Mengapa pendidikan life skill itu penting bagi generasi muda

Halo Ayah dan Bunda! Dalam kesempatan kali ini, SASC ingin berbagi mengenai keterampilan hidup yang penting dimiliki untuk remaja, khususnya bagi mereka yang sedang menjalani perkuliahan. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang keterampilan hidup apa saja, ada baiknya kita ulas dulu mengenai keterampilan hidup itu sendiri.

Keterampilan hidup (life skills) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukkan perilaku positif yang pada akhirnya memampukan individu untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan efektif (WHO, 1997).

Keterampilan hidup ini sangat penting, khususnya bagi mahasiswa. Karena mahasiswa dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tangguh dalam proses menuju kedewasaan. Hal ini juga berlaku di kehidupan perkuliahan. Mahasiswa akan memiliki banyak tuntutan dan tantangan selama menjalani perkuliahan. Beberapa tantangan yang mungkin muncul adalah tugas yang diberikan dari Dosen, masalah dalam pertemanan ataupun hubungan romantis, materi pembelajaran yang sulit, dan sebagainya. Beberapa keterampilan hidup dalam perkuliahan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa adalah manajemen waktu, berpikir kritis, keterampilan belajar, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan untuk mencari bantuan/informasi.

Manajemen waktu merupakan salah satu keterampilan yang paling penting yang perlu dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa dalam satu semester pasti memiliki banyak tugas dan materi yang harus dikuasai. Jika mahasiswa tidak dapat mengatur waktunya, kemungkinan terbesarnya adalah mahasiswa tidak dapat maksimal dalam perkuliahan. Kasus yang sering terjadi adalah mahasiswa menunda-nunda tugas atau pekerjaan, karena mengganggap pengumpulan tugasnya masih lama. Ini akan membuat mahasiswa menjadi santai dan membuang-buang waktunya dengan hal yang tidak berguna. Di detik-detik terakhir sebelum pengumpulan tugas, mahasiswa baru akan menyadari dan mengerjakan tugas apa adanya. Tentu hasilnya tidak akan maksimal, dibandingkan jika mahasiswa sudah mengerjakannya sejak awal.

Sebagai mahasiswa, tentunya mereka diharapkan untuk bisa berpikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional. Definisi lain dari berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis data ataupun fakta yang ada untuk mencari kesimpulan ataupun solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Keterampilan untuk berpikir kritis sangat dibutuhkan mahasiswa untuk bisa menemukan data atau informasi yang tepat dalam pengerjaan tugas ataupun saat mengikuti pembelajaran di kelas.

Dalam mengikuti perkuliahan, mahasiswa pasti akan sering mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu mahasiswa perlu memiliki keterampilan belajar. Ada banyak keterampilan belajar yang berguna bagi mahasiswa untuk dapat menguasai materi dengan efektif dan efisien. Contohnya adalah keterampilan untuk menemukan ide-ide penting, mencatat secara efektif dan efisien, membuat mind-mapping, kemampuan mengingat, keterampilan untuk menjelaskan ide, kemampuan menulis, dan sebagainya.

Sebagai mahluk sosial, tentu manusia tidak dapat lepas dari komunikasi. Dalam perkuliahanpun, akan ada banyak interaksi yang terjadi. Mulai dari hubungan pertemanan, pacaran, pengerjaan tugas kelompok, bahkan skripsi. Untuk menghadapi masalah yang mungkin terjadi karena interaksi antara individu, mahasiswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan asertif. Asertif adalah salah satu bentuk komunikasi, dimana kita dapat menyuarakan ide/pemikiran kita tanpa bersikap agresif.

  1. Keterampilan untuk Mencari Bantuan/Informasi

Saat menghadapi suatu masalah, kadang kita tidak memiliki informasi atau sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada saat itulah kita harus tahu kemana kita bisa mencari bantuan ataupun informasi yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu contoh pencarian bantuan adalah jika mahasiswa BINUS mengalami kendala pembelajaran, mahasiswa bisa datang ke SASC bagian Konseling ataupun Mentoring untuk mencari bantuan ataupun informasi agar mahasiswa bisa menyelesaikan masalahnya.

Selain 5 keterampilan diatas, masih ada banyak keterampilan lain yang dibutuhkan bagi individu agar dapat menyelesaikan masalah ataupun tantangan secara mandiri. Kira-kira, apalagi ya keterampilan hidup yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak kita?

Yok, kita terus belajar membekali dan mendamping anak-anak kita Ayah dan Bunda

Sumber:

Chenge, Dorothy & Syomwene, Anne. (2016). Internal Curriculum Supervision Of Life Skills Education In Public Secondary Schools: A Case Of Lugari Sub-County, Kenya. 10.5281/zenodo.166108.

Clarke University. (t.thn.). Essentials Skills for College Students. Dipetik April 1, 2019, dari Clarke University Campus Life: https://www.clarke.edu/campus-life/health-wellness/counseling/articles-advice/essential-skills-for-college-students/

World Health Organization. (1994). Life skills education for children and adolescents in schools. Pt. 3, Training workshops for the development and implementation of life skills programmes (No. WHO/MNH/PSF/93.7 B. Rev. 1). Geneva: World Health Organization.

University of The People. (t.thn.). 5 Study Skills and Techniques for Students who Want to Succeed in College. Dipetik April 1, 2019, dari https://www.uopeople.edu/blog/5-study-skills-and-techniques-for-students-who-want-to-succeed-in-college/

Gambar diambil dari Google

sumber gambar: kuliahbahasainggris.com

Pendidikan merupakan salah satu akar perkembangan bangsa bahkan dunia. Lalu pendidikan yang bagaimana yang mampu membentuk generasi hebat untuk perkembangan bangsa dan dunia?. Tentunya hal ini menjadi PR bagi kita sebagai tenaga  pendidik yang mendidik siswanya secara formal, dan orang tua sebagai pendidik sekaligus pembimbing secara informal.

Pendidikan tak hanya berlangsung secara formal di Sekolah, Madrasah, dan Instansi lainnya. Tetapi pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self - instruction ). Disinilah peran penting orang tua sebagai pendidik secara informal. bahkan pembentukan karakter anak akan lebih besar pengaruhnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. 

Sebagai salah satu contoh, bagaimana kita bisa menanamkan pembiasaan pada anak, dalam hal ini lebih tepatnya kita sebagai orang tua tak cukup hanya dengan " menyuruh " tetapi harus "mengajak ". Karena dengan mengajak cenderung akan lebih diikuti sementara kalau hanya menyuruh kemungkinan hanya akan di dengarkan saja. 

Di era sekarang ini dengan instrumen teknologi yang semakin pesat, seharusnya bisa menjadi fasilitas yang baik dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter anak , guna melahirkan generasi - generasi intelektual yang memiliki Life Skill ( keterampilan / kecakapan hidup ). Karena generasi yang genius tak bisa dinilai hanya mengandalkan kemampuan otak, akan tetapi generasi yang mau dan mampu mengamalkan kompetensi yang dimilikinya. 

Kreatif berkarya menggali potensi yang ada kemudian dapat diolah sehingga menghasilkan hasil yang mewah dan berdaya guna untuk kepentingan orang banyak. Tak hanya itu  generasi genius harus disertai religius. Menurut KH. Adrian Mafatihallah Karim MA, dalam bukunya " Lepas dari lapas hidup "   bahwa : " Generasi genius dan religius adalah generasi yang luas ilmunya, sehat jasmaninya dan indah akhlaknya."  

Namun demikian, tak sedikit generasi anak zaman " now" yang lebih senang bergaya, berbicara gegabah, selebor dalam penampilan, senang ber- euforia, padahal diluar perilaku apa yang dilakukannya sangat berbahaya pada sendi - sendi kehidupan yang berpengaruh pada berkembangan bangsa dan dunia. Dengan produk teknologi dan informasi yang semakin pesat. tak sedikit yang hanya menjadi " tontonan " bukan " tuntunan ".

Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing putra putrinya, karena anak - anak kita adalah aset berharga bagi perkembangan bangsa dan dunia, bahkan di yaumul akhir merekalah yang akan menghantarkan orang tuanya ke syurgaNya. Sebagaimana Rasullah SAW bersabda : " Apabila anak adam meninggal dunia, maka pahalanya terputus, kecuali 3 perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. " ( H.R Muslim )    

Itulah salah satu alasan betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan tak cukup hanya memiliki pengetahuan, melainkan harus diimbangi dengan skill dan akhlakul karimah. 

Memang bukan hal yang mudah  menjadi pendidik untuk buah hati kita sendiri, terlebih pada usia yang mulai remaja, dimana mereka berada pada kondisi jiwa abu - abu, labil, bahkan cenderung melawan sesuatu yang tabu,  inilah yang disebut masa " golden age " yaitu masa pancaroba atau pubertas yang dianggap sebagai masa kritis. Oleh karenanya pada masa seperti ini pendidikan life skill sangan penting diharapkan. 

Life skill atau keterampilan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problematika kehidpan secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Penerapan life skill ini sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik kehidupan pribadi, masyarakat, maupun sebagai warga negara, dengan hasil yang dapat mencapai tujuan hidupnya. 

Pada situasi WFH ini, sebagai orang tua di rumah kita bisa menerapkan contoh life skill dari hal yang terkecil dalam kegiatan sehari - hari atau yang disebut " Daily Living Skill" antara lain meliputi : pengelolaan rumah pribadi, pengelolaan waktu luang, kesadaran akan pentingnya kesehatan, kesadaran akan lingkungan, dan masih banyak lainnya.  Menurut WHO, Life skill ( kecakapan hidup ) terdiri dari : kecakapan pribadi ( personal skill ), kecakapan sosial ( social skill ), kecakapan berfikir ( thinking skill ), kecakapan akademik ( academic skill ),dan kecakapan kejujuran (vocational skill)


Page 2

Pendidikan merupakan salah satu akar perkembangan bangsa bahkan dunia. Lalu pendidikan yang bagaimana yang mampu membentuk generasi hebat untuk perkembangan bangsa dan dunia?. Tentunya hal ini menjadi PR bagi kita sebagai tenaga  pendidik yang mendidik siswanya secara formal, dan orang tua sebagai pendidik sekaligus pembimbing secara informal.

Pendidikan tak hanya berlangsung secara formal di Sekolah, Madrasah, dan Instansi lainnya. Tetapi pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self - instruction ). Disinilah peran penting orang tua sebagai pendidik secara informal. bahkan pembentukan karakter anak akan lebih besar pengaruhnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. 

Sebagai salah satu contoh, bagaimana kita bisa menanamkan pembiasaan pada anak, dalam hal ini lebih tepatnya kita sebagai orang tua tak cukup hanya dengan " menyuruh " tetapi harus "mengajak ". Karena dengan mengajak cenderung akan lebih diikuti sementara kalau hanya menyuruh kemungkinan hanya akan di dengarkan saja. 

Di era sekarang ini dengan instrumen teknologi yang semakin pesat, seharusnya bisa menjadi fasilitas yang baik dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter anak , guna melahirkan generasi - generasi intelektual yang memiliki Life Skill ( keterampilan / kecakapan hidup ). Karena generasi yang genius tak bisa dinilai hanya mengandalkan kemampuan otak, akan tetapi generasi yang mau dan mampu mengamalkan kompetensi yang dimilikinya. 

Kreatif berkarya menggali potensi yang ada kemudian dapat diolah sehingga menghasilkan hasil yang mewah dan berdaya guna untuk kepentingan orang banyak. Tak hanya itu  generasi genius harus disertai religius. Menurut KH. Adrian Mafatihallah Karim MA, dalam bukunya " Lepas dari lapas hidup "   bahwa : " Generasi genius dan religius adalah generasi yang luas ilmunya, sehat jasmaninya dan indah akhlaknya."  

Namun demikian, tak sedikit generasi anak zaman " now" yang lebih senang bergaya, berbicara gegabah, selebor dalam penampilan, senang ber- euforia, padahal diluar perilaku apa yang dilakukannya sangat berbahaya pada sendi - sendi kehidupan yang berpengaruh pada berkembangan bangsa dan dunia. Dengan produk teknologi dan informasi yang semakin pesat. tak sedikit yang hanya menjadi " tontonan " bukan " tuntunan ".

Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing putra putrinya, karena anak - anak kita adalah aset berharga bagi perkembangan bangsa dan dunia, bahkan di yaumul akhir merekalah yang akan menghantarkan orang tuanya ke syurgaNya. Sebagaimana Rasullah SAW bersabda : " Apabila anak adam meninggal dunia, maka pahalanya terputus, kecuali 3 perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. " ( H.R Muslim )    

Itulah salah satu alasan betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan tak cukup hanya memiliki pengetahuan, melainkan harus diimbangi dengan skill dan akhlakul karimah. 

Memang bukan hal yang mudah  menjadi pendidik untuk buah hati kita sendiri, terlebih pada usia yang mulai remaja, dimana mereka berada pada kondisi jiwa abu - abu, labil, bahkan cenderung melawan sesuatu yang tabu,  inilah yang disebut masa " golden age " yaitu masa pancaroba atau pubertas yang dianggap sebagai masa kritis. Oleh karenanya pada masa seperti ini pendidikan life skill sangan penting diharapkan. 

Life skill atau keterampilan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problematika kehidpan secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Penerapan life skill ini sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik kehidupan pribadi, masyarakat, maupun sebagai warga negara, dengan hasil yang dapat mencapai tujuan hidupnya. 

Pada situasi WFH ini, sebagai orang tua di rumah kita bisa menerapkan contoh life skill dari hal yang terkecil dalam kegiatan sehari - hari atau yang disebut " Daily Living Skill" antara lain meliputi : pengelolaan rumah pribadi, pengelolaan waktu luang, kesadaran akan pentingnya kesehatan, kesadaran akan lingkungan, dan masih banyak lainnya.  Menurut WHO, Life skill ( kecakapan hidup ) terdiri dari : kecakapan pribadi ( personal skill ), kecakapan sosial ( social skill ), kecakapan berfikir ( thinking skill ), kecakapan akademik ( academic skill ),dan kecakapan kejujuran (vocational skill)


Mengapa pendidikan life skill itu penting bagi generasi muda

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 3

Pendidikan merupakan salah satu akar perkembangan bangsa bahkan dunia. Lalu pendidikan yang bagaimana yang mampu membentuk generasi hebat untuk perkembangan bangsa dan dunia?. Tentunya hal ini menjadi PR bagi kita sebagai tenaga  pendidik yang mendidik siswanya secara formal, dan orang tua sebagai pendidik sekaligus pembimbing secara informal.

Pendidikan tak hanya berlangsung secara formal di Sekolah, Madrasah, dan Instansi lainnya. Tetapi pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self - instruction ). Disinilah peran penting orang tua sebagai pendidik secara informal. bahkan pembentukan karakter anak akan lebih besar pengaruhnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. 

Sebagai salah satu contoh, bagaimana kita bisa menanamkan pembiasaan pada anak, dalam hal ini lebih tepatnya kita sebagai orang tua tak cukup hanya dengan " menyuruh " tetapi harus "mengajak ". Karena dengan mengajak cenderung akan lebih diikuti sementara kalau hanya menyuruh kemungkinan hanya akan di dengarkan saja. 

Di era sekarang ini dengan instrumen teknologi yang semakin pesat, seharusnya bisa menjadi fasilitas yang baik dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter anak , guna melahirkan generasi - generasi intelektual yang memiliki Life Skill ( keterampilan / kecakapan hidup ). Karena generasi yang genius tak bisa dinilai hanya mengandalkan kemampuan otak, akan tetapi generasi yang mau dan mampu mengamalkan kompetensi yang dimilikinya. 

Kreatif berkarya menggali potensi yang ada kemudian dapat diolah sehingga menghasilkan hasil yang mewah dan berdaya guna untuk kepentingan orang banyak. Tak hanya itu  generasi genius harus disertai religius. Menurut KH. Adrian Mafatihallah Karim MA, dalam bukunya " Lepas dari lapas hidup "   bahwa : " Generasi genius dan religius adalah generasi yang luas ilmunya, sehat jasmaninya dan indah akhlaknya."  

Namun demikian, tak sedikit generasi anak zaman " now" yang lebih senang bergaya, berbicara gegabah, selebor dalam penampilan, senang ber- euforia, padahal diluar perilaku apa yang dilakukannya sangat berbahaya pada sendi - sendi kehidupan yang berpengaruh pada berkembangan bangsa dan dunia. Dengan produk teknologi dan informasi yang semakin pesat. tak sedikit yang hanya menjadi " tontonan " bukan " tuntunan ".

Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing putra putrinya, karena anak - anak kita adalah aset berharga bagi perkembangan bangsa dan dunia, bahkan di yaumul akhir merekalah yang akan menghantarkan orang tuanya ke syurgaNya. Sebagaimana Rasullah SAW bersabda : " Apabila anak adam meninggal dunia, maka pahalanya terputus, kecuali 3 perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. " ( H.R Muslim )    

Itulah salah satu alasan betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan tak cukup hanya memiliki pengetahuan, melainkan harus diimbangi dengan skill dan akhlakul karimah. 

Memang bukan hal yang mudah  menjadi pendidik untuk buah hati kita sendiri, terlebih pada usia yang mulai remaja, dimana mereka berada pada kondisi jiwa abu - abu, labil, bahkan cenderung melawan sesuatu yang tabu,  inilah yang disebut masa " golden age " yaitu masa pancaroba atau pubertas yang dianggap sebagai masa kritis. Oleh karenanya pada masa seperti ini pendidikan life skill sangan penting diharapkan. 

Life skill atau keterampilan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problematika kehidpan secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Penerapan life skill ini sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik kehidupan pribadi, masyarakat, maupun sebagai warga negara, dengan hasil yang dapat mencapai tujuan hidupnya. 

Pada situasi WFH ini, sebagai orang tua di rumah kita bisa menerapkan contoh life skill dari hal yang terkecil dalam kegiatan sehari - hari atau yang disebut " Daily Living Skill" antara lain meliputi : pengelolaan rumah pribadi, pengelolaan waktu luang, kesadaran akan pentingnya kesehatan, kesadaran akan lingkungan, dan masih banyak lainnya.  Menurut WHO, Life skill ( kecakapan hidup ) terdiri dari : kecakapan pribadi ( personal skill ), kecakapan sosial ( social skill ), kecakapan berfikir ( thinking skill ), kecakapan akademik ( academic skill ),dan kecakapan kejujuran (vocational skill)


Mengapa pendidikan life skill itu penting bagi generasi muda

Lihat Edukasi Selengkapnya


Page 4

Pendidikan merupakan salah satu akar perkembangan bangsa bahkan dunia. Lalu pendidikan yang bagaimana yang mampu membentuk generasi hebat untuk perkembangan bangsa dan dunia?. Tentunya hal ini menjadi PR bagi kita sebagai tenaga  pendidik yang mendidik siswanya secara formal, dan orang tua sebagai pendidik sekaligus pembimbing secara informal.

Pendidikan tak hanya berlangsung secara formal di Sekolah, Madrasah, dan Instansi lainnya. Tetapi pendidikan dapat berlangsung di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, bahkan pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self - instruction ). Disinilah peran penting orang tua sebagai pendidik secara informal. bahkan pembentukan karakter anak akan lebih besar pengaruhnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. 

Sebagai salah satu contoh, bagaimana kita bisa menanamkan pembiasaan pada anak, dalam hal ini lebih tepatnya kita sebagai orang tua tak cukup hanya dengan " menyuruh " tetapi harus "mengajak ". Karena dengan mengajak cenderung akan lebih diikuti sementara kalau hanya menyuruh kemungkinan hanya akan di dengarkan saja. 

Di era sekarang ini dengan instrumen teknologi yang semakin pesat, seharusnya bisa menjadi fasilitas yang baik dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter anak , guna melahirkan generasi - generasi intelektual yang memiliki Life Skill ( keterampilan / kecakapan hidup ). Karena generasi yang genius tak bisa dinilai hanya mengandalkan kemampuan otak, akan tetapi generasi yang mau dan mampu mengamalkan kompetensi yang dimilikinya. 

Kreatif berkarya menggali potensi yang ada kemudian dapat diolah sehingga menghasilkan hasil yang mewah dan berdaya guna untuk kepentingan orang banyak. Tak hanya itu  generasi genius harus disertai religius. Menurut KH. Adrian Mafatihallah Karim MA, dalam bukunya " Lepas dari lapas hidup "   bahwa : " Generasi genius dan religius adalah generasi yang luas ilmunya, sehat jasmaninya dan indah akhlaknya."  

Namun demikian, tak sedikit generasi anak zaman " now" yang lebih senang bergaya, berbicara gegabah, selebor dalam penampilan, senang ber- euforia, padahal diluar perilaku apa yang dilakukannya sangat berbahaya pada sendi - sendi kehidupan yang berpengaruh pada berkembangan bangsa dan dunia. Dengan produk teknologi dan informasi yang semakin pesat. tak sedikit yang hanya menjadi " tontonan " bukan " tuntunan ".

Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing putra putrinya, karena anak - anak kita adalah aset berharga bagi perkembangan bangsa dan dunia, bahkan di yaumul akhir merekalah yang akan menghantarkan orang tuanya ke syurgaNya. Sebagaimana Rasullah SAW bersabda : " Apabila anak adam meninggal dunia, maka pahalanya terputus, kecuali 3 perkara : shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya. " ( H.R Muslim )    

Itulah salah satu alasan betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan tak cukup hanya memiliki pengetahuan, melainkan harus diimbangi dengan skill dan akhlakul karimah. 

Memang bukan hal yang mudah  menjadi pendidik untuk buah hati kita sendiri, terlebih pada usia yang mulai remaja, dimana mereka berada pada kondisi jiwa abu - abu, labil, bahkan cenderung melawan sesuatu yang tabu,  inilah yang disebut masa " golden age " yaitu masa pancaroba atau pubertas yang dianggap sebagai masa kritis. Oleh karenanya pada masa seperti ini pendidikan life skill sangan penting diharapkan. 

Life skill atau keterampilan hidup dapat diartikan sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problematika kehidpan secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Penerapan life skill ini sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup dan kehidupan, baik kehidupan pribadi, masyarakat, maupun sebagai warga negara, dengan hasil yang dapat mencapai tujuan hidupnya. 

Pada situasi WFH ini, sebagai orang tua di rumah kita bisa menerapkan contoh life skill dari hal yang terkecil dalam kegiatan sehari - hari atau yang disebut " Daily Living Skill" antara lain meliputi : pengelolaan rumah pribadi, pengelolaan waktu luang, kesadaran akan pentingnya kesehatan, kesadaran akan lingkungan, dan masih banyak lainnya.  Menurut WHO, Life skill ( kecakapan hidup ) terdiri dari : kecakapan pribadi ( personal skill ), kecakapan sosial ( social skill ), kecakapan berfikir ( thinking skill ), kecakapan akademik ( academic skill ),dan kecakapan kejujuran (vocational skill)


Mengapa pendidikan life skill itu penting bagi generasi muda

Lihat Edukasi Selengkapnya