tirto.id - Bulan suci Ramadan adalah momen ketika Al-quran pertama kali diturunkan. Pada malam Lailatulqadar, Allah SWT menurunkan Al-quran secara keseluruhan dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah momen resmi pelantikannya sebagai rasul yang diutus untuk umat manusia.
Sejak itulah, penyiaran Islam pertama kali dimulai, mulai dari dakwah sembunyi-sembunyi hingga dakwah terang-terangan. Sebagai kitab suci, Al-quran berfungsi adalah sebagai landasan dasar ajaran Islam dan pedoman hidup manusia di dunia dan akhirat. Karena itulah, isi Al-quran tergolong lengkap, mulai dari sejarah, hukum, etika, dan lain sebagainya. Dalam buku Akidah Akhlak (2020) yang ditulis Yusuf Hasyim, dijelaskan mengenai isi pokok, keistimewaan, dan hikmah diturunkannya Al-quran sebagai berikut:
Isi Pokok Al-quran
Secara umum, terdapat enam isi pokok Al-quran sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Berikut enam isi pokok Al-quran tersebut: 1. Akidah Akidah atau tauhid mengajarkan kepercayaan kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir dan takdir. Keenam perkara ini dikenal sebagai rukun iman atau pokok-pokok kepercayaan Islam. Selain itu, Al-quran juga melakukan pembuktian bahwa Islam adalah ajaran agama yang benar dan harus diyakini keabsahannya. 2. Ibadah Tujuan hidup manusia di dunia adalah beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana tertera dalam surah Adz-Dzariyat (51:56). Karena itulah, Al-quran menyebutkan sejumlah ibadah yang wajib dan sunah dikerjakan umat Islam. Kendati demikian, ayat-ayat Al-quran hanya menyebutkan secara umum dan tidak merincinya. Penjelasan yang mengatur ibadah-ibadah tersebut dijelaskan melalui hadis Nabi Muhammad SAW. 3. Muamalah Al-quran juga menjelaskan mengenai muamalah dan hubungan sosial dalam bermasyarakat. Prinsip muamalah ini mengajarkan hubungan yang baik antarmanusia, baik dalam keluarga, tetangga, maupun masyarakat secara umum. 4. Akhlak Mulia Salah satu tujuan Islam adalah menyebarkan akhlak yang mulia. Al-quran menjelaskan mengenai akhlak-akhlak tersebut sebagai prinsip yang harus dijalankan umat Islam. 5. Sejarah Tidak hanya menceritakan mengenai kisah dan cerita-cerita umat terdahulu, Al-quran juga memberikan beberapa prediksi masa depan, misalnya mengenai kejatuhan Romawi, ekspansi ke bulan, dan lain sebagainya. 6. Syariat Al-quran berisi syariat, hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah, sosial, politik, dan lain sebagainya.
Keistimewaan Al-quran
Al-quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Sebagai kitab suci, ia adalah landasan pokok ajaran Islam. Terdapat sejumlah keutamaan yang menjadikan Al-quran bernilai agung dan istimewa sebagai berikut: 1. Keaslian Al-quran Berbeda dari kitab-kitab suci lainnya yang sudah terdistorsi, Allah SWT sudah menjamin keaslian dan keotentikan Al-quran. Penegasannya tertera dalam Al-quran surah Al-Hijr ayat 9: "Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-quran dan sesungguhnya, kami benar-benar memeliharanya," (QS. Al-Hijr [15]: 9). 2. Kandungan yang Komprehensif Dibanding kitab-kitab suci lainnya, kandungan Al-quran tergolong lengkap dan menyediakan pedoman dasar untuk menjawab seluruh problematika kehidupan manusia. 3. Susunan Bahasa yang Indah Dalam buku Islam: The Key Concepts (2008), Kecia Ali dan Oliver Leaman menuliskan bahwa Al-quran termasuk kasus unik. Tidak ada kitab suci lain yang sangat sastrawi seperti Al-quran, namun juga mengandung esensi pokok yang penting, sebagai dasar keislaman seseorang. Susunan bahasa yang indah dan sastrawi ini juga menjadi mukjizat Al-quran. Bukti bahwa Al-quran merupakan kitab suci ilahi ini dijelaskan dalam surah Hud ayat 13: "Bahkan mereka mengatakan, 'Dia [Muhammad] telah membuat-buat Al-quran itu.' Katakanlah, '[Kalau demikian], datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya [Alqur'an] yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar," (QS. Hud [11]: 13). Allah SWT menantang siapa saja yang dapat membuat surah semacam Al-quran dan menyaingin susunan bahasanya yang indah. Namun, meskipun mushaf Al-quran sudah tersebar di berbagai tempat di belahan dunia, hingga saat ini, tak seorang pun yang bisa membuat semacam Al-quran. Hal ini menandakan bahwa Al-quran benar-benar mukjizat dan berasal dari Allah SWT.
Hikmah Diturunkan Al-quran
Sebagai pedoman hidup untuk umat manusia, hikmah diturunkannya Al-quran adalah untuk menjadi petunjuk manusia selama hidup di dunia dan agar selamat di akhirat. Dilansir dari NU Online, Allah SWT menurunkan Al-quran secara bertahap. Proses penurunan wahyu yang bertahap dan tidak sekaligus ini memiliki hikmah agar penetapan hukum Islam mudah diterima, dihapal, dan dimengerti. Gus Yusuf dalam ceramah berjudul "Alqur'an Bisa Memberi Rahmat dan Laknat" yang disiarkan melalui channel Youtube resminya menyebutkan, membaca Al-quran dan memahami isinya dapat membentuk akhlak yang baik pada seseorang. "Contohnya santri-santri di pondok pesantren, yang pertama ditekankan tidak hanya soal pengetahuan, soal kepintaran, tetapi akhlak, akhlakul karimah. Dan itu ada di Al-qur'an," ujarnya.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
SEJARAH ALQURAN
atau
tulisan menarik lainnya
Abdul Hadi
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
Senin , 20 Aug 2012, 07:04 WIB Aditya Pradana Putra/Republika Anak membaca Alquran Rep: Anjar Fahmiarto Red: Endah Hapsari REPUBLIKA.CO.ID, Alquran adalah pedoman hidup yang mampu memberikan kebahagiaan bagi umat manusia. Karena itu, sudah seharusnya manusia mencintai Alquran. “Ada lima M cara mencintai Alquran, yakni membaca, memahami, menadaburi, menghafalkan, dan mengamalkan,” ungkap Ketua Lembaga Wisata Quran Nusantara, Muslimah Thamrin, dalam sebuah ajang diskusi. Muslimah yang juga sebagai penulis buku tersebut mengungkapkan, Alquran memiliki peran penting dalam menuntun umat manusia. Mengawali kecintaan terhadap Alquran, bisa dilakukan dengan mulai membacanya. Membaca Alquran harus secara perlahan, tartil, penuh perhatian, hati penuh dengan kerinduan, lisan yang fasih, dan lantunan yang merdu. “Sebagaimana kita membaca tiap-tiap pesan cinta- Nya,” ungkap Muslimah. Setelah kita membaca, kita berusaha untuk memahami dan mengerti maknanya. Ibaratnya surat cinta itu berisi kerinduan yang mendalam agar kita secepatnya membalas cinta tersebut. “Semisal orang yang kita cintai membutuhkan sesuatu yang bisa kita berikan maka kita akan cepat memahaminya karena kita memang mencintainya,” tambah Muslimah. Setelah membaca dan memahami, kita harus berusaha menadaburi. Dengan cara merenungkannya, tambah Muslimah, kita menjadi bisa lebih memahami se cara mendalam dan bisa menggunakan akal sehat untuk bisa mengolah ayat tersebut. “Sehingga kita bisa me nemukan langkah untuk lebih jauh mengamalkannya,” tegasnya. Menurut Muslimah, para orang tua lebih resah ketika anaknya tidak bisa matematika atau bahasa Inggris ketimbang tidak tahu Alquran. Menghafal Alquran merupakan keistimewaan seorang hamba di hadapan Allah SWT. “Jiwa yang tidak dibacakan Alquran, ibarat kuburan, sepi, sendiri, dan kering kerontang,” tambahnya Muslimah. Setelah mampu menemukan pola bagaimana memperlakukan dan membaca Alquran, yang harus kita lakukan ialah mengamalkannya. Amalan yang kita lakukan, ungkap Muslimah, semata-mata karena rasa cinta kita kepada Allah SWT. “Semoga dengan demikian, kita menjadi hamba Allah yang dicintai-Nya,” ujar Muslimah.
|