Menurut pendapatmu mengapa orang kristen harus memenuhi tanggung jawab dengan baik

Jawaban

Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita mesti membedakan antara 1) denominasi dalam tubuh Kristus dan 2) bidat-bidat dan ajaran-ajaran sesat bukan Kristen. Presbiterian dan Lutheran itu contoh denominasi Kristen. Mormon dan Saksi-Saksi Yehovah adalah ajaran sesat; kelompok-kelompok yang mengakui Kristen namun menolak satu atau lebih inti iman Kristen. Islam dan Shintoisme itu agama yang sama sekali berbeda dasar imannya. Bangkitnya denominasi dalam iman Kristen dapat ditelusuri kembali kepada Reformasi Protestan, gerakan untuk “mereformasi” gereja Katolik Roma pada abad 16, di mana dari gerakan ini lahir empat bagian atau tradisi utama Protestan: Lutheran, Reformed, Anabaptis dan Anglikan. Dari keempat tradisi ini, denominasi lainnya bertumbuh dalam abad-abad berikutnya. Denominasi Lutheran dinamai menuruti Martin Luther dan mengikuti pengajarannya. Metodis mendapat nama mereka karena pendiri mereka, John Wesley, terkenal dengan “metode-metode” untuk pertumbuhan rohani. Presbiterian dinamakan berdasarkan pandangan mereka soal kepemimpinan gereja – kata Yunani untuk penatua adalah presbuteros. Orang-orang Baptis dinamai begitu karena mereka selalu menekankan pengajaran atas pentingnya baptisan. Setiap denominasi memiliki doktrin atau penekanan yang sedikit berbeda dari yang lainnya, seperti misalnya, cara baptisan, Perjamuan Kudus bagi semua orang atau hanya bagi mereka yang kesaksiannya dapat diteguhkan oleh para pemimpin gereja, kedaulatan Allah vs. kehendak bebas dalam soal keselamatan; masa depan Israel dan gereja; peran perbuatan baik dalam keselamatan, pengangkatan orang percaya pra-tribulasi vs pasca-tribulasi; karunia “tanda-tanda ajaib” dalam zaman modern, dan seterusnya. Inti dari perpecahan ini tidak pernah mengenai soal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan perbedaan yang tulus dari orang-orang yang saleh. Sekalipun bukan tanpa kekurangan, orang-orang ini berusaha menghormati Allah dan mempertahankan kemurnian doktrin berdasarkan hati nurani mereka dan pemahaman mereka akan FirmanNya. Zaman sekarang ada banyak dan beraneka denominasi. Denominasi “utama” yang mula-mula sebagaimana yang disebutkan di atas telah melahirkan berbagai cabang seperti Sidang Jemaat Allah, Kemah Injil, Nazarene, Evangelical Free, gereja-gereja Alkitabiah yang bersifat berdiri sendiri, dan lain-lainnya. Beberapa denominasi menekankan perbedaan kecil dalam doktrin, namun yang lebih sering mereka hanya berbeda dalam pola ibadah demi memuaskan selera dan preferensi yang berbeda di antara orang-orang Kristen. Namun, jangan salah, kita sebagai orang-orang percaya harus sehati dalam hal-hal yang mendasar dalam iman kita, namun di luar itu ada kebebasan mengenai bagaimana orang Kristen beribadah bersama. Kebebasan ini menyebabkan begitu banyak “rasa” kekristenan. Gereja Presbiterian Mbale, Uganda memiliki pola ibadah yang berbeda dari Gereja Presbiterian Denver, walau sikap doktrin mereka itu serupa. Keanekaragaman itu hal yang baik, bercerai berai itu bukanlah hal yang baik. Kalau dua gereja berbeda secara doktrin, dialog dan diskusi mengenai Firman Allah mungkin dibutuhkan. Prinsip “besi menajamkan besi” (Amsal 27:17) seperti ini menguntungkan semua. Kalau memang ada perbedaan dalam hal gaya dan bentuk, maka tidak ada masalah kalau keduanya tetap terpisah. Pemisahan semacam ini tidak menyingkirkan tanggung jawab orang-orang Kristen untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:11-12) dan pada dasarnya tetap dipersatukan dalam Kristus (Yohanes 17:21-22). Ketika mencari gereja, orang-percaya itu seharusnya mulai dari Pernyataan Iman gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus sejalan dengan doktrin yang dijabarkan Alkitab. Apa yang kita cari hendaklah pertama-tama ada tidaknya kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan Allah. Gereja itu penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian dari kelompok yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Kita membutuhkan relasi yang hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.

English

By : Sukron Ma’mun

Tanggung Jawab kepada Allah adalah tanggung jawab tertinggi dari eksistensi manusia yang beragama. Sebab tujuan utama dari beragama adalah untuk mengabdi kepada Tuhan. Manusia yang memiliki nilai tanggung jawab yang kuat kepada Tuhannya akan memberikan efek positif kepada bentuk tanggung jawab lainnya (kepada makhluk).

Manusia diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, atau tanpa tanpa arah dan tujuan. Namun, manusia yang merupakan bagian dari alam semesta ini diciptakan untuk suatu tujuan, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Kedudukan manusia dalam sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah yang bertugas mengabdi kepada-Nya. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Akan tetapi, Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. 

Ibadah yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah, mencakup ibadah dalam bentuk umum maupun khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul, mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdah) yaitu berbagai macam pengabdian kepada Allah yang bentuk dan cara melakukannya sesuai dengan ketentuan yang telah disyariatkan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Manusia sebagai hamba Allah (‘abd) adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah karena manusia dikaruniai akal untuk berfikir dan menimbang baik-buruk, benar-salah, juga terpuji-tercela, sedangkan makhluk lainnya tidaklah memperoleh kelebihan seperti halnya yang ada pada manusia. Namun, walaupun manusia memiliki kelebihan dan kemulian itu tidaklah bersifat abadi, tergantung pada sikap dan perbuatannya. Jika manusia memiliki amal saleh dan berakhlak mahmudah (yang baik), maka akan dipandang mulia disisi Allah dan manusia yang lain, tapi jika sebaliknya, manusia tersebut membuat kerusakan dan berakhlak mazmumah (yang jahat), maka predikat kemuliannya turun ke tingkat yang paling rendah dan bahkan lebih rendah dari hewan.

Menurut pendapatmu mengapa orang kristen harus memenuhi tanggung jawab dengan baik

Saat kita memikirkan kata moral, hal yang mungkin muncul dibenak kita ialah mengenai hal apa yang berlaku benar di dalam tata cara kita bermasyarakat, karena kita manusia, adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan untuk saling bergantung satu sama lain. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia memang lekat untuk dapat bersikap dengan bermoral. Bermoral dalam bermasyarakat, apalagi jika kita hidup di lingkungan yang teguh memegang nilai-nilai keagamaan, maka moral masyarakat kadang berasal dari serapan moral yang diajarkan agama. Tentunya nilai moral yang dari agama tidak hanya berasal dari salah satu agama saja, namun berasal dari semua agama yang sudah dianggap oleh seluruh masyarakat keberadaanya. Dengan begitu, maka semua agama mengajarkan hal yang sama, yaitu bagaimana menjadi manusia yang bermoral. Jika kita persempit, maka kita sebagai pengikut Kristus, kita belajar untuk dapat hidup bermoral secara moral Kristiani dalam hidup sementara di dunia ini.

Hidup sebagai seorang Kristiani yang juga bermoral Kristiani akan dilihat dalam beberapa hal yang menyangkut yaitu, Iman Kristiani, Norma, Pilihan dasar, Hati Nurani, Hukum, dan Dosa. Selain itu, akan ada penyangkutpautan hal-hal yang sudah dibahas dengan salah satu film relijius yang berdasarkan kisah nyata, Of Gods and Men.

Dalam dunia orang pengikut Kristus, kita percaya bahwa kita bermoral dengan dapat berbuat baik. Berbuat baik yang bagaimana? Yaitu berbuat baik yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri, namun dapat memberikan energi baik bagi siapapun disekitar kita. Dari apa yang sudah kita pelajari dari kecil, bahwa tujuan kita untuk berbuat baik ialah untuk mendapatkan tempat di surga nanti. Padahal, itu merupakan pikiran yang mungkin dapat dibilang cukup sempit sebagai seorang Kristiani. Pandangan yang baik mengenai hidup bermoral ialah untuk menyebarkan kasih yang sudah kita terima lebih dulu dari Tuhan Yesus, anak Bapa yang tunggal yang Bapa relakan untuk menggantikan kita dalam menebus dosa yang abadi. Hidup bermoral akan mengarahkan kita menjadi dapat berbuat baik karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih dahulu

Dalam pengertian dasariah, kata norma berarti pegangan atau pedoman, aturan, tolak ukur. Sedangkan norma moral ialah terkait dengan kebebasan, dan tugas, keadaan lingkungan hidup dan tingkah laku moral. norma moral berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri-sendiri dan sesama, sehingga meminta kita untuk memperhatikan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup; norma moral menarik perhatian kita kepada masalah-masalah moral yang kurang ditanggapi manusia; norma-norma moral dapat menarik perhatian manusia kepada gejala ‘pembiasan emosional’. Jika berdasarkan penjelasan dasar di atas, maka kedudukan dan peran Yesus Kristus sebagai norma-norma hidup moral tersirat. Dalam teologi moral, untuk adanya hubungan antar manusia maka melalui metode pendekatan personal. Hubungan pribadi harus berawal dari dan berlabuh pada hubungan manusia dengan Allah dalam Yesus Kristus dan melalui Roh Kudus. Keberadaan Yesus sebagai norma hidup moral terkait erat dengan : ciri normatif Kitab Suci bagi moralitas Kristiani; hubungan dan tegangan antara imam dan moralitas.

Tindakan manusia dalam berproses untuk menentukan sebuah pilihan dasar merupakan arah hidup dalam pribadi manusia. Manusia akan selalu disodori dengan banyak pilihan di hidupnya, karena Tuhan sendiri yang memberikan kita kebebasan dalam menentukan diri kita bagaimana cara menjalani hidup. Dengan begitu, pilihan-pilihan ini menentukan arah seorang manusia menjadi berbentuk sebuah dinamika yang tak kunjung usai dalam kehidupan. Pilihan ini berperan penting, sebab pilihan-pilihan dalam tindakan seseorang bermula dari bergantung banyak pada pilihan dasar. Rangkaian pilihan itu mengacu pada pilihan dasar yang membantu manusia dalam proses mempertimbangkan dan menilai moral. Namun sesungguhnya, dalam memilih, kita tidak sepenuhnya dapat memilih sendiri, sebab masih ada suara hati yang Tuhan pakai untuk memberikan kita waktu agar dapat memikirkan apa sebab akibat yang dapat ditimbulkan dengan memilih hal itu.

Hati nurani merupakan suatu hal yang kompleks, dalam artian bahwa hati nurani tidak bisa hanya disadari saja, namun perlu untuk dipahami. Oleh sebab itu, cara pendekatan untuk mengenal lebih jauh apa itu hati nurani dalam kehidupan sehari-hari, hati nurani dapat disadari sudah muncul dalam diri kita sebagai manusia meski kita tidak pernah berpikir untuk berbuat demikian. Hati nurani dalam aspek teologal lebih condong membahas keputusan manusia yang menyangkut hubungannya dengan Tuhan. Dalam pembahasan yang dilakukan oleh para ahli, menyebutkan permasalahan mengenai bagaimana munculnya hati nurani merupakan hal yang rumit. Dewasa ini, manusia sering memakai atau tertarik untuk membahas mengenai hati nurani kalau mereka ingin memprotes tentang kehidupan menurut sudut pandang manusia  yang tidak menjunjung tinggi norma yang berlaku dalam kalangannya sehingga dianggap tidak etis dalam bertindak.

Dengan begitu, setidaknya ada 3 pandangan dasar tentang hakikat hati nurani yang akan dikemukakan mengenai hati nurani. Pertama, umumnya yang dimaksud dengan hati nurani adalah keputusan konkret melalui penalaran praktis, berkat pengaruh kekuatan dalam hati nurani, yang menyangkut kebaikan moral dalam tindakan tertentu. Selain konkret, hati  nurani juga mempunyai sifat subjektif, individual dan eksistensial. Dalam hal ini, maka hati nurani lebih dipandang sebagai keputusan moral praktis yang memberitahukan kepada manusia dalam suatu keadaan konkret sambil mengingatkan manusia akan kewajiban moral yang perlu dipenuhi. Kedua, hati nurani dipandang sebagai kecakapan moral seseorang, “sanggar suci” terdalam manusia, tempat manusia mengenal dirinya dihadapan Tuhan dan orang lain. Hati nurani merupakan kedalaman keberadaan manusia yang sesungguhnya, pusat terdalam pribadi yang tertuju pada Tuhan yang memelihara manusia. Ketiga, hati nurani tidak lagi dipandang sebagai suatu “kecakapan di dalam kehendak dan intelek”, tetapi dilukiskan sebagai “tenaga dinamis” dalam diri manusia, yang memungkinkan pribadi manusia untuk memberikan tanggapan yang tepat dan benar dalam kehidupan seseorang.

Jika kita berbuat salah, apa yang akan kita pikirkan ialah kita akan mendapatkan sebuah sanksi, karena pada hakikat di dunia yang kita tempati ini, kita akan dianggap tidak bermoral jika berperilaku tidak sesuai dengan norma moral yang ada. Sanksi yang dapat kita terima memiliki banyak macam. Namun semuanya itu diatur dalam suatu aturan yang kita sebut hukum. Hukum yang dibuat oleh manusia tentunya berbeda dengan hukum yang Tuhan buat  untuk kita. Hukum Allah diringkaskan dalam kasih. Ada dalam Alkitab, Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah yang terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para nabi”(Matius 22:37-40)

Kita hidup di dunia yang tidak  sempurna. Kita hidup dengan orang-orang yang sudah menanggung dosa lahir. Itulah yang kita mengerti bila kita seorang Kristiani. Paham dosa dalam Kitab Suci disebutkan bahwa dosa merupakan bentuk dari perlawanan atau pemberontakan terhadap Allah yang dapat muncul akibat adanya kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Pemberontakan akan nubuat Allah ataupun aturan yang dibuatnya. Sementara, paham dosa dalam tradisi Katolik adalah suatu bentuk sikap negative atau menolak uluran kasih Tuhan merupakan pandangan baru terhadap pengertian dosa karena sebelumnya setiap pelanggaran hukum diartikan sebagai dosa. Namun, tidak semua hukum di dunia ini merupakan kebalikan dari dosa. Oleh karena itu, dosa sekarang dideskripsikan sebagai sikap dan pendirian menolak Allah serta kasih-Nya. Jika pengertian di atas dirangkumkan, maka dosa adalah suatu tindakan jahat secara moral yang dilakukan berdasarkan kebebasan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum Allah. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang melakukan dosa ialah orang terkutuk yang akan langsung diadili oleh orang lain. Pengampunan pada masa itu ialah dalam bentuk kurban. Namun, pada Perjanjian Baru, Allah kembali ingin merangkul manusia dengan membentuk kembali jembatan yang sudah putus dengan mengirim anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Yesus mati di kayu salib untuk menebus semua dosa manusia dan  bangkit lagi untuk menunggu hari penghakiman kita yang sudah ditebus.

Dalam film relijius Of Gods and Men diangkat dari kejadian nyata di tahun 1996. Sudah puluhan tahun mereka melayani dan hidup damai berdampingan bersama warga desa di atas pegunungan Atlas—beberapa diantaranya bahkan merasa sia-sia jika harus kembali ke Prancis. Kemunculan milisi agama lain yang fundamentalis mengubah semuanya. Mereka tidak hanya mengancam biara, tetapi juga seluruh warga desa. Akhir cerita, setelah beberapa lama tarik-menarik dengan milisi dan militer, delapan biarawan menemui nasib tragisnya, diculik, dan dibunuh. Pembunuhan yang hingga kini masih misterius itu merupakan satu dari episode panjang pembantaian warga sipil. Namun, yang ingin kita lihat bukan kepada dampak apa yang akan dihadapi pelaku, tetapi kita menilik langsung kehidupan para biarawan yang masih ingin mempertahankan keberadaan mereka dan keberadaan masyarakat lainnya dengan kasih. Hal itu patut kita contoh karena seluas apapun ajaran yang diberikan kepada kita, tujuannya ialah untuk mendapat dan memberikan kasih. Karena jika kita telaah lebih dalam lagi, maka moral Kristiani ialah berdasarkan kasih dan oleh kasih.

Daftar Pustaka :

Aman, P.C., 2016. Moral Dasar  Prinsip-prinsip Pokok Hidup Kristiani. Yogyakarta : Obor

Chang, William, 2000. Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta : Kanisius

Jusuf, W., 2011. Masa Kritis. https://cinemapoetica.com/of-gods-and-men/ . Diakses pada tanggal 3 Juni 2019

Victorya Basule

Mahasiswi Farmasi USD