan berujung pada hidup yang diridhoiNYA.


Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam wayang

Lihat Pendidikan Selengkapnya