Kelangkaan yang pernah terjadi di Indonesia selama 5 tahun belakangan ini

Apa akibat dari garis bujur dan garis lintang yang di miliki indonesika

adakah jenis buah yang memiliki cara tanam khusus? sebut dan jelaskan​

Apa hubungan antara manusia dan taman eden dan keindahan nusantara

Apa makana dari kebebasan dari kemerdekaan republik indonesia

Apa saja peninghalan-peninggalan bersejarah di imdonesia

Apa saja pristiwa penting saat penyusunan mukaddimah hukum dasar

Apa saja perkembangan teknologi secara non konuenisional dalam desain komunikasi visual

Apa saja yang digunakan dalam desain media komunikasi visual

Apa tugas manusia pertama ketika di tempatkan taman eden

Apa sajakah unsur-unsur yang memengaruhi cuaca dan iklim

Oleh:

Abdurachman Pedagang bawang putih beraktifitas di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memperkirakan kelangkaan bawang putih yang memicu melambungnya harga bakal kembali terjadi pada 2021.

Juru Bicara Komisi Pengawas Persiangan Usaha (KPPU) Guntur Saragih mengatakan bahwa kelangkaan pada 2021 bisa terjadi sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya karena pemerintah memberlakukan aturan yang rigid sehingga berpengaruh pada jendela impor komoditas tersebut.

“Bawang putih itu komoditas yang dipakai sehari-hari jadi tidak akan terjadi lonjakan permintaan seperti komoditas lainnya misalkan farmasi pada saat terjadi pandemi atau mie instan pada saat terjadi bencana alam,” jelasnya, Senin (7/12/2020).

Baca Juga : Bawang Putih hingga UU Cipta Kerja, Fokus KPPU Tahun Depan

Menurutnya, karena bawang putih merupakan komoditas sehari-hari, maka kelangkaan stok dapat diantisipasi dengan menerapkan strategi membuka keran impor setiap saat sehingga harga di pasaran bisa kompetitif dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

Kuota impor bawang putih yang rigid, tutur dia, tidak semestinya diterapkan karena tidak ada pelaku usaha dalam negeri yang memproduksi bawang putih.

“Kuota itu diperlukan untuk melindungi komoditas yang diproduksi di dalam negeri. Bawang putih tidak ada yang memproduksi di dalam negeri jadi untuk apa juga kuota yang rigid seperti yang diterapkan oleh pemerintah,” tambahnya.

Pada 2019, KPPU telah melayangkan saran dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai importasi bawang putih. Sayangnya, rekomendasi tersebut tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah sehingga kejadian kelangkaan diyakini bakal terjadi pada tahun-tahun mendatang.

Saat itu, Taufik Aryanto, Deputi Bidang Pengkajian Ekonomi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjelaskan bahwa pihaknya melakukan pengkajian perihal tata niaga bawang putih setelah terjadi lonjakan harga komoditas tersebut di pasar pada Februari-Mei 2019.

“Semula kami menduga bahwa harga yang tinggi itu disebabkan oleh tidak adanya impor Januari-April 2019, perubahan tata kebijakan importasi serta memberikan market power bagi importer, hambatan pasokan ke pasar yang dilakukan importer pada awal 2019 dan potensi persaingan tidak sehat di mana pelaku membatasi peredaran atau penjualan pada pasar,” ujarnya.

Baca Juga : Importir Belum Satu Suara Soal Tarif Impor Bawang Putih

Dari situ, pihaknya merangkai runtutan penyebab terjadinya lonjakan harga yang tinggi dikarenakan terlambatnya rencana impor produk holtikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian serta surat peersetujuan impor (SPI) dari Kementerian Pertanian.

Yang menarik, lanjutnya, keterlambatan penerbitan ini kerap terjadi setiap pergantian tahun sehingga pada awal tahun harga bawang putih selalu melonjak tinggi.

“Pada Desember 2018, tercatat 24 importir yang sudah memperoleh SPI dan merealisasikan volume impor mendekati kuota yang diprediksi bisa memenuhi pasokan Januari-April 2019. Pada Januari-Maret 2019, tidak ada penerbitan RIPH dan SPI walah terdapat pengajuan dari importer selama periode tersebut. Pada bulan-bulan itu terjadi peningkatan harga padahal di negera asalnya, justru terjadi penurunan harga,” urainya.

Adapun margin bruto, belum termasuk biaya penyusutan, distribusi dan tenaga kerja dari perdagangan bawang putih di Indonesia dalam periode Januari 2018 hingga Mei 2019 berkisar antara Rp352,21 juta hingga Rp2,4 triliun dengan rerata margin sebesar Rp672,5 juta.

Secara akumulatif, margin bruto Januari-Desember 2018 sebesar Rp8,6 triliun dengan total realisasi sebesar 577.501 ton. Sementara itu, margin pada April-Mei 2019 sebesar Rp2,2 miliar dengan volume impor 56,2 juta.

KPPU juga menemukan fakta bahwa selama tiga tahun sejak 2015-2018, terjadi penurunan impor pada periode Januari-Maret. Hal ini dapat diperinci pada 2015, jumlah impor mencapai 77,6 juta ton. Setahun berikutnya turun menjadi 77,2 juta, lalu pada 2017 jumlah impor sebesar 60,9 juta dan pada 2018 anjlok menjadi 3,9 juta ton.

Dari berbagai fakta tersebut, KPPU kata Taufik, menganalisis bahwa tingginya harga bawang putih pada Maret-Mei 2019 disebabkan oleh minimnya pasokan di pasar.

Salah satu alasannya diakibatkan oleh kebijakan wajib tanam sebesar 5 persen dari jumlah kuota impor yang dibebankan kepada impotir menyebabkan terhambatnya penerbitan RPIH. Pasalnya, proses klarifikasi terjadi sepanjang awal tahun (Januari-Maret).

“Penerbitan RPIH dapat dilakukan setelah proses verifikasi selesai dilakukan,” ucapnya.

Keterlambatan, lanjutnya, juga terjadi di Kementerian Perdagangan lantaran SPI baru terbit pada April 2019. Kondisi ini menyebabkan importir yang sudah memiliki SPI per Oktober 2018 dan sudah merealisasikan impor berdasarkan kuota yang dimiliki, dapat menguasai pasokan pasar domestik.

KPPU menilai pola penerbitan SPI yang dilakukan oleh pemerintah dapat diprediksi oleh pelaku pasar sehingga peluang untuk eksploitasi pasar melalui penguasaan pasokan relatif besar.

Atas temuan tersebut, tuturnya, KPPU menyatakan ada beberapa saran yang akan disampaikan ke pemerintah untuk melakukan penyederhanaan prosedur impor bawang putih untuk pemenuhan kebutuhan domestik.

Penerbitan izin impor seyogyanya didasarkan pada permintaan yang telah memenuhi prasyarat dan dilakukan sesuai dengan waktu realisasi impor yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

“Jadi penerbitan izin itu dilakukan secara random sepanjang tahun. Tidak harus menunggu di awal menjelang pertengahan tahun,” jelasnya.

Selain itu pihaknya juga mengusulkan agar pungutan tarif yang dikenakan terhadap impor bawang putih dapat digunakan  untuk mendukung program swasembada bawang putih yang ditargetkan terjadi pada 2021.

“Perlu juga melakukan pengawasan dan pencatatan realisasi impor sampai ke distribusi di tingkat pengecer menjadi tugas dan tanggung jawba instansi terkait,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : impor, kppu, Bawang Putih

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Kelangkaan adalah masalah ekonomi dimana kebutuhan manusia yang semakin banyak, namun alat pemenuh kebutuhan terbatas. Kelangkaan sendiri bisa terjadi disebabkan oleh banyak faktor kelangkaan seperti perbedaan geografis, bencana alam, pertumbuhan penduduk yang pesat dan masih banyak lagi.

Dampak dari kelangkaan tersebut pun sangat banyak. Lalu, apa saja contoh kelangkaan ekonomi? Simak ulasan berikut ini.

Contoh Kelangkaan Ekonomi di Indonesia

Kelangkaan ekonomi sendiri ada banyak jenisnya. Yaitu ada kelangkaan sumber daya manusia, kelangkaan sumber daya kewirausahaan, kelangkaan sumber daya alam serta kelangkaan sumber daya pada modal. Hal tersebut dilatarbelakangi banyak faktor kelangkaan ekonomi. Lalu, apa saja contoh kelangkaan ekonomi? Simak ulasan berikut ini.

Selanjutnya yaitu ada beberapa contoh dari kelangkaan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Mungkin beberapa contoh dari kelangkaan tersebut sudah Anda rasakan saat ini. Beberapa contoh kelangkaan ekonomi di Indonesia yaitu

1. Kelangkaan BBM atau bahan bakar Minyak di Indonesia

Seperti yang Anda ketahui jika BBM sering kali mengalami kenaikan harga. Di beberapa daerah, BBM bahkan sangat langka dan sulit ditemukan. Langkanya BBM di beberapa daerah menyebabkan harganya pun mahal di daerah tersebut. Hal tersebut merupakan kelangkaan yang terjadi akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan. Cara mengatasi kelangkaan ekonomi tersebut yaitu diperlukan sumber daya lain yang bisa digunakan untuk mengurangi penggunaan BBM.

2. Kurangnya tenaga yang Handal

Kedua ada contoh kelangkaan sumber daya manusia. Akibat kurangnya tenaga ahli mengakibatkan perusahaan di Indonesia banyak yang mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri. Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, namun karena kurangnya modal dan teknologi menyebabkan pengelolaan sumber daya dilakukan dengan menggunakan tenaga ahli luar negeri.

Beberapa perusahaan mengatakan jika kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut karena masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang menjadikan langkanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Baca tentang penyebab kelangkaan sumber daya alam di Indonesia.

3. Kelangkaan Air Bersih di Berbagai Daerah

Ketika musim kemarau, banyak daerah di Indonesia yang mengalami kekurangan air bersih karena sumur mereka yang kering. Hal tersebut merupakan salah satu contoh kelangkaan sumber daya alam yang sering terjadi di Indonesia. Akibatnya masyarakat harus menunggu pasokan air bersih untuk beraktivitas. Adanya kelangkaan air membuat kegiatan produksi menjadi terhambat seperti sawah yang kering membuat petani menjadi sulit bekerja.

Di beberapa daerah, air biasanya langka karena adanya kebiasaan buruk membuang sampah di sungai. Akibatnya air menjadi tercemar dan tidak bisa digunakan. Oleh karena itu, butuh kesadaran pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya alam agar dapat mengatasi kelangkaan tersebut.

4. Langkanya Batu Bara

Batu bara merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Batu bara biasanya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan bahan bakar cair. Karena sering digunakan, batu bara menjadi langka. Untuk itu perlu pencarian energi alternatif lain pengganti batu bara agar batubara tidak semakin langka.

5. Langkanya Lapangan Kerja

Akibat pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan minimnya pendidikan mengakibatkan kelangkaan lapangan kerja.  Selain itu, karena sedikitnya lapangan kerja juga menimbulkan banyak masyarakat yang menganggur. Oleh karena itu, dibutuhkan program KB agar tidak terjadi ledakan jumlah penduduk serta sosialisasi pentingnya pendidikan.

6. Kelangkaan Bahan Pangan

Kondisi alam juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya kelangkaan. Misal kekeringan dan banjir. Akibat adanya kekeringan menyebabkan petani gagal panen cabai, sehingga menyebabkan harga jual cabai melambung tinggi.

Belum lagi pencemaran air menyebabkan ikan ikan mati mengakibatkan penurunan ekonomi pada sektor perikanan. Akibat kurangnya infrastruktur juga menyebabkan kurangnya pendistribusian bahan makan di daerah terpencil sehingga banyak yang mengalami kelangkaan bahan pangan di sana.

Baca tentang cara mengatasi kelangkaan sumber daya.

7. Masih Sedikitnya Wirausaha di Indonesia

Untuk menjadi seorang pengusaha memang dibutuhkan keahlian kewirausahaan yang baik dan modal. Kurangnya pendidikan dan ketertarikan masyarakat Indonesia pada bidang kewirausahaan mengakibatkan semakin langkanya sumber daya kewirausahaan di Indonesia.

Padahal dengan meningkatnya wirausaha, maka akan semakin memperluas lapangan kerja dan membantu mengurangi jumlah pengangguran. Kurang minatnya masyarakat pada sektor ekonomi tertentu seperti peternakan juga mengakibatkan langkanya bahan seperti produksi daging yang ikut berkurang.

Itulah beberapa contoh dari adanya kelangkaan ekonomi. Kelangkaan sendiri memang terjadi karena kebutuhan manusia yang selalu bertambah namun sumber daya terbatas. Untuk itu, Anda bisa lebih memperhatikan lagi ketika akan menggunakan sumber daya alam agar bisa mengurangi dampak dari kelangkaan tersebut.

Contoh kelangkaan ekonomi juga pasti sudah tidak asing lagi bagi Anda. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antar sesama manusia agar semua kebutuhan bisa tercukupi tanpa menimbulkan masalah besar ke depannya. Anda bisa memulai dari hal kecil seperti melestarikan sumber daya alam dengan melakukan reboisasi, meningkatkan keterampilan dan bekerja keras.