Sebutkan implementasi ilmu kimia dalam bidang pekerjaan lulusan sarjana Teknik industri

Bahan Kimia (Foto: Pixabay/Public Domain Pictures)

Prospek karier bagi mahasiswa sains dan teknologi enggak dipungkiri terus berkembang. Begitu juga untuk lulusan jurusan kuliah Kimia.

Kimia menjadi salah satu jurusan kuliah yang berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, atau biasa disingkat MIPA. Mahasiswa Kimia mempelajari kimia organik, anorganik, biokimia, sampai manajemen laboratorium.

Setelah mempelajari mata kuliah tersebut selama kurang lebih empat tahun, lulusan Kimia bisa menerapkannya di berbagai bidang pekerjaan, lho. Apa saja, ya? Berikut lima di antaranya, seperti dilansir Top Universities.

Ilustrasi peneliti di laboratorium. (Foto: jarmoluk/Pixabay)

Untuk berkarier di bidang ini, bisa kamu mulai dari kampus; menggabungkan penelitian dan akademik, perusahaan farmasi; mengembangkan obat-obatan baru, atau pusat penelitian pemerintah; memastikan layanan kesehatan terus diperbarui. Di Indonesia sendiri, kamu bisa, nih, bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), atau di balai penelitian daerah. Dilansir laman Prospects, secara global lulusan Kimia yang bekerja di bidang ini mencapai 16 persen.

Bahan alami di pabrik Martha Tilaar. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)

Karier di bidang ini menuntut kamu untuk bisa memastikan proses kerja berjalan aman, menyesuaikan hasil kerja dengan kebutuhan lingkungan dan ekonomi, meningkatkan unsur kimiawi untuk tujuan manufaktur, dan menerapkan teknologi dalam produksi. Nah, walaupun lulusan S1 sudah dianggap mampu untuk bekerja di bidang ini, enggak sedikit juga yang mengambil kuliah master atau bahkan doktor untuk peran-peran spesialis. Contoh industri yang butuh lulusan Kimia yaitu, perusahaan tekstil, perusahaan bahan bangunan, perusahaan perminyakan, perusahaan pupuk, perusahaan kosmetika, perusahaan pertambangan, dan perusahaan pertanian. Laman Prospects melansir, secara global lulusan Kimia yang bekerja di bidang ini sebanyak 19 persen.

Ilustrasi kesehatan yang memanfaatkan teknologi. (Foto: Dok. Istimewa)

Biasanya lulusan jurusan kuliah Kimia yang bekerja di bidang kesehatan tugasnya hanya membantu dokter mendiagnosa dan menjelaskan hasil tes pasien. Kalau kamu tertarik di bidang ini, kamu enggak hanya bekerja dengan dokter, tapi juga ahli biokimia, ahli biologi, sampai ahli patologi. Karier di bidang ini lebih mengharuskan kamu bekerja di rumah sakit. Secara global, sebesar 16,6 persen lulusan Kimia berkarier di bidang kesehatan.

Ilustrasi obat-obatan. (Foto: Unsplash)

Enggak cuma jurusan Farmasi, lulusan Kimia juga bisa berkarier di bidang ini untuk merancang, mengembangkan, menganalisis, dan mengevaluasi obat-obatan. Tapi sebelumnya, penting untuk mengasah kemampuan komunikasi, manajemen, sampai matematika dan pemikiran analitis. Kalau tertarik, kamu juga bisa bekerja di BPOM, atau rumah sakit di bagian apotek. Untuk perusahaan swasta di antaranya ada Kalbe Farma, Kimia Farma, Sanbe Farma, dan Mead Johnson. Kembali dikutip dari Prospects, 35 persen lulusan Kimia di dunia menggeluti bidang ini.

Aksi teatrikal di lintasan penyebrangan Sarinah - Bawaslu oleh gerakan masyarakat non partisan #BersihkanIndonesia, Jakarta (20/12). (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)

Lulusan jurusan kuliah Kimia dibutuhkan di sektor hukum, kebijakan, pertahanan, hingga lingkungan. Di hukum misalnya, kamu bisa berkarier di ranah forensik. Sementara untuk ranah lingkungan, kamu bisa terlibat dalam penanganan masalah-masalah lingkungan yang berdampak negatif kepada masyarakat. Untuk lingkungan sendiri, lulusan Kimia bisa bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup, atau Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sebesar 15,8 persen luusan Kimia berkarier di sektor-sektor publik.


Page 2

Wawancara dengan Tedi Hudaya, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.

Di tahun 2021 ini, Program Studi Sarjana Teknik Kimia Unpar tengah mempersiapkan program peminatan baru yaitu Chemical Business Development (CBD). Mengenai keunggulan, manfaat, dan potensi program tersebut, Tim Publikasi berkesempatan berbincang dengan Tedi Hudaya, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D. yang merupakan Kepala Jurusan Teknik Kimia Unpar.

Keberadaan program CBD Unpar didasari oleh sebuah kebutuhan dalam menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi yang baik dan berkualitas. “Hal tersebut berkaitan dengan profil lulusan Sarjana Teknik Kimia yang merupakan suatu gambaran terhadap peran apa yang dapat dilakukan oleh lulusan program studi setelah 1-3 tahun menyelesaikan studinya,” jelasnya. 

Pertama, sarjana teknik kimia yang dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar dan praktis teknik kimia di industri proses maupun di berbagai bidang kerja lainnya secara profesional dengan menjunjung tinggi keluhuran etika dan etos kerja. Kedua, sarjana teknik kimia yang dapat melakukan dan mengembangkan riset yang berkaitan dengan profesinya serta siap melakukan studi lanjut di bidang teknik kimia maupun bidang ilmu terkait.

Yang ketiga adalah sarjana teknik kimia yang dapat bekerja dalam tim serta mengembangkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang efektif dalam lingkup kerjanya maupun di masyarakat. Program peminatan CBD ini secara khusus dapat mendukung dan memperkuat profil lulusan Sarjana Teknik Kimia dalam profil ketiga, sehingga lebih mampu lagi untuk bekerja sama lintas bidang keilmuan, khususnya dalam bidang pengembangan bisnis kimia.

Kesempatan Kerja

“Benefit yang akan didapatkan oleh para lulusan adalah memiliki kesempatan kerja yang lebih luas di samping tentunya dalam bidang terkait erat dengan teknik kimia yang menjadi kompetensi utama mereka,” ungkap Tedi. Selain dapat bekerja sebagai insinyur proses, konsultan, research and development, peneliti, dosen, technical executive sales marketing (alat atau pun bahan), analis kredit untuk pabrik kimia dan sejenisnya, lulusan dari program peminatan CBD ini juga dapat memiliki karier lain.

Contoh pertama adalah Business developer di industri kimia (terutama di bidang fine/speciality chemicals, Fast Moving Consumer Goods, dan lain-lain). Lulusan dapat pula berperan sebagai integrator (“jembatan”) antara bagian product development dengan bagian marketing/finance/supply-chain management dalam usaha/bisnis berbasis produk kimia. Dan tentu saja, lulusan CBD Teknik Kimia dapat membuka usaha/bisnis sendiri (entrepreneur) yang berbasis produk kimia

Lalu, mungkinkah seorang lulusan Teknik Kimia dapat menciptakan usahanya sendiri? “Iya sangat mungkin,” tegas beliau, “dan sudah ada alumni/lulusan teknik kimia Unpar menjadi wirausahawan.” Peran mereka sebagai wirausahawan teknik kimia terlihat dalam bisnis berbasis produk kimia dan juga mengembangkan bisnis dan/atau produk dalam perusahaan (nasional maupun multinasional) yang sudah mapan.  

Adapun model bisnis yang umumnya digunakan antara lain dengan melayani pesanan produk yang spesifik (customised) sesuai dengan kebutuhan pengguna berdasarkan riset singkat untuk modifikasi produk yang sudah ada di pasaran dengan harga yang kompetitif.  Selain itu, ada juga alumni yang dapat membuat perancangan pabrik untuk membuat produk baru yang didorong oleh adanya permintaan yang makin meningkat, dengan harga kompetitif dan kualitas yang unggul.  

“Model bisnis lain yang sering dipergunakan adalah model B2B (business to business),” kata Tedi menambahkan. Ia memisalkan, adanya alumni yang terjun dalam pengembangan / produksi chemicals dengan customized properties karena ada kebutuhan yang khusus / spesifik dari klien dengan kontrak berjangka waktu tertentu.

Kompetensi 

Tentunya, menghadirkan suatu program peminatan baru perlu persiapan yang matang, menyesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan. Tedi menjelaskan bahwa hal ini dilakukan dengan pertimbangan dari berbagai pihak. “Kami mengundang para alumni yang bergerak di bidang pengembangan bisnis kimia,” ujarnya. Mereka yang diundang merupakan intrapreneur (staf dalam perusahaan yang ditugaskan mengembangkan ide/project bisnis yang inovatif) maupun entrepreneur (wirausahawan). 

Alumni bersama Teknik Kimia Unpar kemudian bersama-sama memikirkan kompetensi-kompetensi dasar yang akan diperlukan selain juga menimbang persyaratan minimal kurikulum prodi sarjana Teknik Kimia berdasarkan SN-DIKTI, akreditasi BAN-PT, maupun akreditasi internasional IABEE.  “Setelah bertemu dengan cukup banyak alumni dalam FGD (Focus Group Discussion) sebanyak 3 kali,” lanjutnya, “kami dapat merumuskan kompetensi-kompetensi utama yang harus diberikan dalam kurikulum peminatan CBD.” 

Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu Marketing (basic & digital), Intro to SCM (Supply Chain Management) & Logistics, Pengembangan Model Bisnis, Money Management, Riset dan Analisa Pasar (termasuk pengantar data science). Selain itu, ada pula beberapa kompetensi yang sifatnya optional/memperkaya yaitu : B2B Marketing, Inventory Management, People Management, Risk Management, Pengantar Data Science, Komunikasi & Negosiasi.

Selain melalui perkuliahan, kompetensi yang diharapkan juga akan dicapai melalui serangkaian pelatihan/workshop yang sudah terencana dan terstruktur, dengan mengundang para alumni, praktisi dan pakar di bidang masing-masing.  Pelatihan/workshop yang penting untuk diberikan adalah komunikasi bisnis, public speaking & presentation skills, hukum dan peraturan bisnis.  Selain itu, mahasiswa juga akan didorong dan difasilitasi untuk mengikuti studi pabrik, kuliah lapangan dan international product expo, untuk memperkaya wawasan dan menambah pengalaman untuk para mahasiswa.

Harapan

Mewakili Teknik Kimia Unpar, beliau berharap bahwa dengan adanya program peminatan CBD sebagai bagian dari Prodi Sarjana Teknik Kimia, sebagian dari lulusan Teknik Kimia Unpar dapat memilih karir menjadi intrapreneur, atau bahkan entrepreneur, dalam bidang bisnis kimia.  “Hal ini seiring dengan tujuan dari pembentukan program peminatan Chemical Business Development (CBD),” ujarnya. 

Tujuan tersebut antara lain memperkuat positioning dan kekhasan Program Studi Teknik Kimia UNPAR, menyesuaikan kebutuhan dunia kerja berdasarkan profil lulusan, mendukung pengembangan Prodi Magister Teknik Kimia UNPAR, yang memiliki konsentrasi Manajemen Teknologi Proses, serta mendorong mahasiswa untuk membuka peluang bisnis/entrepreneurship yang dapat meningkatkan golongan/kelompok ekonomi menengah dan mensejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia. (DAN – Divisi Publikasi. Sumber: Wawancara Daring dengan Tedi Hudaya, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.)