Resensi novel boy candra pada senja yang membawamu pergi

Resensi novel boy candra pada senja yang membawamu pergi

Judul : Pada Senja yang
Penulis : Boy Candra
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Pertama)
Jumlah Halaman : viii + 248 hlm.

Blurb :

Apakah kau ingat saat kita berjanji untuk saling membahagiakan?

Katamu, setiap perasaan yang tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, cinta saja belum cukup menyatukan mimpi yang berbeda di antara kita. Dan, menepati janji ternyata tak semudah mengucapkannya.

Apakah kau juga tahu bahwa kenangan bersamamu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu perasaan pun yang mampu kusembunyikan ketika mengingatmu.

Namun, aku sadar. Harapan-harapan yang dulu sempat memudar, harus kubangun lagi dan kumulai. Bukankah tak salah bila aku ingin mengulang rasa yang dulu pernah ada? Meski kutahu, rasa itu tak akan benar-benar sama.

Karena, cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada yang rapuh.

Review                        :

Hallo. It’s my first time for write a review.

Sebenarnya kesukaan untuk membaca novel sudah lama sekali, bahkan sejak beberapa tahun silam. Dan, ini adalah langkah pertama saya untuk melakukan review terhadap sebuah novel. Meski sebelumnya sudah pernah mereview beberapa tulisan pendek di sebuah blog.

Berbekal rasa penasaran, dan motto hidup yang selalu ingin mencoba hal baru Maka saya mencoba untuk melakukaannya.

Dengan ditemani hujan di luar sana, sekaligus iringan lagu EXO dari album XOXO, hehe … karena kebetulan lagi pengen nostalgia. Jadi, saya mulai menuliskannya, sedikit review abal-abal ala saya.

Pertama, tidak banyak alasan saya membeli novel Pada Senja yang Membawamu Pergi. Karena dari beberapa hari sebelumnya, saya memang sedang menginginkan membeli salah satu novel karya Boy Candra. Dan, jujur, ini adalah novel pertama dari Boy Candra yang saya beli, meski saya tahu sudah banyak karya tulis Boy Candra yang lain. Selain itu, juga karena alasan penerbitnya, ya, saya sangat menyukai semua novel terbitan GagasMedia tanpa melirik siapa penulisnya.

Saya sudah mengenal Boy Candra, jauh sebelum novel Pada Senja yang Membawamu Pergi ini lahir. Saya suka, dengan tulisan-tulisan pendek berisikan kalimat-kalimat patah hati yang biasa diposting di IG-nya. Dari situ, saya merasakan kecocokkan dengan gaya penulisan Boy Candra yang sarat akan makna keindahan sebuah kalimat.

Kembali ke Pada Senja yang Membawamu Pergi.

Novel ini bercerita mengenai seorang mahasiswa tingkat akhir yang bernama Gian Arianto. Dan, juga ketiga sahabatnya yang digambarkan jelas memiliki watak dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ada Randi, Andre dan Putri.

Di awal cerita, kita sudah disambut dengan rasa patah hati yang dialami Gian karena kekasihnya yang minta putus karena merasa ketidak cocokkan selama ini. Di saat Gian membutuhkan banyak semangat untuk menyelesaikan skripsi, dia harus terpuruk karena hal tersebut.

Ketika didera hati yang gundah gulana, Gian masih memiliki tiga sahabat yang begitu menyayanginya, memperhatikan dan mempedulikannya. Namun, waktu demi waktu, sahabatnya mulai pergi satu per satu, bukan karena sebuah permusuhan. Melainkan, karena tugas kuliah mereka yang sudah selesai, alias diwisuda.

Gian masih berjuang dengan skripsinya yang maju mundur. Hingga akhirnya dia dipertemukan lagi, oleh sosok gadis pemilik nama Aira.

Disini Gian jatuh cinta pada pandangan pertama. Pengalaman di masa lalu, tidak membuat dia buru-buru untuk menyatakan cinta pada Aira. Tapi, karena itu, Gian sempat menyesal ternyata kebahagiaannya bersama Aira hanya sekejap, karena gadis itu harus menuntut ilmu di luar Negeri.

Rupanya, Gian tak patah arah, dia terus berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya dan di dalam hati ia terus berkeyakinan suatu hari cintanya kepada Aira pasti akan dipertemukan.

Novel ini mengajarkan, bahwa urusan hati jangan sampai membuat pendidikan dan sebuah pencapaian kita hancur. Cinta harusnya mampu membuat kita untuk terus memantaskan diri.

Banyak makna yang tersirat dari novel ini. Tulisan Boy Candra sangat ringan dan mudah untuk dipahami. Selain itu, novel ini memaparkan jelas suasana Sumatera. Mulai dari bahasa sehari-hari, makanan dan beberapa tempat wisata; salah satunya Panorama Sitinjau. Setiap kali membaca novel yang memaparkan daerah wisatanya, saya selalu membenarkan bahwa ‘buku adalah jendela dunia’.

Berikut adalah beberapa kalimat sarat makna (quotes) dari Pada Senja yang Membawamu Pergi, yang menurut saya sangat menarik :

  • “Kadang, kita memang harus belajar melupakan. Bukan karena nggak cinta, melainkan karena kita tahu cinta nggak pernah bisa tumbuh di hatinya.” –Putri
  • Bahwa urusan hati tidak seharusnya merusak prestasi dan pendidikanmu. –Gian
  • Pertemuan yang dibangun dengan kisah-kisah yang kuat akan menjadikan perpisahan terasa berat. –Gian
  • “Hitam adalah kekuatan, bahwa tak selamanya gelap itu menakutkan.”—Aira
  • Kadang kita harus berpikir lebih luas tentang impian kita. Sesuatu yang ingin kita raih sesungguhnya. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang kita cintai. –Aira
  • Aku pun kemudian menyadari, membeli buku asli adalah cara menghargai hidupku sendiri. Dan, sangat menyedihkan jika hasil usaha mereka (Penulis Indonesia) kita bunuh dengan membeli buku bajakan. –Gian
  • “Mimpi itu hanya bunga tidur dan selesai saat kamu terbangun. Sedangkan impian adalah harapan yang baru saja dimulai saat kamu terbangun. Maka berhentilah bermimpi, dan perjuangkan impianmu.”—Ayah Gian

Dan masih banyak quotes-quotes menarik lainnya.

Akhirnya, review abal-abal saya dapat tersampaikan. Ini masih penjajakan petama saya, dan akan lebih berbenah lagi dalam novel-novel lainnya. Terima kasih.

Rate : 3,5/ 5 ☆☆☆