Mengapa dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia mengakibatkan keruntuhan daulah Abbasiyah

Pertemuan ke 3

Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya merupakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rosulululloh.

Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama seorang keturunan Bani Hasyim.

Berdirinya Daulah Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya kekacauan dalam kehidupan bernegara Daulah UmayyahTerdapat tiga kota utama yang menjadi pusat kegiatan untuk menegakkan kekuasaan Daulah Abbasiyah, yaitu kota Al-Humaymah sebagai pusat perencanaan; kota Kufah sebagai kota penghubung dan kota Khurasan sebagai kota gerakan praktis.

Daulah Abbasiyah melakukan gerakan propaganda bahwa orang-orang Abbasiyah lebih berhak dari pada Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, karena mereka adalah keturunan Bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi SAW.

Pemimpin gerakan ini adalah Al-Imam Muhammad bin Ali, Ibrahim Al-Imam, Abu Muslim Al-Khurasani, Abdullah bin Muhammad (Abul Abbas As-Saffah)

Khalifah Marwan II tewas dalam pertempuran di Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M dan berakhirlah kekuasaan daulah Umayyah.

Abul Abas as-Ssaffah, Tokoh Pendiri

Nama lengkap Abul Abas As-Saffah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dilahirkan di Hamimah pada tahun 104 H. Ibunya bernama Rabtah binti Abaidullah Al-Haritsi dan ayahnya adalah Muhammad bin Ali, pemimpin adalah gerakan Abbasiyah. Abdullah bin Muhammad mendapat gelar As-Saffah, yang berarti pengalir darah dan pengancam siapa saja yang membangkang. Maksudnya adalah pengancam dan mengalirkan darah bagi pihak yang menentang.

Abul Abbas adalah seorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga beliau disegani dan dihormati oleh kerabat-kerabatnya. Beliau memiliki pengetahuan yang luas, pemalu, budi pekerti yang baik dan dermawan. Menurut as-Sayuti, Abul Abbas As-Saffah ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat pada waktunya. Pada 3 Rabiul Awal 132 H dibaiat menjadi khalifah pertama Daulah Bani Abbasiyah dan berpusat di Kuffah. Dua tahun kemudian pada tahun 134 H, meninggalkan Kufah menuju daerah Anbar (kota Kuno di Persia), dan menjadikannya pusat pemerintahan.

Semasa pemerintahannya, Abul Abbas tidak banyak melakukan perluasan wilayah, tetapi lebih melakukan konsolidasi internal untuk menguatkan pilar-pilar negara. Abul Abbas menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan, dan wafat dalam usia 33 tahun di kota Anbar, pada Zulhijah 136 H/753M.

B. Periodesasi Kekuasaan Daulah Abbasiyah

1. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode I :

Khalifah pada periode ini: Abu As-Shaffah (750-754M), Abu Ja’far Al-Mansur (754-775M), Al-Mahdi (775-785M/158-169H), Al-Hadi(785-786M/169-170H), Harun Ar-Rasyid (786-809M/170-193H), Al-Amin (809-813M/193-198H), Al-Ma’mum (813-833M/198-218H), Al-Mu’tasin (833-842M/218-227H, Al-Wasiq (842-847M/227-232H).

Periode I disebut periode pengaruh Persia I karena pemerintahan bani Abbas banyak dipengaruhi keluarga Barmakhi dari persia.

Peristiwa pada Periode I:

a. Menjadikan faham Theologi Mu’tazilah sebagai theology resmi.

b. Perang saudara, antara Al-Amin dengan Al-Ma’mun

c. Khalifah Al-Wastiq mengangkat perwira Turki Asyam sebagai wakilnya.

d. Pemberontakan Ahmad bi Nasir di Bagdad. Ia menentang penindasan tehadap kaum non Mu’tazilah. Namun berhasil ditangkap, diadili dan dhukum mati dengan tuduhan melakukan bid’ah

2. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode II :

Khalifah pada periode ini: Al-Mutawakkil (847-861M), Al-Muntazir (861-862M), Al-Musta’in (862-866M), Al-Mu’taz (866-869M), Al-Muhtadi (869-870M), Al-Mu’tamit (870-892M), Al-Mu’tadit (892-902M), Al-Muktafi (902-908M), Al-Muktadir(908-932M), Al-Qahir (932-934M), Ar-Radi (934-940M), Al-Muttaqi (940-944M).

Periode II: periode pengaruh Turki I. karena tentara Turki sangat mendominasi pemerintahan.

Peristiwa pada periode II:

a. Khalifah hanya simbol di istana Bagdad. Orang Turki ikut campur tangan dalam pergantian khalifah.

b. Mulai terjadi disintegrasi, banyak daerah yang memisahkan diri dan menjadi wilayah yang merdeka seperti Andalusia Spanyol, Persia, dan Afrika Utara.

3. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode III :

Khalifah pada periode ini: Al-Muktafi (944-946M), Al-Muti (946-974M), At-Ta’i (974-991M), Al-Qadir(991-1031M), Al-Qaim (1031-1075M).

Periode III disebut periode pengaruh Persia kedua. Karena Daulah Buwaihi sangat berperan dalam kebijakan khalifah.

Peristiwa pada periode III:

a. Kekuasaan buwaikhi menyebar sampai ke Irak dan Persia.

b. Kekuasaan berhasil dipecah daulah Buwaihi di Persia, Samaniyah di Khurasan, Hamdaniyah di Suriyah, Umayah di Andalusia Spanyol, Fatimiyah di Mesir, dan Daulah Gaznawi di Afganistan.

c. Kondisi poltik sangat tidak stabil, karena adanya perebutan jabatan “Amirul Umara”. Diantara para penguasa daulah Buwaihi.

d. Para khalifah kehilangan legitimasi keagamaannya Posisi sebagai khatib Shalat Jum’at diserahkan kepada daulah Buwaihiyah (Syi’ah), sedangkan Abbasiyah pengaruh Turki berfaham Sunni.

4. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode IV:

Khalifah pada periode ini: Al-Muqtadi (1075-1094M), Al-Mustazir (1094-1118M), Al-Mustarsid (1118-1135M), Ar-Rasyid (1135-1136M), Al-Muqtafi (1136-1160M), Al-Mustanjid (1160-1170M), Al-Mustadi (1170-1180M), An-Nasir (1180-1225M)

Periode IV disebut periode pengaruh Turki kedua. Karena Daulah Saljuk memegang peranan penting dalam pemerintahan.

5. Khalifah Daulah Abbasiyah pada periode V :

Khalifah pada periode ini: Az-Zahir (1225-1226M), Al-Mustanzir (1226-1242M), Al-Musta’sim (1242-1258 M).

Pada periode V, Masa ini bebas dari pengaruh daulah lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif dikota Bagdad saja. Daulah Abbasiyah runtuh 1258 M, karena serangan tentara Mongol dipimpin Hulagu Khan.

B. Khalifah-khalifah Besar Daulah Abbasiyah

Dari 37 khalifah Daulah bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang khalifah yang terkenal, diantaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmun.

1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M), Pendiri Kota Baghdad

a. Khalifah kedua Bani Abbasiyah

b. Putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, lahirkan di Hamimah 101 H. Ibunya Salamahal-Barbariyah (dari sukuBarbar).

c. Saudara Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah.

d. Memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas, dan otak cemerlang.

e. Wafat 7 Zulhijjah tahun 158 H/775 M, di Makkah.

Kebijakan Khalifah Al-Mansur :

a. Menjadikan Wazir sebagai koordinator departemen. Khalid bin Barmak (dari Balk, Persia) diangkat sebagai wazir pertama.

b. Bentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata

c. Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara.

d. Merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia 756-758 M.

e. Membangun hubungan diplomatik dengan wilayah di luar jazirah Arabia. Seperti: membuat perjanjian damai dengan kaisar Constantine V, berhasil menjadikan kerajaan Bizantium membayar upeti tahunan, mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis.

f. Memindahkan ibu kota kerajaan dari Anbar (Persia) ke Bagdad (Irak).

g. Mendirikan perguruan tinggi Baitul Hikmah

h. Perguruan tinggi ketabiban di Jundishapur yang dibangun Khosru Anushirwan (351-579 M, Kaisar Persia) dihidupkan kembali dengan tenaga pengajar dari tabib Roma yang menjadi tawanan perang.

Latar belakang dipilihnya kota Bagdad sebagai ibu kota daulah Abbasiyah:

a. Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap Abu Ja’far Al-Mansyur.

b. Wilayah cukup luas dan tanahnya subur.

c. Letak sangat strategis dan mudah dijangkau berbagai wilayah.

2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M)

a. Lahir di Ray bulan Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya Al-Mahdi dan ibunya Khaizurran.

b. Pemimpin yang pemurah dan dermawan.

c. Dewan penerjemah dibentuk diketuai oleh Yuhana bin Musawih.

d. Pada masanya, hidup Abu Nawas

e. Wafat di Khurasan 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M

3. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833M)

a. Abdullah ibnu Harun Ar-Rasyid, dikenal panggilan Al-Ma’mun, lahir 15 Rabi’ul Awal 170 H / 786 M.

b. Gurunya: Kasai Nahvi dan Yazidi (belajar membaca Al-Qur’an), Imam Malik (mendalami Hadits).

c. Komoditi perdagangan penting: Anggur dari Shiraz, Yed dan Isfahan

d. Kebijakannya:

1) Gerakan penerjemahan karya kuno Yunani dan Persia. Penerjemah terkenal: Yahya bin Abi Manshur, Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq (Abu Zaid Al-Ibadi).

2) Mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah (pusat ilmu pengetahuan).

3) Dibangun Majlis Munazharah (pusat kajian agama). muncul ahli Hadis Imam Bukhori & sejarawan al-Waqidi.

4) Penaklukan wilayah. Wilayah Islam terbentang dari Pantai Atlantik di Barat hingga Tembok Besar Cina di Timur. Pulau Kreta (208 H/ 823 M), dan Pulau Sicily (212 H/ 827 M).

e. Wafat 218 H/ 833 M.

Keruntuhan Daulah Abbasiyah

Ada dua faktor penyebab keruntuhan Daulah Abbasiyah, faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal lebih banyak berperan sebagai penyebab kehancuran Daulah Abbasiyah diantaranya ;

a. Hubbud Dunya (kecintaan yang berlebihan terhadap kemewahan dunia).

b. Periode awal Daulah Abbasiyah berkuasa menghasilkan kemakmuran dan kemewahan hidup di kalangan penguasa. Kondisi ini mendorong generasi khalifah berikutnya untuk hidup lebih mewah dari khalifah sebelumnya, hal ini menyebabkan pemborosan uang kas negara.

c. Konflik keluarga Daulah Abbasiyah yang berujung pada perebutan kekuasaan. Pada periode kedua kekhalifahan Daulah Abbasiyah, perebutan kekuasaan nampak jelas. Pada periode ini, hanya empat khalifah yang meninggal secara wajar. Selebihnya para khalifah ada yang meninggal diracun, dibunuh, dan diturunkan paksa.

d. Meningkatnya konflik keagamaan. Konflik antara kelompok Sunni-Syiah sejak masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak pernah selesai hingga masa Daulah Abbasiyah.

e. Melemahnya jiwa patriotisme dan Nasionalisme. Daulah Abbasiyah banyak memperoleh kemakmuran, sehingga mampu membayar tentara asing dari Turki untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara. Persoalan ini memicu merosotnya jiwa patriotisme dan nasionalisme rakyat Daulah Abbasiyah.

2. Faktor eksternal ;

Penyerangan tentara Mongol atas Baghdad (ibu kota Daulah Abbasiyah) yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada 1258 M, saat itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh Al-Mu’tashim Billah. Setelah kota Baghdad hancur dan khalifah Daulah Abbasiyah terbunuh, berakhirlah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, dunia muslim tanpa khalifah yang namanya biasa disebut-sebut dalam sholat Jum’at.

a. Banyak muncul pemberontakan

Setelah periode kedua, kekhalifahan Daulah Abbasiyah tidak sekuat para pendahulunya. Kebijakan pemerintahan yang tidak berpihak kepada rakyat, tingginya pajak yang dibebankan kepada rakyat, mengakibatkan banyak daerah-daerah yang memberontak dan memisahkan diri dari pemerintah pusat Daulah Abbasiyah.

b. Dominasi bangsa Turki dan bangsa Persia

Bangsa Turki dan bangsa Persia (Bani Buwaihi) banyak menguasai pemerintahan dan mempengaruhi kebijakan khalifah. Segala persoalan terkait jalannya roda pemerintahan dikendalikan oleh bangsa Turki dan bangsa Persia. Kedudukan khalifah Daulah Abbasiyah benar-benar hanya sebatas pemerintahan boneka saja.

Tugas Terstruktur :

Jawablah Pertanyaan di bawah ini !

Tuliskan biografi Abu Abbas Asyafah pendiri daulah Abbasiyah ?

Sebutkan khalifah daulah Abbasiyah pada periode I !

Coba identifikasi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada periode III kekhalifahan daulah Abbasiyah ?

Coba analisis runtuhnya daulah Abbasiyah ?