Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu

Apabila seorang penuntut ilmu ingin meraih kesuksesan dalam studinya, ada tiga hal yang perlu dijadikan pedoman dalam tiap proses pembelajarannya. Berikut penjabaran dari ketiga kunci sukses dalam menuntut ilmu.

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
ilustrasi bersungguh-sungguh

Allah Ta’ala berfirman,

والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلن

“Dan Orang-orang yang (berusaha) mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan Kami” (Surat 29, Al-Ankabut 69).

Seseorang yang bersungguh-sungguh dalam menunaikan suatu pekerjaan akan lebih mudah untuk menempuh tujuannya. Karena apabila ia bersungguh-sungguh maka semua masalah yang menghadang di tengah jalan akan mudah teratasi dengannya. Sebaliknya, orang yang tidak bersungguh-sungguh atau melakukan sesuatu dengan setengah hati maka akan terasa lebih sukar untuk menggapai kesuksesan.

2. Ketekunan

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
ilustrasi ketekunan

Ketekunan bisa juga kita sebut dengan istilah ‘istiqomah’. Dengan keistiqomahan ini, semua ketidakmungkinan bisa diraih. Yang awalnya sukar pun, terasa lebih mudah apabila kita melakukan sesuatu secara kontinu (istiqomah).

Sesuatu yang dilakukan sedikit-sedikit namun kontinu lebih baik daripada melakukan sesuatu yang besar namun hanya dilaksanakan sesekali. Oleh karena itu, membaca buku satu lembar tiap harinya lebih baik ketimbang membaca sebuah buku dalam sehari semalam suntuk namun besoknya tidak dilakukan lagi.

Bahkan saking tekunnya para ulama’, ada beberapa mereka yang memilih untuk membujang. Seperti Abu Hurairah ra., Sibawayh, Ibnu Jarir at-Thabari, Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi, Imam az-Zamakhsyari al-Khawarizmi, Ibnu Taimiyyah al-Harani ad-Dimasyqi, dll.

3. Keinginan yang Kuat

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
ilustrasi keinginan kuat bak seorang prajurit perang

Pepatah Arab mengatakan,

من طلب شيئا وجد وجد، ومن قرع الباب ولج ولج

Barangsiapa bersungguh-sungguh dalam mencari sesuatu ia pasti mendapatkan, dan barangsiapa yang mengetuk pintu dan maju pantang mundur, ia pasti dapat masuk.

Tanpa keinginan yang kuat atau cita-cita yang luhur, kita tidak akan mampu meraih kesuksesan. Karena siapa yang mudah goyah dan tidak teguh pendiriannya, maka akan lebih mudah pula mendapati kegagalan.

Dalam konteks menuntut ilmu, kesungguhan yang dibutuhkan bukan hanya datang dari sang penuntut ilmu, namun menuntut kesungguhan dari tenaga pendidik juga wali murid. Karena tiga pihak ini harus saling terintegrasi satu sama lain.

Asy-Syaikh Al-Imam Al Ajall Al-Ustadz Sadiduddin Asy-Syairazi malantunkan sya’ir kepadaku gubahan Imam Asy-Syafi’iy rahimahumallah;

اَلْجِدُّ يُدْنِى كُلَّ أَمْرٍ شَاسِعٍ # وَالْجِدُّ يَفْتَحُ كُلَّ بَابٍ مُغْلَقِ

Bersungguh-sungguh dapat mendekatkan segala perkara yang jauh # dan Bersungguh-sungguh dapat membuka setiap pintu yang terkunci

وَأَحَقُّ خَلْقِ اللهِ بِالْهَمِّ امْرُؤٌ # ذُوْ هِمَّةٍ يُبْلَى بَعَيْشٍ ضَيِّقِ

Makhluk Allah yang paling pantas di bilang sengsara adalah orang # yang bercita-cita tinggi yang di uji dengan kehidupan yang sempit

وَمِنَ الدَّلِيْلِ عَلَى الْقَضَاءِ وَحُكْمِهِ # بُؤْسُ اللَّبِيْبِ وَطْيْبُ عَيْشِ الْأَحْمَقِ

Di antara tanda bukti atas ketetapan dan hukum-Nya # adalah kesempitan orang cerdas dan kalapangan orang dungu

لَكِنْ مَنْ رُزِقَ الْحِجَا حُرِمَ الْغِنَى # ضِدَّانِ يَفْتَرِقَانِ أَىْ تَفَرُّقِ

Bagaimanapun orang yang di beri kecerdasan (kebanyakan) terhalang dari kekayaan # keduanya merupakan hal yang berlawanan yang tidak dapat disatukan.

Selain itu, dalam syair Arab lainnya disebutkan;

بِقَدْرِ الْكَدِّ تُكْتَسَبُ الْمَعَالِى # فَمَنْ طَلَبَ الْعُلَى سَهَرِ اللَّيَالِى

Kemuliaan hanya dapat dicapai sesuai dengan kadar kesulitan # maka barangsiapa yang mencari kemuliaan harus sanggup tidak tidur malam

تَرُوْمُ الْعِزَّ ثُمَّ تَنَامُ لَيْلًا # يَغُوْصُ الْبَحْرَ مَنْ طَلَبَ الَّلآلِى

Engkau menginginkan kemuliaan tapi tidur nyenyak di malam hari # padahal orang yang mencari mutiara saja harus menyelam ke dalam lautan

عُلُوُّ الْكَعْبِ بِالْهِمَمِ الْعَوَالِى # وَعِزُّ الْمَرْءِ فِى سَهَرِ اللَّيَالِى

Keluhuran derajat dapat diraih dengan cita-cita yang tinggi # dan keluhuran seseorang dapat diraih dengan tidak tidur malam

تَرَكْتُ النَّوْمَ رَبِّى فِى اللَّيَالِى # لِأَجْلِ رِضَاكَ يَا مَوْلَى الْمَوَالِى

Wahai Tuhanku, aku tinggalkan tidur di malam hari # demi mendapatkan ridla-Mu wahai Tuan sekalian manusia

وَمَنْ رَامَ الْعُلَى مِنْ غَيْرِ كَدٍّ # أَضَاعَ الْعُمْرَ فِى طَلَبِ الْمُحَالِ

Barangsiapa menginginkan keluhuran dengan tanpa kesusahan # berarti ia telah menyia-nyiakan usia untuk mencari perkara yang mustahil

فَوَفِّقْنِى إِلَى تَحْصِيْلِ عِلْمٍ # وَبَلِّغْنِى إِلَى أَقْصَى الْمَعَالِى

Maka tolonglah aku ya Allah, agar mendapatkan ilmu # dan sampaikanlah aku pada puncak kemuliaan yang di cita-citakan.

Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 38

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ beliau bersabda:

Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit).
Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira, serta gunakanlah waktu al-Ghadwah (awal pagi) dan al-Rauhah (setelah zuhur) dan sebagian dari al-Duljah (malam hari).

Begitulah renungan santri sejati kita kali ini, semoga kita dapat menjadi santri atau penuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Agar berkah ilmu itu tidak berhenti begitu saja, namun terus mengalir hingga akhir hayat nanti, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin..

[Warda Az-Zahra]


Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu


Mencari atau menuntut ilmu dalam pandangan Islam, merupakan suatu kewajiban. Sebab, dengan ilmulah seseorang akan bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus dikerjakan dan mana yang tidak harus dikerjakan. Seseorang yang bekerja atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki, pasti berbeda dengan seseorang yang bekerja tanpa berilmu atau berpengetahuan.

  1. Memahami Makna Menuntut Ilmu dan Keutamaannya 1. Kewajiban Menuntut Ilmu Menuntut ilmu atau belajar adalah kewajiban setiap orang Islam. Banyak sekali ayat al-Qur’ān atau hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang kewajiban belajar, baik kewajiban tersebut ditujukan kepada laki-laki maupun perempuan. Bahkan wahyu pertama yang diterima Nabi saw. adalah perintah untuk membaca atau belajar. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5) Kewajiban menuntut ilmu bagi laki-laki dan perempuan menandakan bahwa agama Islam tidak membeda-bedakan hak dan kewajiban manusia karena jenis kelaminnya. Walau memang ada beberapa kewajiban yang diperintahkan Allah Swt. dan Rasul-Nya yang membedakan lak-laki dengan perempuan. Akan tetapi, dalam menuntut ilmu semua memiliki kewajiban dan hak yang sama antara laki-laki dengan perempuan. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di muka bumi dan sebagai hamba (‘abid). Untuk menjadi khalifah yang sukses, maka sudah barang tentu membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengelola dan merekayasa kehidupan di bumi ini tanpa bekal ilmu pengetahuan. Demikian pula sebagai hamba, untuk mencapai tingkat keyakinan (keimanan) tertinggi kepada Allah Swt. dan makhluk-makhluk-Nya yang gaib dibutuhkan ilmu pengetahuan yang luas. Menuntut ilmu juga tidak dibatasi oleh jarak dan waktu. Mengenai jarak, ada ungkapan yang menyatakan bahwa tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina. Demikian pula dalam hal waktu, Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu itu dimulai sejak buaian hingga liang lahat.
  2. Hukum Menuntut Ilmu Istilah ilmu mencakup seluruh pengetahuan yang tidak diketahui manusia, baik yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat. Untuk ilmu yang tidak bermanfaat, haram, dan berdosa bagi orang yang mempelajarinya, baik sukses maupun gagal. Adapun ilmu yang bermanfaat, maka wajib dituntut dan dipelajari. Hukum menuntut ilmu-ilmu wajib itu terbagi atas dua bagian, yaitu farḍu kifayah dan fardhu ‘ain.  a. Farḍu Kifayah Hukum menuntut ilmu farḍu kifayah berlaku untuk ilmu-ilmu yang harus ada di kalangan umat Islam sebagaimana juga dimiliki dan dikuasai golongan kafir. Seperti ilmu kedokteran, perindustrian, ilmu falaq, ilmu eksakta, serta ilmu-ilmu lainnya. 
  3. Fardu ‘Ain Hukum mencari ilmu menjadi far«u ‘ain jika ilmu itu tidak boleh ditinggalkan oleh setiap muslim dan muslimah dalam segala situasi dan kondisi, seperti ilmu mengenal Allah Swt. dengan segala sifat-Nya, ilmu tentang tatacara beribadah, dan sebagainya. 
  4. Keutamaan Orang yang Menuntut Ilmu Orang-orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya diberikan keutamaan oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. Di antara keutamaan-keutamaan orang yang menuntut ilmu dan yang mengajarkannya adalah sebagai berikut. 
  5. Diberikan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. “Dan Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadillah/58:11) 
  6. Diberikan pahala yang besar di hari kiamat nanti Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda, “Penuntut ilmu adalah penuntut rahmat, dan penuntut ilmu adalah pilar Islam dan akan diberikan pahalanya bersama para nabi.” (H.R. ad-Dailami) 
  7. Merupakan sedekah yang paling utama Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah jika seorang muslim mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim.” (H.R. Ibnu Majah)
  8. Lebih utama dari pada seorang ahli ibadah Dari Ali bin Abi Talib ra. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang alim yang dapat mengambil manfaat dari ilmunya, lebih baik dari seribu orang ahli ibadah.” (H.R. ad-Dailami) 
  9. Lebih utama dari śalat seribu raka’at Dari Abu Ẓarr, Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Aba Dzarr, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu daripada śalat (sunnah) seratus rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, itu lebih baik daripada śalat seribu rakaat.” (H.R. Ibnu Majah) 
  10. Diberikan pahala seperti pahala orang yang sedang berjihad di jalan Allah Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah saw. bersabda, “Bepergian ketika pagi dan sore guna menuntut ilmu adalah lebih utama daripada berjihad fi sabilillah.” (H.R. ad-Dailami) 
  11. Dinaungi oleh malaikat pembawa rahmat dan dimudahkan menuju surga Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah sekumpulan orang yang berkumpul si suatu rumah dari rumah-rumah (masjid) Allah ‘Azza wa Jalla, mereka mempelajari kitab Allah dan mengkaji di antara mereka, melainkan malaikat mengelilingi dan menyelubungi mereka dengan rahmat, dan Allah menyebut mereka di antara orang-orang yang ada di sisi-Nya. Dan tidaklah seorang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu melainkan Allah memudahkan jalan baginya menuju surga.” (H.R. Muslim dan Ahmad)
  1. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan  Q.S. at-Taubah/9:122  Lafal Ayat dan Artinya Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” Kandungan Ayat  Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang mukmin berangkat ke medan perang, apabila peperangan itu dapat dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi tekun menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif serta bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw. bersabda, ‘Di akhirat nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. Ternyata yang lebih berat adalah tinta ulama dibandingkan dengan darah syuhada”. (H.R. Ibnu Najar) Tugas umat Islam adalah untuk mempelajari agamanya, serta mengamalkannya dengan baik, kemudian menyampaikan pengetahuan agama itu kepada yang belum mengetahuinya. Tugas-tugas tersebut merupakan tugas umat dan tugas setiap pribadi muslim sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan masing-masing, karena Rasulullah saw. telah bersabda; “Dari ‘Abdullah bin Amru, sesungguhnya Nabi saw. bersabda; “Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang telah kamu peroleh) dariku walaupun hanya satu ayat al-Qur’an”. (H.R. Bukhari) Apabila umat Islam telah memahami ajaran-ajaran agamanya, dan telah mengerti hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan. Selain itu, dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera di dunia dan di akhirat. Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan apabila ada orang-orang Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan kedudukan atau keuntungan pribadi saja. Apalagi untuk menggunakan ilmu pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang belum menerima pengetahuan. C. Hadis tentang Mencari Ilmu dan Keutamaannya
  1. Hadis dari Ibnu Abd. Barr. Artinya: “Rasulullah saaw. Bersabda; Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dan sesungguhnya segala sesuatu hingga makhluk hidup di lautan memintakan ampun bagi penuntut ilmu” (H.R. Ibnu Abdul Barr) Perilaku yang mencerminkan sikap memahami Q.S. at-Taubah/9:122, diantaranya tergambar dalam aktivitas-aktivitas sebagai berikut.  1. Jadilah orang yang berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim dapat mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dengan demikian kebodohan yang ada di lingkungannya dapat terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas. 
  1. Jika tidak dapat menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang pandai. 
  2. Jika tidak dapat menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita dapat mengambil hikmah dari apa yang kita dengar. 
  3. Jika menjadi pendengar juga masih tidak dapat, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliakan orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain. 
  4. Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.

Baca selengkapnya di: https://www.cumaberbagi.com/2020/08/semangat-menuntut-ilmu.html

Baca selengkapnya di: https://www.cumaberbagi.com/2020/08/semangat-menuntut-ilmu.html

10 Hadits Menuntut Ilmu dalam Islam, Arab, Latin, dan Artinya

Artinya: "Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Thabrani).

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).

Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).

Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani).

Artinya: "Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya." (HR Muslim no. 1631).

Artinya: "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan." (HR Ibnu Majah).

Artinya: "Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas." (HR Bukhari).

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu," (HR Ahmad).

Artinya: "Keutamaan ilmu itu lebih baik dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik keberagaman kalian adalah sikap wara'," (HR Turmidzi).

Artinya: "Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti," (HR Abu Daud).

Berdasarkan hadits menuntut ilmu yang telah dipaparkan di atas, Syekh Al-Zarjuni dalam kitabnya Ta'limul Muta'allim menekankan niat dalam menuntut ilmu itu harus didasari keikhlasan.

Pasalnya, menuntut ilmu bagi umat muslim tidak hanya untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan diri orang bodoh lainnya. Namun, dilakukan semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT dan kehidupan akhirat.

Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.

Hadis di atas tentunya sudah tidak asing di benak kita, bahwa kewajiban menuntut ilmu itu diperuntukkan bagi setiap orang Islam. Syaikh Az Zarnuji pun menjelaskan, bahwa diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari ilmu yang dibutuhkan dirinya sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat diamalkan kapan saja dan dimana saja.

Mengapa wajib bagi setiap Muslim untuk menuntut ilmu? Karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa keutamaan ilmu diantaranya adalah:

  1. Ilmu adalah kekhususan, ilmu adalah keistimewaan yang Allah subhanahu wa ta’ala khususkan hanya untuk manusia semata. Selain ilmu, manusia dan hewan memiliki kesamaan.
  2. Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju kepada kebajikan dan ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat memperoleh kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan kebahagiaan abadi.

Keutamaan akan ilmu ini seyogyanya dapat menjadikan setiap Muslim senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Syaikh Az Zarnuji mengatakan, bahwa diantara hal yang penting dalam menuntut ilmu yang harus diperhatikan adalah fil jiddi (kesungguhan). Jika sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanhu wa ta’ala akan memberikan keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), juga perlu diiringi dengan sikap kesungguhan yang terus menerus (al muwazobah) dan komitmen (al muzallimah) dalam menuntut ilmu. Tiga sikap ini harus ada dalam diri pelajar (orang yang belajar) dan berjalan beriringan, tidak dapat hanya salah satu saja.

Wajib bagi setiap pelajar, bersungguh-sungguh, terus menerus, dan komitmen, tidak berhenti hingga tujuan dalam menuntut ilmu tercapai. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab (itu) dengan kuat”, dan dalam QS Al Ankabut: 69 yang artinya, “Dan orang-orang berjuang, untuk mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka jalan-jalan menuju Kami”.

Dikatakan oleh Az Zarnuji, barangsiapa yang mencari sesuatu dan dilakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti dia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang mengetuk pintu dengan terus menerus, pasti dapat masuk. Dikatakan pula, bahwa sesuai dengan kesungguhannya, seseorang akan mendapat apa yang menjadi harapannya.

Dalam konteks kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi seseorang akan dapat selesai dengan kesungguhan, terutama kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar. Allah akan memberikan pertolongan pada seseorang jika Allah menghendaki. Kesulitan dapat selesai dengan kesungguhan adalah menjadi anugerah Allah subhanahu wa ta’ala dan berada dalam kekuasaan-Nya.

Kesungguhan dalam belajar dan memperdalam ilmu bukan hanya dari pelajar semata namun kesungguhan ini juga dibutuhkan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, dan orang tua. Jika murid, guru, dan orang tua sungguh-sungguh, insya Allah itu akan berhasil, kesulitan (dalam menuntut ilmu, dalam belajar) akan dapat terselesaikan, insya Allah. Manusia diperintahkan Allah untuk belajar dan belajar. Hanya saja memang kualitas akal manusia itu berbeda-beda. Nah, kesungguhan inilah yang menjadi kunci. Dengan kesungguhan ini, sesuatu yang sulit itu insya Allah akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Bagaimana ilmu itu dapat diperoleh tanpa melalui kesulitan? Banyak diantara kita ini memiliki cita-cita, memiliki keinginan, namun jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kedustaan. Apapun cita-cita dan keinginan seseorang, jika diiringi dengan kesungguhan, maka insya Allah akan terwujud. Jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kegilaan. Kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Tanpa kesungguhan, maka kita adalah orang yang gila. Orang belum dapat dikatakan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, jika dia belum mendapatkan kepayahan yang sangat dalam menuntut ilmu. Allah akan memberikan jalan keluar untuk kesungguhan tersebut.

Masya Allah, merujuk pada materi di atas, maka pentinglah bagi setiap diri kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam belajar (menuntut ilmu). Semoga rangkuman materi ini dapat menjadi refleksi untuk diri kita, terlebih khusus bagi penulis pribadi. Insya Allah akan kita lanjutkan pembahasan mengenai kesungguhan dalam menuntut ilmu pada kesempatan berikutnya. Allahu’alam bish showab.

Share This Post To :

Kembali ke Atas


Artikel Lainnya :




Komentar :

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : aveabumulono -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 14/08/2022
http://slkjfdf.net/ - Usixet <a href="http://slkjfdf.net/">Ukozow</a> vsv.jvcs.smaislamserambimekkah.sch.id.mts.bi http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : alagapufa -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 14/08/2022
http://slkjfdf.net/ - Imaisluku <a href="http://slkjfdf.net/">Uwcimu</a> adk.ypht.smaislamserambimekkah.sch.id.fvx.gs http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : ireqlojaiw -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 14/08/2022
http://slkjfdf.net/ - Idozoyoa <a href="http://slkjfdf.net/">Ebuhef</a> xnk.qbsh.smaislamserambimekkah.sch.id.oti.uv http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : taluugisa -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Ubgalen <a href="http://slkjfdf.net/">Ilaqujke</a> lur.bakm.smaislamserambimekkah.sch.id.kqd.ox http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : olfosomupebe -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Orjedih <a href="http://slkjfdf.net/">Usovki</a> yvk.gkji.smaislamserambimekkah.sch.id.zmw.ph http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : opaoyeqocego -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Udoyir <a href="http://slkjfdf.net/">Zaxsariun</a> uxv.rahd.smaislamserambimekkah.sch.id.yks.lp http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : izanumoguzay -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Ubequv <a href="http://slkjfdf.net/">Urasefa</a> ozl.vlxs.smaislamserambimekkah.sch.id.vag.ke http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : omuedike -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Ebauhiro <a href="http://slkjfdf.net/">Lekamudh</a> yck.vxcj.smaislamserambimekkah.sch.id.awn.pk http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : uurwoxrjj -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Iqajevo <a href="http://slkjfdf.net/">Ikaipoyex</a> duv.whic.smaislamserambimekkah.sch.id.hcp.qw http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : ihudzidagom -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Abejok <a href="http://slkjfdf.net/">Ayuxaahi</a> kli.iwbj.smaislamserambimekkah.sch.id.xvo.yw http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : zepeonukoho -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Juzogdax <a href="http://slkjfdf.net/">Ifonio</a> mpl.daah.smaislamserambimekkah.sch.id.tpf.ab http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : aucidwi -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 05/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Adejupewu <a href="http://slkjfdf.net/">Ekidumay</a> zuq.xdhe.smaislamserambimekkah.sch.id.gzk.ex http://slkjfdf.net/

Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
Pengirim : urqoneqoledi -
Mengapa kita harus bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu
 []  Tanggal : 04/07/2022
http://slkjfdf.net/ - Uyaquna <a href="http://slkjfdf.net/">Etjupo</a> cew.nboo.smaislamserambimekkah.sch.id.fsy.kr http://slkjfdf.net/

   Kembali ke Atas