Keesaan Allah SWT meliputi apa saja?

Jakarta -

Surat Al-Ikhlas adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang sering dilafalkan saat menjalankan sholat fardhu. Surat Al-Ikhlas tergolong dalam surat Makiyyah karena diturunkan di kota Makkah.

Terdiri dari 4 ayat, dikutip dalam buku 'Samudera Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas: Tafsir Ibnu Katsir' oleh Imam Ibnu Katsir, Imam Jalaluddin Al-Mahally & As-Suyuthi, Allah SWT menurukan firman-Nya kepada Rasul-Nya agar umatnya mengetahui hanya Dialah Allah Yang Maha Esa.

Yakni Dialah Tuhan yang Satu, Yang Esa, Yang tiada tandingan-Nya, tiada pembantu-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Lafaz ini tidak boleh dikatakan secara i'sbat terhadap sesorang kecuali hanya Allah SWT.

Berikut bacaan surat Al-Ikhlas lengkap dengan Arab, latin dan artinya:

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
qul huwallāhu aḥad
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa.

اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ
allāhuṣ-ṣamad
Artinya:
Allah tempat meminta segala sesuatu.

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
lam yalid wa lam yụlad
Artinya:
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
Artinya:
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata, "Aku pernah bersama Nabi SAW dan di saat itu beliau mendengar seseorang membaca surat Al-Ikhlas, lalu beliau bersabda, "ia telah mendapatkan", Abu Hurairah bertanya, "Mendapatkan apa wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Al-Jannah (Surga)." (HR. At-Tirmidzi).

Dalam hadits yang lain beliau bersabda, "Kecintaanmu terhadap surat Al-Ikhlas memasukkanmu ke dalam al-jannah." (HR. Bukhari).

Selain itu dalam buku 'Manfaat Dahsyat Dzikir Asmaul Husna' oleh Syaifurrahman El-Fati, Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW pernah mengutus seorang sahabat dalam sebuah pertempuran. Lalu dia mengimami shalat dan selalu membaca surat Al-Ikhlas. Tatkala mereka kembali dari pertempuran mereka adukan hal tersebut kepada Nabi SAW. Beliau bersabda, "Tanyakan kepadanya apa yang melatarbelakangi dia berbuat seperi itu, mereka pun menanyakannya. Lalu Dia pun menjawab, "Karena sesungguhnya surat Al-Ikhlas itu mengandung sifat yang dimiliki oleh Ar-Rahman (Allah) dan aku suka untuk membacanya." Maka Nabi SAW bersabda,"Kabarkan kepadanya bahwa Allah SWT mencintainya." (HR. Bukhari).

(lus/erd)

loading...

Muhammad Quraish Shihab mengatakan Allah Maha Esa dan Keesaan-Nya itu mencakup empat macam keesaan: 1. Keesaan Zat, 2. Keesaan Sifat, 3. Keesaan Perbuatan, dan 4. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah SWT tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian, karena bila Zat Yang Mahakuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih -betapapun kecilnya unsur atau bagian itu- maka ini berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu. Dengan kata lain unsur atau bagian itu merupakan syarat bagi wujud-Nya.

Quraish mencontohkan sebuah jam tangan. "Anda menemukan jam tersebut terdiri dari beberapa bagian, ada jarum yang menunjuk angka, ada logam, ada karet, dan lain-lain," kata Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat".

Baca juga: Puasa dan Pendidikan Tauhid

Bagian-bagian tersebut dibutuhkan oleh sebuah jam tangan, karena tanpa bagian itu, ia tidak dapat menjadi jam tangan. "Nah, ketika itu, walaupun jam tangan ini hanya satu, tetapi ia tidak esa, karena ia terdiri dari bagian-bagian tersebut," jelasnya.

Jika demikian, Zat Tuhan pasti tidak terdiri dari unsur atau bagian-bagian betapapun kecilnya, karena jika demikian, Dia tidak lagi menjadi Tuhan. Benak kita tidak dapat membayangkan Tuhan membutuhkan sesuatu dan Al-Quran pun menegaskan demikian:

"Wahai seluruh manusia kamulah yang butuh kepada Allah dan Allah Mahakaya tidak membutuhkan sesuatu lagi Maha Terpuji" ( QS Fathir [35] : 15).

Setiap penganut paham tauhid berkeyakinan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dan Dia sendiri tidak bersumber dari sesuatu pun. Al-Quran menegaskan bahwa,

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" ( QS Al-Syura [42] : 11)

Perhatikan redaksi ayat di atas, "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya." Quraish mengatakan yang serupa dengan-Nya pun tidak ada, apalagi yang seperti Dia. lebih-lebih yang sama dengan-Nya. Karena itu, jangankan secara faktual di dunia nyata ada yang seperti dengan-Nya, yang secara imajinatif pun tidak ada yang serupa dengan-Nya.

Keragaman dan bilangan lebih dari satu adalah substansi setiap makhluk, bukan ciri Khaliq. Itulah sebagian makna Keesaan dalam Zat-Nya.

Baca juga: Islam, Agama Tauhid yang Memuliakan Perempuan

Sifat-Nya
Kedua, adapun keesaan sifat-Nya, maka itu antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama.

Quraish mengambil contoh, kata Rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.

Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas sifat tersebut.

Menurut Quraish, sementara ulama memahami lebih jauh keesaan sifat-Nya itu, dalam arti bahwa Zat-Nya sendiri merupakan sifat-Nya.

Demikian mereka memahami keesaan secara amat murni. Mereka menolak adanya "sifat" bagi Allah, walaupun mereka tetap yakin dan percaya bahwa Allah Maha Mengetahui, Maha Pengampun, Maha Penyantun, dan lain-lain yang secara umum dikenal ada sembilan puluh sembilan. Mereka yakin tentang hal tersebut, tetapi mereka menolak menamainya sifat-sifat.

Lebih jauh penganut paham ini berpendapat bahwa "sifat-Nya" merupakan satu kesatuan, sehingga kalau dengan tauhid Zat, dinafikan segala unsur keterbilangan pada Zat-Nya, betapapun kecilnya unsur itu, maka dengan tauhid sifat dinafikan segala macam dan bentuk ketersusunan dan keterbilangan bagi sifat-sifat Allah.

Berapa jumlah sifat Allah itu? Quraish mengatakan yang populer menurut sebuah hadis ada 99 sifat. Tetapi Muhammad Husain Ath-Thabathaba'i, setelah menelusuri ayat-ayat Al-Quran, menyimpulkan bahwa ada 127 nama atau sifat Allah yang ditemukan dalam Al-Quran, kesemuanya merupakan Al-Asma', Al-Husna. Rincian sifat/nama-nama itu dikemukakannya dalam Tafsirnya Al-Mizan ketika menafsirkan QS Al-A'raf [7] : 180.

Baca juga: Mewarnai Sendi-Sendi Kehidupan dengan Tauhid

Keesaan Allah apa saja?

Keesaan Allah itu meliputi tiga hal. Dia Maha-Esa pada zat-Nya, Maha-Esa pada sifat-Nya dan Maha-Esa pada perbuatan-Nya. Ketiga, Maha-Esa pada perbuatan-Nya berarti Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.

Meliputi apa saja keesaan Allah brainly?

Keesaan Allah SWT meliputi tiga hal, yakni: Maha-Esa pada zat-Nya yang tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha-Esa pada sifat-Nya bahwa tidak ada satu sifat makhluk pun yang menyamai-Nya. Maha-Esa pada perbuatan-Nya, dan Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.

Apa itu keesaan Zat Allah?

Menurut para ulama, keesaan pertama, yaitu zat. Artinya Allah tidak terdiri dari bagian-bagian, namun satu tunggal. "Kedua, sifat. Walau dalam nama sifat itu sama dengan yang disandang oleh manusia, tetapi substansinya berbeda dengan sifat dan kadar makhluk lainnya," ungkapnya.