Orang yang tidak mau berdoa berarti cermin orang yang

Allah SWT memiliki maksud tertentu saat belum mengambulkan doa kita.

REPUBLIKA.CO.ID, Doa adalah cermin dari keinginan yang sangat kuat. Wajar saja jika manusia mengharapkan sesuatu dari Allah SWT sebab Allah Mahakaya dan Mahaberwenang dalam segala hal. Percayalah, doa merupakan ibadah yang pasti bermanfaat untuk siapa saja yang melakukannya.  

Mungkin sebagian kita sudah rajin dalam berdoa, tetapi doa yang dipanjatkan juga belum disambut harapan oleh Allah SWT. 

Kenyataan ini jangan sampai membuat kita lelah dan putus asa dalam berdoa, karena bisa jadi Allah hanya ingin hambanya lebih gigih lagi dan lebih dekat lagi dengan diri-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah al-Mukmin : 60, “Dan, Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” 

Jadi, jangan pernah menyepelekan berdoa kepada Allah. Sebab, doa memiliki potensi besar untuk merubah segalanya. Doa juga merupakan senjata bagi orang mukmin, karena doa dapat mengubah sesuatu yang baik menjadi lebih baik.

Dikutip dari buku Amalan-Amalan Cespleng Cepat Bisa Haji/Umrah karya Khalifi Elyas Bahar, doa merupakan bagian dari ibadah sebagaimana bermaktub dalam surah Al-Baqarah :186.  

“Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepdamu tentang Aku, maka (jawaban) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku), dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Selain itu, berdoa dapat mendekatkan diri kita kepada Allah, atau biasa disebut dengan taqarrub kepada Allah. Minatalah apa saja yang kita inginkan kepada Allah. Dengan berdoa, kita menjadi sadar bahwa kita sangat bergantung kepada-Nya dan selalu membutuhkan-Nya. 

Berdoa pun adalah sebuah upaya untuk menunjukkan jati diri di hadapan Allah SWT. Cermin seorang Mukmin sejati adalah meyakini bahwa tidak ada yang dapat memberikan pertolongan kepada kita selain Allah SWT.  

Dia pasti akan mengabulkan doa dan meninggikan derajat kita di hadapan-Nya. Seorang hamba yang memiliki sekian banyak dosa pun akan terhapus degan doa yang dipanjatkan. Bahkan, doa dapat menjadi senjata ampuh untuk menghadang takdir buruku yang akan menimpa kita.

Jadi, sudah seberapa sering kita berdoa kepada Allah? Intinya, dalam setiap doa, kita harus selalu berbaik sangka, yaitu berprasangka baik terhadap Allah SWT. 

JAKARTA, iNews.id - Doa adalah ibadah. Hadis Nabi SAW tersebut mengisyaratkan kepada Muslim untuk selalu memanjatkan doa dan meminta perlindungan kepada Allah SWT dari segala hal.

Allah SWT berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

"Dan Rabbmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Al-Mu’min: 60)

BACA JUGA:
Gelar Salat Gerhana, Umat Berdoa Pandemi Covid-19 Berakhir

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankan permintaan mereka.

Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, bahwa orang yang paling dicintai oleh Allah SWT di antara hamba-hamba-Nya, karena dia selalu meminta kepada-Nya dan banyak meminta kepada-Nya. Sedangkan orang yang paling dimurkai oleh Allah di antara hamba-hamba-Nya, karena dia tidak pernah meminta kepada-Nya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ ذَرٍّ، عَنْ يُسيع الْكِنْدِيِّ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ" ثُمَّ قَرَأَ: {ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, telah menceritakan kepada kami Al-Amasy, dari Zar, dari Yasi Al-Kindi, dari An-Numan ibnu Basyir ra yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Sesungguhnya doa itu ibadah.

Kemudian Nabi Saw membaca firman-Nya: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu’min: 60)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:

قَالَ (5) الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنِي أَبُو مَلِيحٍ الْمَدَنِيُّ -شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ-سَمِعَهُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ، وَقَالَ مَرَّةً: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، غَضِبَ عَلَيْهِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki, telah menceritakan kepadaku Abu Saleh Al-Madani (seorang syekh dari kalangan penduduk Madinah) yang telah mendengar hadis ini dari Abu Saleh dan sesekali ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah berdoa kepada Allah Swt., Allah murka terhadapnya. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan sanad hadis ini tidak mengandung cela.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الْفَزَارِيُّ، حَدَّثَنَا صُبيح أَبُو الْمَلِيحِ: سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "مَنْ لَا يَسْأَلْهُ يَغْضَبْ عَلَيْهِ"

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sabih Abul Malih, bahwa ia pernah mendengar Abu Saleh menceritakan hadis ini dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang tidak pernah meminta kepada-Nya, maka Dia akan murka terhadapnya.

Imam Ahmad mengatakan Nabi Saw telah bersabda: Orang-orang yang sombong digiring pada hari kiamat seperti semut-semut kecil, tetapi berupa manusia; mereka diliputi oleh segala sesuatu kehinaan, hingga dimasukkan ke dalam suatu penjara di dalam neraka Jahanam yang dikenal dengan nama Bulis. Tempat itu diliputi oleh intinya api neraka; mereka diberi minuman dari Tinatul Khabal alias perasan keringat penghuni neraka.

Demikian itu ancaman Allah bagi hamba-hamba-Nya yang tidak pandai bersyukur dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Karena itu, Muslim sangat dianjurkan untuk banyak berdoa minimal lima kali dalam sehari di tiap selesai melaksanakan shalat fardu. Sebab, hanya kepada Allah SWT tempat bergantung bagi manusia.

Wallahu A'lam Bishowab.

Editor : Kastolani Marzuki

TAG : anjuran berdoa Murka Allah

Bagikan Artikel:

Kamis, 1 Juni 2017 - 01:27 WIB

قال صلى الله عليه وسلم:إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلٍ اللَّه يَغْضَبْ عَلَيْهِ-الترمذي

Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,”ٍSesungguhnya mengenai sebuah urusan, barang siapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka atasnya. (Riwayat At Tirmidzi, dan ia menyatakan “hasan”)

Sesungguhnya ketika seorang hamba enggan berdoa untuk memohoan kepada Allah, maka Allah murka atasnya. Hal ini karena ada dua kemungkinan, pertama hamba tersebut putus asa, dan yang kedua ia sombong, dan kedua-duanya adalah perbuatan yang dimurkai Allah Ta’ala.

Sebab itulah Al Halimi berpendapat bahwasannya hendaklah setiap hamba dalam sehari semalam jangan sampai tidak berdoa sama sekali, maka ia akan memperoleh murka dari Allah Ta’ala. Minimal jika seorang hamba meninggalkan amalan doa dalam sehari semalam, maka hal itu termasuk perkara makruh.

Hal inilah yang membedakan antara sifat Allah dengan sifat manusia. Jika Allah tidak diminta, maka Ia pun murka, sebaliknya manusia justru marah ketika ia diminta. (lihat, Faidh Al Qadir, 3/12)

Rep: Sholah Salim
Editor: Thoriq

Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa beribadah tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Sebagian manusia terlalu sombong, jarang berdoa, seakan kekuatan manusiawinya lah yang dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Coba perhatikan hal-hal berikut, niscaya kita akan semangat selalu berdoa kepada Allah Ta’ala atas keperluan dunia dan akhirat kita.

Seorang yang tidak berdoa adalah orang sombong

{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).

Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Ta’ala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani).

Seorang yang berdoa adalah orang yang paling dimuliakan oleh Allah ta’ala

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).

Para ulama mengatakan kenapa doa sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan yang lainnya: “Karena di dalam doa terdapat bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada Allah dan menunjukkan kuasanya Allah Ta’ala.”

Allah Ta’ala sangat, sangat, sangat menyukai hamba-Nya merendah diri kepada-Nya dan menunjukkan bahwa hanya Allah Ta’ala satu-satu-Nya Yang Berkuasa, Yang Maha Pengatur, yang Maha Pencipta, tiada sekutu bagi-Nya.

Dengan doa kita melawan, menahan, meringankan bala dan musibah

عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يغني حذر من قدر و الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل فيتلقاه الدعاء فيعتلجان إلى يوم القيامة.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sikap kehati-hatian tidak menahan dari takdir, dan doa bermanfaat dari apa yang terjadi (turun) ataupun yang belum terjadi (turun) dan sesungguhnya bala benar-benar akan turun lalu dihadang oleh doa, mereka berdua saling dorong mendorong sampai hari kiamat.” (HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7739).

Seorang yang berdoa tidak pernah rugi

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»

“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya)” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633).

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelasakan tentang ajaibnya doa

“Dan demikian pula doa, sesungguhnya ia adalah salah satu sebab yang paling kuat menahan keburukan, mewujudkan permintaan, akan tetapi berbeda pengaruh doanya, baik karena lemahnya pada doa tersebut yaitu doanya merupakan sesuatu yang tidak dicintai Allah karena di dalamnya terdapat permusuhan, maka doanya seperti busur yang tipis sekali, maka anak panah keluar darinya sangat lemah, atau karena terdapat yang menahan dari pengabulan doa, seperti; makan harta yang haram, perbuatan zhalim, dosa-dosa yang menutupi hati, terlalu lalai, penuh hawa nafsu dan kelalaian. Sebagaimana yang di sebutkan di alam kitab Al Muastdarak akrya Al Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima sebuah doa dari hati yang lalai,” maka (doa seperti) ini adalah doa yang bemanfaat, menghilangkan penyakit akan tetapi lalainya hati terhadap Allah membatalkan kekuatannya dan begitujuga memakan yang haram membatalkan kekuatannya dan mengguranginya. Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam.”

Beliau juga berkata, “Dan doa termasuk obat yang paling manjur, ia adalah musuhnya bala, melawannya, melarang turunya dan mengangkat dan meringankannya jika ia turun, dan ia adalah senjatanya orang beriman. Doa berhadapan dengan bala tiga keadaan;

  1. Doanya lebih kuat daripada bala maka ia menolaknya.
  2. Doanya lebih lemah daripada bala, maka akhirnya bala yang menang, dan mengenani hamba akan tetapi terkadang meringankannya jika ia lemah.
  3. Doa dan bala’ saling berlawanan dan manahan setiap salah satu dari keduanya.”

Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.

*) Kamis, 7 Jumadal Ula 1433 H, Lombok Indonesia

Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Mahdhah, Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid, Pengertian Zakat Mal Dan Dalilnya, Ebook Hadits