Mengapa Indonesia merupakan penghasil mutiara terbesar di dunia

Kamis, 09 November 2017, 16:13 WIB

AGRONET – Indonesia memperkenalkan Mutiara Laut Selatan kepada masyarakat internasional. Atau dikenal dengan istilah, Indonesian South Sea Pearl (ISSP). Kegiatan digagas oleh Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (DWP KKP) bersama Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP). Turut dalam kerja sama Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi). Penyelenggaraan 7th Indonesia Pearl Festival (IPF ke-7) kali ini mengangkat tema: The Luminous Indonesian South Sea Pearl.  Digelar pada 7 – 12 November 2017 di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan. Diikuti dengan jumlah peserta sebanyak 44 stand.

Di dunia terdapat sekitar 11 ton south sea pearl. Dari angka tersebut, Indonesia memproduksi kurang lebih 5 ton, disusul Australia dengan 4 ton, Filipina 1,5 ton, Myanmar, dan beberapa negara lainnya. Adapun negara tujuan utama ekspor mutiara laut selatan Indonesia adalah Hongkong, Australia, Jepang.

Sekretaris Jenderal KKP Rifky Effendi Hardijanto mengatakan, mutiara menjadi salah satu komoditas laut keunggulan Indonesia. Memiliki nilai ekonomi tinggi. Memiliki prospek pengembangan usaha yang bagus di masa datang. Karena itu, branding ISSP perlu terus diupayakan guna meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap mutiara. Agar menjadi sumber pemasukan devisa melalui perdagangan dalam negeri dan maupun luar negeri.

“Keberadaan usaha budidaya mutiara tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada pelaku usaha mutiara tetapi juga kepada industri lainnya. Usaha budidaya mutiara juga menumbuhkan kegiatan dan kreativitas yang memberikan manfaat. Sisa hasil budidaya mutiara seperti aneka hiasan dengan memanfaatkan kulit tiram mutiara, serbuk mutiara sisa hasil penggergajian kulit tiram mutiara untuk kosmetik dan bahan untuk cat kendaraan,” terang Rifky saat memberi sambutan pada pembukaan IPF ke-7.

Menurut Rifky, tak sedikit pengusaha skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hingga skala besar untuk pembesaran tiram mutiara di Indonesia. Namun, luas laut maupun panjang garis pantai Indonesia baru dapat dimanfaatkan sekitar 2 persen untuk budidaya mutiara. Menurutnya, potensi budidaya ini masih dapat terus dikembangkan.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor mutiara Indonesia di tahun 2015 kurang lebih 30 juta dolar dan tahun 2016 meningkat menjadi 46 juta dolar, yang artinya terjadi peningkatan 35 persen. Namun demikian, nilai tersebut masih di bawah Hongkong, Uni Emirat Arab, Jepang, Tahiti, Australia dan Cina.

Menurut Rifky, hal menarik bahwa negara tujuan ekspor mutiara Indonesia adalah Hongkong. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar trading mutiara south sea pearl Indonesia ini dilakukan oleh Hongkong. “Sudah saatnya kita membawa kembali ke tempat sumber produksinya (Indonesia). Jadi festival ini adalah sebuah momen yang saya kira sangat baik untuk menarik titik perdagangan mutiara dari Hongkong ke Indonesia,” papar Rifky.

Direktur Jenderal PDSPKP Nilanto Perbowo mengatakan, IPF ke-7 diselenggarakan untuk beberapa tujuan, yaitu mempromosikan dan mengenalkan ISSP kepada masyarakat; membangun international branding ISSP promosi dan pemasaran; memperluas jaringan bisnis dan pemasaran ISSP; dan mendapatkan umpan balik trend pasar mutiara dan produk turunannya.

“Kita mendorong agar masyarakat dalam negeri, masyarakat lokal, masyarakat Indonesia untuk mengenal bahwa ternyata mutiara ini diproduksi di Indonesia. Kalau sudah mengenal kita produsen utama mutiara laut selatan, harapannya masyarakat sadar kenapa harus pergi ke luar negeri untuk beli,” ujar Nilanto usai pembukaan IPF ke-7.

Nilanto juga menambahkan, dalam kegiatan IPF ini masyarakat dari berbagai kalangan tanpa terkecuali dapat berkonsultasi bagaimana proses lahirnya mutiara dari awal budidaya hingga panen. Masyarakat juga bisa memperoleh informasi bagaimana membedakan mutiara air laut, mutiara air tawar, dan mutiara yang palsu.

“Di sinilah tempat terbaik untuk mendapatkan mutiara laut selatan Indonesia yang asli. Kita pastikan bahwa seluruh vendor telah memberikan garansi bahwa semua mutiara yang dibawa di sini adalah mutiara laut asli Indonesia,” imbuhnya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang hadir pada kegiatan tersebut memberikan apresiasi atas terselenggaranya IPF ke-7 ini. “Kita berharap lebih bagus lagi industri mutiara di Indonesia. Kalau soal desain kita enggak kalah. Dan kalau bisa kita juga bekerja sama semua bersatu berkolaborasi, tidak bisa KKP sendiri,” tutur Sandiaga saat memantau booth-booth mutiara. Selain Sandiaga Uno, turut hadir Duta Besar Myanmar, perwakilan Kedutaan Qatar, dan perwakilan Kedutaan Australia.

Rangkaian kegiatan IPF ke-7 juga dilengkapi dengan Lomba Desain Mutiara bagi peserta dari sekolah desain menengah maupun universitas, pameran mutiara, fashion show mutiara, dan berbagai kegiatan lainnya. Pada acara pembukaan IPF ke-7 juga dilakukan launching Charity Fundraising Program, pengumuman dan penyerahan hadiah pemenang lomba, serta pertunjukan seni tari dari Papua.

Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan animo dan menjadi edukasi masyarakat mengenai ISSP, dan meningkatkan sinergitas antarinstansi serta pemangku kebijakan untuk bersama-sama mempromosikan mutiara Indonesia di pasar dunia. Pada IPF ke-7 ini ditargetkan terjadi transaksi penjualan sebesar Rp 20 miliar. (Biro Kerja Sama dan Humas KKP/111). 

Endro Priherdityo & Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia

Kamis, 10 Nov 2016 08:18 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai negara kepulauan, laut Indonesia memiliki kekayaan yang tak terbatas. Salah satu hasil laut yang patut dibanggakan adalah mutiara lautnya yang dianggap terbaik di dunia.

Bukan tanpa alasan mengapa Indonesia dinobatkan jadi penghasil mutiara terbaik di dunia. Menurut ahli mutiara dari Sekolah Tinggi Perikanan, Mulyanto, Indonesia dianugerahi sebagai tempat paling ideal produsen south sea pearl yaitu Pinctada maxima.

"Tidak ada negara mana pun di dunia selain yang berhubungan geografis dengan Indonesia sebagai produsen south sea pearl. Indonesia punya mutiara yang sangat berkualitas," lanjutnya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bukan cuma Mulyanto yang berpendapat demikian. Seorang ahli biota laut asal Australia, Joseph Taylor, mengatakan Indonesia merupakan pusat mutiara laut selatan (South Sea Pearl) terbesar di dunia. "Sayangnya, di dalam negeri (Indonesia) orang tidak tahu kualitasnya bagus," kata Joseph saat berbincang dengan CNN Indonesia baru-baru ini.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, south sea pearl yang diproduksi di dunia ada 12 ton per tahun. Dan Indonesia sudah menghasilkan 6,74 ton mutiara. Hal ini berarti lebih dari 50 persen keberadaan mutiara jenis ini di dunia, berasal dari Indonesia.Mutiara south sea pearl ini dianggap sebagai salah satu mutiara tercantik di dunia. Pasalnya, mutiara jenis ini memiliki kilau yang indah serta pantulan cahaya yang lembut. Keunggulan dari segi cahaya ini disebabkan karena ukuran trombosit aragonite dari kerang akan membentuk mutiara dengan ukuran yang lebih besar dan memiliki lapisan luar yang tebal dan rata. Ini juga yang menyebabkan mutiara ini dianggap memiliki harga lebih mahal.

Ukuran mutiara yang dihasilkan dari masing-masing kerang berbeda-beda. Kerang Pinctada maxima biasanya memiliki diameter sampai 30 sentimenter dan mampu menghasilkan ukuran mutiara sampai 20 milimeter.

Kerang mutiara ini hidup baik di perairan mulai dari Filipina Selatan, Maluku, Laut Banda, Nusa Tenggara, hingga wilayah perairan Australia Utara dekat Indonesia. Kerang-kerang ini bisa tumbuh baik di Indonesia karena mendapat nutrisi yang sempurna untuk pertumbuhannya.

Jenis air laut yang hangat dan banyak kandungan plankton, kerang Pinctada maxima bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Sulit bedakan mutiara

Secara umum, mutiara yang beredar di dunia bukan hanya south sea pearl. Di 'dunia' mutiara sendiri ada empat jenis mutiara yang terkenal yaitu south sea pearl, black pearl, akoya atau mikimoto, dan air tawar China.Namun bentuk dan kilau mutiara south sea pearl dan mutiara air tawar China terlihat mirip.Sebagian besar masyarakat Indonesia ternyata masih belum dapat membedakan mana south sea pearl yang mampu bernilai $200 atau Rp2,6 juta per butir dengan kriteria kualitas tertinggi. Masyarakat masih bias untuk membedakan mutiara jutaan dengan air tawar China yang seharga puluhan ribu per butir."Mutiara laut south sea pearl itu memiliki keindahan seperti kilau yang abadi, namun mutiara air tawar China itu hanya bertahan satu hingga dua tahun kemudian warnanya berubah," kata Mulyanto saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.

"Produksi air tawar China bisa ribuan ton per tahun. Dan kenapa mereka murah? Karena sering dibuat mirip dengan south sea pearl, dan harganya murah. Makanya perlu ada upaya pengenalan bahwa mutiara itu berbeda-beda." (chs/chs)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Mengapa Indonesia merupakan penghasil mutiara terbesar di dunia

Jawaban:

Indonesia merupakan produsen south sea pearl atau mutiara laut selatan terbesar di dunia dengan memasok 43% kebutuhan dunia.

nilai perdagangan Indonesia menempati urutan ke-9 di dunia