Pahala salat berjamaah lebih banyak dibandingkan salat sendiri yaitu

Republika/Raisan Al Farisi

Seorang ibu yang menggendong anaknya menangis saat melakukan Shalat Subuh Berjamaah di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (12/12).

Rep: Mgrol97 Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam. Oleh sebab itu dengan kedudukan shalat sebagai asas Islam, sangat penting bagi seorang Muslim dalam memperhatikan urusan shalat. Sebagaimana Rasulullah SAW menegaskan pentingnya shalat, terlebih shalat berjamaah.Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Shalat berjamaah 27 derajat lebih utama daripada shalat sendirian.” (HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i-At-Targhib).Dikutip dari buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zkariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Shalat seorang laki-laki dengan berjamaah digandakan 25 kali dibanding shalatnya di rumahnya atau di pasarnya. Demikian itu karena jika seseorang berwudhu dengan sempurna, lalu pergi ke masjid semata-mata untuk shalat (berjamaah), maka ia tidak melangkah satu langkah kecuali ditinggikan baginya satu derajat dan dihapuskan baginya satu kesalahan. Jika ia shalat, maka malaikat selalu bershawalat untuknya selama ia di tempat shalatnya tanpa berhadats, ‘Ya Allah, limpahilah kesejahteraan baginya. Ya Allah, rahmatilah ia.’ Dan ia dianggap terus-menerus shalat selama menunggu shalat.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah-At-Targhib)Telah disebutkan dalam hadis pertama bahwa keutamaan shalat berjamaah adalah 27 derajat lebih utama daripada shalat sendirian. Sedangkan, dalam hadis ini disebutkan hanya 25 lima kali. Banyak ulama yang membicarakan hal ini sehingga tampaknya bertentangan. Adapun penjelasannya adalah; Perselisihan antara 25 dan 27 adalah menurut perbedaan dari setiap keadaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa perbedaan ini terdapat dalam shalat Sirri (Zhuhur dan Ashar), yaitu berpahala 25 kali, sedangkan shalat Jahri (Subuh, Maghrib, dan Isya) berpahala 27 kali.Sebagian ulama juga berpendapat bahwa pahala 27 derajat itu untuk shalat Isya dan Shubuh. Sebab, shalat berjamaah pada kedua waktu tersebut lebih berat daripada shalat lainnya. Sebagian ulama menerangkan bahwa berdasarkan hadis lain, Allah SWT senantiasa menambah kenikmatan umat ini, bisa saja dari 25 pahala ditambah menjadi 27 pahala.Adalagi sebuah penjelasan yang lebih menakjubkan, bahwa hadis mengenai pahala 25 itu bukan sebagai tambahan, tetapi sebagai kelipatan 25. Dengan hitungan ini, maka satu shalat akan menghasilkan pahala 33.554.432 derajat. Bagi Allah SWT pahala sejumlah itu  bukan apa-apa, dan jika dihubungkan dengan shalat yang ditinggalkan dengan dosanya satu huqub atau setara dengan 80 tahun.Ada sebuah kisah dari Muhammad bin Sima’ah rah.a, beliau adalah ulama masyhur yang merupakan murid dari imam Muhammad rah.a dan Abu Yusuf rah.a. Beliau meninggal pada usia 103 tahun. Dalam usia setua itu ia masih mampu shalat sunah dua rakaat setiap hari. Selama empat puluh tahuh ia tidak pernah tertinggal takbiratul ula bersama imam kecuali satu kali, yaitu ketika ibunya wafat.Ia berkata, “Suatu ketika, saya tertinggal shalat berjamaah. Untuk menembus pahala sahalat berjamaah 25 derajat, saya shalat 25 kali. Kemudian di dalam tidur saya bermimpi ada seorang yang berkata kepada saya, “Wahai Muhammad, walaupun engkau shalat 25 kali, engkau tetap tidak akan mendapat amin malaikat.”Maksud amin malaikat adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam banyak hadits, bahwa jika imam selesai membaca Al-Fatihah lalu membaca amin, maka para malakat ikut mengamininya. Dan jika seorang makmum membaca amin bersamaan dengan amin para malaikat, Allah akan mengampuni seluruh dosanya.

Maulana Abdul Hay rah.a mengatakan, bahwa kisah di atas menunjukkan pahala shalat berjamaah tidak dapat disaingi oleh pahala shalat sendirian, walaupun dengan shalat seribu rakaat. Amin malaikat, pahala mengikuti jamaah, apalagi diambil dengan doa mereka setelah shalat berjamaah akan menghasilkan pahala yang sangat besar. Demikianlah di antara keutamaan shalat berjamaah. Wallahualam

  • shalat subuh
  • shalat berjamaah
  • pahala shalat berjamaah

Pahala salat berjamaah lebih banyak dibandingkan salat sendiri yaitu

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

BAGI pemeluk agama islam, salat merupakan kewajiban yang mesti dilaksanakan. Terdapat lima salat wajib yang mesti ditunaikan setiap harinya, yakni salat subuh, zuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kelima salat tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah, maupun berjamaah. 

Salat berjamaah dinilai lebih baik dibanding melaksanakan salat sendiri. Pasalnya, terdapat sejumlah keutamaan yang didapat dari salat berjamaah, misal, sebuah Hadits riwayat Bukhari dan Muslim no. 650 dan 249 menyebutkan, “Salat berjamaah itu lebih utama dari salat sendirian dengan 27 derajat”. 

Keutamaan lain dari salat berjamaah ialah didoakan oleh para malaikat, seperti hadits yang diriwayatkan Muslim no 469 ialah; Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya malaikat mendoakan orang yang berada di tempat duduknya (untuk menunggu datangnya salat berjemaah) selama belum berhadats (batal wudhunya) dan malaikat berdoa: "Ya Allah, ampunilah segala dosanya ya Allah, sayangilah dia”. 

Kemudian salat berjamaah ialah merupakan pantulan kebaikan dan ketakwaaan, seperti firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 18, “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan salat”. 

Salat berjamaah merupakan aktivitas salat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat tersebut dilakukan minimal oleh dua orang dengan salah satunya menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum. 

Sedangkan syarat pemilihan imam dalam salat berjamaah tergambar dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Abu Mas’ud Al-Badri: "Yang boleh mengimami kaum itu adalah orang yang paling pandai di antara mereka dalam memahami kitab Allah (Al-Quran) dan yang paling banyak bacaannya di antara mereka. Jika pemahaman mereka terhadap Al-Qur'an sama, maka yang paling dahulu di antara mereka hijrahnya (yang paling dahulu taatnya kepada agama). Jika hijrah (ketaatan) mereka sama, maka yang paling tua umurnya di antara mereka" 

Adapun tata cara salat berjamaah ialah, pertama, membaca niat. Dalam melaksanakan salat berjamaah, bacaan niat antara imam dan makmum berbeda. Misal, diambil dari bacaan niat salat zuhur, maka imam perlu membaca niat: "usholli fardodh dhuhri arba'a raka'atim mustaqbilal qiblati adaa-an imaaman lillahi ta'ala" yang artinya “saya niat sholat fardhu dhuhur empat rakaat dengan adzan menjadi imam karena Allah Ta'ala”. 

Sedangkan bagi makmum, niat yang perlu dibacakan sebelum memulai salat berjamaah ialah "usholli fardodh dhuhri arba'a raka'atim mustaqbilal qiblati adaa-an imaaman lillahi ta'ala" yang artinya: "saya niat sholat fardhu dhuhur empat rakaat dengan adzan menjadi makmum karena allah ta'ala". 

Lalu yang kedua, posisi makmum berada di belakang imam. Bila salat berjamaah dilakukan oleh dua orang laki-laki, maka posisi imam dengan makmum sejajar. Namun bila salat berjamaah dilakukan oleh tiga orang laki-laki, maka posisi makmum berada di belakang imam. Sementara bila salat berjamaah dilakukan oleh satu laki-laki dan satu perempuan, maka imam berada di depan dan makmum tepat di belakang imam. 

Tata cara berikutnya ialah makmum mengikuti gerakan yang dilakukan oleh imam dalam salat. Makmum dilarang mendahului gerakan imam. 

Baca juga : Bangun Citra Kehumasan, Siaran Pers Perlu Kaidah Jurnalistik

Dalam melaksanakan salat berjamaah di masjid, terdapat adab-adab yang harus diperhatikan, yakni mengenakan pakaian terbaik, mengambil air wudhu dari rumah, membaca doa dalam perjalanan menuju masjid, membaca doa saat masuk ke dalam masjid, melaksanakan salat sunnah dua rakaat sebelum duduk. 

Adapun tata cara salat berjamaah: 

1. Wudhu 

Saat akan menunaikan sholat jamaah di masjid, sebaiknya sudah mengambil air wudhu sejak dari rumah. Hal ini sesuai dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: 

"Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim) 

2. Membaca Doa 

Tata cara salat berjamaah termasuk dengan menjalankan adabnya, membaca doa dalam perjalanan menuju masjid yang berbunyi; 

"Allahummaj'al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam'i nuura wa'an yamiinihi nuura wa'an yasaaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaani nuura wa khalfi nuura waj'al lii nuura" 

Artinya: "Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku, cahaya di belakangku. Dan jadikanlah untukku cahaya". (HR. Muslim). 

3. Membaca Doa Masuk dan Keluar Masjid 

Telah diajarkan dalam Islam bahwa ketika masuk masjid, disunnahkan untuk mendahulukan kaki kanan baru kaki kiri, sambil memanjatkan doa sebagai berikut: 

"Allohummaftahlii abwaaba rahmatik" artinya: "Ya Allah! Bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu." 

Sedangkan ketika keluar masjid sebaiknya membaca doa: 

"Allahumma inni as-aluka min fadhlik'" artinya: "Ya Allah! Aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu." 

4. Tidak Melewati Orang yang Sedang Salat 

Adab yang berikutnya adalah tidak melewati orang yang sedang salat. Berdasarkan sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: 

"Seandainya orang yang lewat di depan orang yang salat mengetahui (dosa) yang ditanggungnya, niscahya ia memilih untuk berhenti selama 40 (tahun), itu lebih baik baginya dari pada lewat di depan orang yang sedang sholat." (HR. Bukhari 510 dan Muslim 1132). 

5. Salat Sunnah Tahiyatul Masjid 

Adab sholat berjamaah selanjutnya dengan menunaikan salat tahiyatul masjid ketika sudah masuk dan sebelum duduk seperti riwayat yang berbunyi; "Jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam masjid, maka hendaklah ia salat dua rakaat sebelum dia duduk." (HR. Bukhari 537 dan Muslim 714). 

6. Menjawab Panggilan Azan dan Berdoa 

Menjadi sunnah bagi umat muslim yang mendengar azan, maka menjawab setiap kalimat panggilan tersebut. Ketika muadzin mengumandangkan iqamah juga terdapat kalimat jawaban. Semisal, bila muazin berucap " Allahu akbar Allahu akbar" maka Anda jawab dengan ucapan yang sama, "Allahu akbar Allahu akbar" . Bacaan doa seusai mendengar adzan adalah: 

"Allaahumma robba haadzihid dawatit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati sayyidanaa muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, aaliyatar rofiiah, wabatshu maqoomam mahmuudanil ladzii waadtah, innaka laa tukhliful miiaadz." 

Artinya: "Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan) kepada nabi Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang Engkau janjikan." (HR. Bukhari, Abu dawud, Tarmidzi, Nasai dan Ibnu Majah). 

7. Membaca Doa Sesudah Iqomah 

"Allaahumma robba haadzihid dawatit taammah, washsholaatil qoo-imah, shalli wa sallim alaa sayyidinia muhammadin wa aatihi sulahu yaumul qiyaamah" 

Artinya: "ya allah tuhan yang memiliki panggilan yang sempurna, memiliki salat yang ditegakkan, curahkanlah rahmat dan salam atas junjungan kita nabi muhammad saw dan berilah/kabulkanlah segala permohonannya pada hari kiamat." 

8. Merapikan Shaf Salat 

Adab salat berjamaah selanjutnya dengan meluruskan dan merapikan barisan sholat. Perhatikan depan, belakang, kanan dan kiri apakah para jamaah telah berada pada shaf yang tepat. Sesuai dalam hadis berikut, Rasulullah SAW bersabda: 

"Hendaknya kalian bersungguh-sungguh dalam meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah sungguh-sungguh kana memperselisihkan di antara wajah-wajah kalian." (HR. Bukhari 717 dan Muslim). 

(OL-7)