Apabila seorang penuntut ilmu ingin meraih kesuksesan dalam studinya, ada tiga hal yang perlu dijadikan pedoman dalam tiap proses pembelajarannya. Berikut penjabaran dari ketiga kunci sukses dalam menuntut ilmu. ilustrasi bersungguh-sungguhAllah Ta’ala berfirman,
Seseorang yang bersungguh-sungguh dalam menunaikan suatu pekerjaan akan lebih mudah untuk menempuh tujuannya. Karena apabila ia bersungguh-sungguh maka semua masalah yang menghadang di tengah jalan akan mudah teratasi dengannya. Sebaliknya, orang yang tidak bersungguh-sungguh atau melakukan sesuatu dengan setengah hati maka akan terasa lebih sukar untuk menggapai kesuksesan. 2. Ketekunan ilustrasi ketekunanKetekunan bisa juga kita sebut dengan istilah ‘istiqomah’. Dengan keistiqomahan ini, semua ketidakmungkinan bisa diraih. Yang awalnya sukar pun, terasa lebih mudah apabila kita melakukan sesuatu secara kontinu (istiqomah). Sesuatu yang dilakukan sedikit-sedikit namun kontinu lebih baik daripada melakukan sesuatu yang besar namun hanya dilaksanakan sesekali. Oleh karena itu, membaca buku satu lembar tiap harinya lebih baik ketimbang membaca sebuah buku dalam sehari semalam suntuk namun besoknya tidak dilakukan lagi. Bahkan saking tekunnya para ulama’, ada beberapa mereka yang memilih untuk membujang. Seperti Abu Hurairah ra., Sibawayh, Ibnu Jarir at-Thabari, Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi, Imam az-Zamakhsyari al-Khawarizmi, Ibnu Taimiyyah al-Harani ad-Dimasyqi, dll. 3. Keinginan yang Kuat ilustrasi keinginan kuat bak seorang prajurit perangPepatah Arab mengatakan,
Tanpa keinginan yang kuat atau cita-cita yang luhur, kita tidak akan mampu meraih kesuksesan. Karena siapa yang mudah goyah dan tidak teguh pendiriannya, maka akan lebih mudah pula mendapati kegagalan. Dalam konteks menuntut ilmu, kesungguhan yang dibutuhkan bukan hanya datang dari sang penuntut ilmu, namun menuntut kesungguhan dari tenaga pendidik juga wali murid. Karena tiga pihak ini harus saling terintegrasi satu sama lain. Asy-Syaikh Al-Imam Al Ajall Al-Ustadz Sadiduddin Asy-Syairazi malantunkan sya’ir kepadaku gubahan Imam Asy-Syafi’iy rahimahumallah;
Selain itu, dalam syair Arab lainnya disebutkan;
Begitulah renungan santri sejati kita kali ini, semoga kita dapat menjadi santri atau penuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Agar berkah ilmu itu tidak berhenti begitu saja, namun terus mengalir hingga akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.. [Warda Az-Zahra] Terkait
Mencari atau menuntut ilmu dalam pandangan Islam, merupakan suatu kewajiban. Sebab, dengan ilmulah seseorang akan bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak harus dikerjakan. Seseorang yang bekerja atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki, pasti berbeda dengan seseorang yang bekerja tanpa berilmu atau berpengetahuan.
Baca selengkapnya di: https://www.cumaberbagi.com/2020/08/semangat-menuntut-ilmu.html Baca selengkapnya di: https://www.cumaberbagi.com/2020/08/semangat-menuntut-ilmu.html 10 Hadits Menuntut Ilmu dalam Islam, Arab, Latin, dan Artinya Artinya: "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Thabrani). Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699). Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi). Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani). Artinya: "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR Muslim no. 1631). Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan." (HR Ibnu Majah). Artinya: "Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas." (HR Bukhari). Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad). Artinya: "Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik keberagaman kalian adalah sikap wara'," (HR Turmidzi). Artinya: "Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti," (HR Abu Daud). Berdasarkan hadits menuntut ilmu yang telah dipaparkan di atas, Syekh Al-Zarjuni dalam kitabnya Ta'limul Muta'allim menekankan niat dalam menuntut ilmu itu harus didasari keikhlasan. Pasalnya, menuntut ilmu bagi umat muslim tidak hanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan diri orang bodoh lainnya. Namun, dilakukan semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT dan kehidupan akhirat. Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Hadis di atas tentunya sudah tidak asing di benak kita, bahwa kewajiban menuntut ilmu itu diperuntukkan bagi setiap orang Islam. Syaikh Az Zarnuji pun menjelaskan, bahwa diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari ilmu yang dibutuhkan dirinya sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat diamalkan kapan saja dan dimana saja. Mengapa wajib bagi setiap Muslim untuk menuntut ilmu? Karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa keutamaan ilmu diantaranya adalah:
Keutamaan akan ilmu ini seyogyanya dapat menjadikan setiap Muslim senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Syaikh Az Zarnuji mengatakan, bahwa diantara hal yang penting dalam menuntut ilmu yang harus diperhatikan adalah fil jiddi (kesungguhan). Jika sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanhu wa ta’ala akan memberikan keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), juga perlu diiringi dengan sikap kesungguhan yang terus menerus (al muwazobah) dan komitmen (al muzallimah) dalam menuntut ilmu. Tiga sikap ini harus ada dalam diri pelajar (orang yang belajar) dan berjalan beriringan, tidak dapat hanya salah satu saja. Wajib bagi setiap pelajar, bersungguh-sungguh, terus menerus, dan komitmen, tidak berhenti hingga tujuan dalam menuntut ilmu tercapai. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab (itu) dengan kuat”, dan dalam QS Al Ankabut: 69 yang artinya, “Dan orang-orang berjuang, untuk mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka jalan-jalan menuju Kami”. Dikatakan oleh Az Zarnuji, barangsiapa yang mencari sesuatu dan dilakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti dia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang mengetuk pintu dengan terus menerus, pasti dapat masuk. Dikatakan pula, bahwa sesuai dengan kesungguhannya, seseorang akan mendapat apa yang menjadi harapannya. Dalam konteks kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi seseorang akan dapat selesai dengan kesungguhan, terutama kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar. Allah akan memberikan pertolongan pada seseorang jika Allah menghendaki. Kesulitan dapat selesai dengan kesungguhan adalah menjadi anugerah Allah subhanahu wa ta’ala dan berada dalam kekuasaan-Nya. Kesungguhan dalam belajar dan memperdalam ilmu bukan hanya dari pelajar semata namun kesungguhan ini juga dibutuhkan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, dan orang tua. Jika murid, guru, dan orang tua sungguh-sungguh, insya Allah itu akan berhasil, kesulitan (dalam menuntut ilmu, dalam belajar) akan dapat terselesaikan, insya Allah. Manusia diperintahkan Allah untuk belajar dan belajar. Hanya saja memang kualitas akal manusia itu berbeda-beda. Nah, kesungguhan inilah yang menjadi kunci. Dengan kesungguhan ini, sesuatu yang sulit itu insya Allah akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bagaimana ilmu itu dapat diperoleh tanpa melalui kesulitan? Banyak diantara kita ini memiliki cita-cita, memiliki keinginan, namun jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kedustaan. Apapun cita-cita dan keinginan seseorang, jika diiringi dengan kesungguhan, maka insya Allah akan terwujud. Jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kegilaan. Kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Tanpa kesungguhan, maka kita adalah orang yang gila. Orang belum dapat dikatakan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, jika dia belum mendapatkan kepayahan yang sangat dalam menuntut ilmu. Allah akan memberikan jalan keluar untuk kesungguhan tersebut. Masya Allah, merujuk pada materi di atas, maka pentinglah bagi setiap diri kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam belajar (menuntut ilmu). Semoga rangkuman materi ini dapat menjadi refleksi untuk diri kita, terlebih khusus bagi penulis pribadi. Insya Allah akan kita lanjutkan pembahasan mengenai kesungguhan dalam menuntut ilmu pada kesempatan berikutnya. Allahu’alam bish showab. Share This Post To : Kembali ke Atas Artikel Lainnya :Komentar :
Kembali ke Atas |