Permainan tradisional mengajarkan kita nilai kebersamaan dalam brainly

KOMPAS.com - Adakah 7 permainan tradisional tersebut di daerahmu adalah salah satu pertanyaan dalam program Belajar dari Rumah TVRI 20 Juli 2020 SMP.

Dalam tayangan tersebut ada tiga pertanyaan. Berikut ini soal dan jawaban Belajar dari Rumah TVRI 20 Juli 2020 SMP:

Pertanyaan:

Adakah 7 permainan tradisional tersebut di daerahmu? Samakah nama permainan tersebut? Adakah permainan tradisional lainnya yang terdapat di daerahmu yang melatih kerja sama dan sabar?

Jawaban:

Ya, di daerah saya ada 7 permainan tradisional tersebut. Ada nama permainan yang sama, tetapi ada yang memiliki nama berbeda.

Di tayangan nama 7 permainan tradisional anak yang dibahas adalah Galasin, Egrang, Engklek, Congklak, Hompimpa, Petak Umpet, dan Lompat Tali. Nama lain Galasin adalah Gobak Sodor. Nama lain Congklak adalah Dakon.

Ya, ada permainan tradisional lain yang melatih kerja sama dan sabar, antara lain Bentengan, Tarik Tambang, dan Patil Lele.

Penjelasan:

Dalam materi Belajar dari Rumah TVRI 20 Juli 2020 SMP, menjelaskan tentang 7 permainan tradisional dan filosofinya. Berikut ini 7 permainan tradisional yang sarat makna:

Galasin adalah permainan yang dilakukan berkelompok, ada kelompok yang bertugas menghadang lawan, dan kelompok lawan berusaha melewatinya.

Makna galasin adalah nilai kebersamaan, dan kekompakan, terus berusaha melewati setiap halangan. Menumbuhkan pemahaman bahwa bila kamu berusaha, di balik pintu tertutup maka akan ada pintu lain yang terbuka.

Permainan yang menggunakan bambu sebagai pijakan ini sudah jarang ditemui, kecuali di festival tertentu. Permainan ini dipengaruhi rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri sudah tumbuh, otomatis keseimbangan tubuh terjaga.

Makna egrang adalah percaya dan yakin pada diri sendiri. Saat kehidupan tidak berpihak pada kita yakinlah, dengan semangat dan percaya diri yang tinggi, semua itu akan bisa dilalui. Hasilnya, keseimbangan hidup akan terjamin.

Engklek atau tapak dimainkan di jalan raya yang bisa digambar dengan kapur atau batu bata. Biasanya hanya dimainkan anak perempuan, dua orang atau lebih, sebagai permainan individu.

Engklek adalah simbol untuk mencapai kekuasaan. Makna engklek adalah semangat mengejar kekuasaan atau tempat tinggal. Karena tidak mudah dicapai. Seseorang harus tangguh menghadapi segala permasalahan hidup yang ada.

Permainan congklak dilakukan secara berpasangan dengan cara mengisi lubang-lubang yang ada dengan biji yang disediakan. Ada 7 lubang di setiap sisinya, dan setiap lubang diisi dengan biji yang sudah disediakan.

Makna congklak adalah 7 adalah jumlah hari dalam satu minggu. Setiap orang memiliki jatah sama dalam satu minggu. Setiap hari yang kita lalui berpengaruh pada hari-hari selanjutnya. Permainan ini juga mengajarkan take and give. Disimbolkan mengambil dan menaruh biji pada tiap lubang.

Sebelum melakukan permainan biasanya kita melakukan hompimpa atau gambreng. Untuk menentukan kelompok atau siapa yang jalan lebih dulu.

Lagu hompimpa berbunyi hompimpa alaihum gambreng. Kata hom artinya Tuhan. Makna hompimpa adalah manusia akan kembali pada Tuhan. Permainan ini mengajarkan kehidupan manusia yang akan kembali ke Tuhan setelah menemui ajalnya masing-masing.

Permainan ini mengharuskan kita bersembunyi dari penglihatan teman yang sedang jaga. Hingga saat ditemukan, yang jaga berteriak hong sambil menyebut nama. Yang ketahuan dari tempat persembunyian harus berdekatan terus dengan orang yang menemukan hingga semua kumpul dan permainan berakhir

Makna petak umpet adalah simbol tentang kehidupan dan kematian. Orang-orang yang sedang bermain mempresentasikan manusia yang hidup di dunia. Saat mereka ditemukan, tandanya sudah dipanggil Tuhan untuk berpulang. Sebelum berpulang, mereka harus melihat kehidupan yang ada di dunia.

Permainan lompat memang lebih banyak dimainkan anak perempuan, tetapi juga bisa dimainkan anak laki-laki. Permainan lompat tali dengan alat karet ini mempunyai rintangan semakin tinggi.

Makna lompat tali adalah banyak rintangan yang menghadang dalam kehidupan, makin dewasa makin banyak rintangan. Hingga pada saat merdeka kita terbebas dari segala macam rintangan. Maksudnya merdeka adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tulislah peristiwa pada teks Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak, pembahasan kunci jawaban tema 8 kelas 5 halaman 44 45 47 49 tepatnya pada materi pembelajaran 6 subtema 1 Manusia dan Lingkungan di buku tematik siswa sekolah dasar.

Pembahasan kali ini merupakan lanjutan dari tugas sebelumnya, di mana kalian telah mengerjakan soal Tuliskan Urutan-Urutan Cerita Bunga Paling Berharga di buku tematik.

Permainan tradisional mengajarkan kita nilai kebersamaan dalam brainly

Pada hari Minggu, 11 Desember 2016 digelar acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Acara ini biasa digelar setiap tahun. Tujuan digelarnya acara ini adalah supaya anak Indonesia mengenal keragaman lingkungan dan kebudayaannya.

Saat ini anak-anak dibanjiri dengan permainan digital melalui alat-alat elektronika. Dengan permainan digital itu anak merasa tidak perlu bermain dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, permainan tradisional menjadi jurus ampuh agar anak-anak kembali kepada nilai-nilai kebersamaan. Hal tersebut setidaknya diutarakan Zaini Alif dari Komunitas Hong saat di acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Zaini Alif mengatakan, “Permainan tradisional itu aset budaya bangsa yang sekarang mulai ditinggalkan, karena munculnya gadget. Kita tidak antipati pada gadget, tapi bagaimana menyeimbangkan gadget dengan permainan tradisional, karena permainan tradisional mengajarkan nilai, etika, dan identitas budaya bangsa.”

“Banyak permainan tradisional di Indonesia yang tidak hanya menyajikan keseruan, tapi juga kaya nilai-nilai. Misalnya di Jawa ada permainan dingklik oglak aglik, di Sunda ada perepet jengkol, dan sebagainya. Keragaman itu mengajarkan bagaimana kita toleran atas perbedaan. Jadi perbedaan bukan menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan, justru itu bisa menjadi suatu keunggulan,” kata Zaini.

Anak-anak zaman sekarang merupakan generasi emas para pemimpin bangsa di era 100 tahun Indonesia. Kita mengharapkan tiga puluh tahun lagi generasi ini adalah generasi yang dapat mengenali keragaman bangsa, bertoleransi, serta menjaga dan melestarikan kebudayaan.

Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 5 Halaman 44 sampai 45

Ayo Berdiskusi

Diskusikan tugas-tugas berikut bersama kelompokmu.
1. Tulislah peristiwa pada teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak”

Jawaban : Peristiwa digelarnya acara Festival Permainan Tradisional Anak.

2. Keragaman apa yang disebutkan pada teks?

Jawaban : Tentang keragaman budaya berupa permainan tradisional.

3. Sikap apa yang dapat saya tiru dari teks? Sikap yang dapat saya tiru dari teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak”: 4. Apa yang sebaiknya kamu lakukan dalam upaya ikut melestarikan permainan tradisional?

Tindakan yang dapat saya lakukan dalam upaya ikut melestarikan permainan tradisional:

Liputan6.com, Jakarta Di tengah gempuran dunia digital dan semakin berkembangnya sikap hidup individualis, permainan tradisional masih menjadi jurus ampuh untuk mengenalkan kembali nilai-nilai kebersamaan dalam keberagaman kepada anak-anak. Hal tersebut setidaknya diutarakan Zaini Alif dari Komunitas Hong saat saat ditemui Liputan6.com di acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (11/12/2016).

Zaini Alif mengatakan, dengan digelarnya festival ini tiap tahun anak-anak bisa mengenal kembali dirinya, mengenal jati diri bangsanya, dan mengenal keberagaman lingkungan serta kebudayaannya. “Permainan tradisional itu aset budaya bangsa yang sekarang mulai ditinggalkan, karena munculnya gadget. Kita tidak anti-pati sama gadget, tapi bagaimana menyeimbangkan gadget dengan permainan tradisional, karena permainan tradisional mengajarkan banyak nilai, tentang etika, identitas budaya bangsa,” ungkap Zaini.

Tak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat anak-anak Indonesia semakin banyak yang kecanduan gadget. Data Asia Parent mengungkap, sebanyak 99 persen anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan gadget saat di rumah, 71 persen anak akan sibuk dengan gadget saat berpergian, 70 persen di rumah makan, 40 persen di rumah temannya, dan 17 persen anak-anak sibuk dengan gadget saat jam istirahat sekolah. Hal ini tentu menjadi peringatan bagi orangtua karena anak-anak mereka terancam kurang sosialisasi yang menyebabkan sang anak menjadi tidak peka dengan lingkungan sekitarnya.

“Banyak permainan tradisional di Indonesia yang bukan hanya menyajikan keseruan, tapi juga kaya akan nilai-nilai. Misalnya di Jawa ada Dingklik Oglak Aglik, di Sunda ada Parepet Jengkol, dan sebagainya, itu kan mengajarkan bagaimana kita bersama-sama dengan yang lain. Artinya kita diajarkan toleran dengan yang lain. Jadi perbedaan bukan menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan, justru itu bisa menjadi suatu keunggulan,” kata Zaini.

Komunitas Hong sendiri sebagai paguyuban yang peduli terhadap keberadaan permainan tradisional anak, terus bekerja agar ribuan aset bangsa ini tidak punah dan hilang begitu saja karena tidak ada lagi yang mau memainkan.

“Sekarang kami sedang konsentrasi bikin museum, kami bekerjasama dengan beberapa kementerian keliling Nunsatara, mengumpulkan dan memperkenalkan kembali permainan tradisional. Sampai sejauh ini, Komunitas Hong telah berhasil mendata lebih dari 2.600 permainan tradisional anak dari seluruh daerah di Indonesia. Kita sedang bangun di Bandung di Dako Pakar, meskipun kecil itu paling tidak kita sudah memulai. Agar semua orang tahu permainan tradisional kita itu banyak, dan itu menjadi kebanggan kita seharusnya sebagai bangsa Indonesia,” kata Zainal.

Meskipun dirasa terlambat, mengingat negara lain telah lama mendirikan museum permainan tradisional, Zaini mangakui ada itikad baik dari pemerintah untuk menjaga dan melestarikan aset budaya bangsa yang tak ternilai harganya ini.

“Kita mulai bergerak, karena melihat di seluruh di dunia sudah melakukan itu, di negara-negara lain mereka sudah punya museum, Malaysia punya satu, Jepang bahkan punya tiga, Indonesia belum punya museum khusus permainan tradisional anak Indonesia,” katanya menambahkan.

Ke depan, Zaini Alif dan komunitasnya mengharapkan, tiga puluh tahun lagi anak-anak zaman sekarang yang merupakan generasi emas para pemimpin bangsa di era 100 tahun Indonesia, adalah anak-anak yang dapat mengenali keberagaman bangsanya, bertoleransi, serta menjaga dan melestarikan kebudayaannya.