Karena kitab suci Weda berbentuk mantra yang dilakukan maka kitab suci Weda disebut juga apa

KOMPAS.com - Weda adalah kitab suci agama Hindu yang berisi kumpulan sastra kuno dari zaman India Kuno.

Umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman atau penguasa tertinggi dalam konsep ketuhanan Hindu.

Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diajarkan dengan sistem lisan atau pengajaran dari mulut ke mulut, karena belum mengenal sistem penulisan.

Oleh karena itu, Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.

Baca juga: Empat Fase Perkembangan Agama Hindu di India

Turunnya Weda

Turunnya Weda berkaitan dengan zaman Weda dalam fase perkembangan agama Hindu.

Weda diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widhi kepada Maha Sri dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Kata "Weda" berasal dari akar kata bahasa Sanskerta, yaitu "Vid", yang maknanya adalah mengetahui.

Secara keseluruhan, Weda dapat diartikan sebagai pengetahuan suci dari Sang Hyang Widhi Wasa.

Zaman Weda dimulai saat datangnya bangsa Arya, yang berasal dari Austria, Hungaria, dan Babylonia, ke India, tepatnya di Lembah Sungai Indus.

Namun, sebelum sampai di India, tepatnya di Selat Bosporus, mereka terpisah. Bangsa Arya yang membawa kebudayaan Weda melanjutkan perjalanan ke arah India.

Sedangkan kelompok lainnya menuju Iran, dengan membawa kebudayaan Awesta. Oleh karena itu, terdapat kemiripan sejumlah kata dalam Kitab Weda dan Kitab Awesta.

Misalnya, di Kitab Weda ada kata Soma, sementara di Kitab Awesta ada kata Houma. Selain itu, terdapat kata Shindu di Kitab Weda dan kata Hindu pada Kitab Awesti.

Baca juga: Bangsa Arya: Asal-usul, Ciri-ciri, dan Hasil Kebudayaan

Bagian Weda

Ketika sudah mengenal tulisan, wahyu dari dari Sang Hyang Widhi Wasa kemudian disusun dan dibukukan.

Tokoh yang mengumpulkan berbagai karya para resi dari masa sebelumnya dan membukukannya menjadi Weda adalah Maharesi Byasa.

Selain dikenal sebagai penulis kitab Weda, Maharesi Byasa juga membagi isinya. Dalam hal ini, ia dibantu oleh empat muridnya, yaitu Pulaha, Jaimini, Samantu, dan Wesampayana.

Kitab Weda ditulis dengan bahasa Sanskerta yang hanya dipahami oleh kaum Brahmana (agamawan).

Berikut ini empat bagian utama Weda (caturweda).

Regweda

Salah satu bagian dari kitab Weda yang berisi syair puji-pujian kepada dewa yaitu Regweda.

Mantra-mantra dalam bentuk puji-pujian tersebut digunakan untuk mengundang dewa supaya hadir dalam upacara keagamaan.

Baca juga: Pembagian Kasta dalam Masyarakat Hindu

Samaweda

Isi yang dimuat dalam Samaweda tidak berbeda jauh dengan Regweda, yakni berupa puji-pujian.

Perbedaannya adalah, pujian di Samaweda dilantunkan dalam lagu.

Yajurweda

Bagian dari Weda yang berisi doa untuk mengantar sesaji para dewa adalah Yajurweda.

Isi dari Yajurweda berupa yajus atau rapal yang digunakan untuk mengubah kurban yang menjadi makanan dewa.

Melalui rapal Yajurweda, makanan yang dikurbankan akan pindah ke alam kedewataan dan dihubungkan dengan dewa.

Atharmaweda

Kitab Atharmaweda mengandung mantra sakti dan ilmu gaib. Mantra itu digunakan untuk mendoakan mereka yang sedang sakit dan untuk menolak bahaya.

Baca juga: Daftar Kitab Peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha

Konsep Weda

Kitab Suci Weda mengandung konsep tentang penciptaan yang bersifat tradisional, salah satunya terkait penciptaan melalui permisalan tumbuhan.

Dalam Weda, tahapan penciptaan tumbuhan disebut sebagai jaringan Indra, yakni jaringan yang berbentuk cahaya yang tidak terbatas dan menjadi benang kehidupan yang terhubung secara terus-menerus.

Kehadirannya seperti gelombang cahaya yang dapat menghilang dan muncul kembali.

Jalinan benang kehidupan ini menjadi lebih stabil seiring berlalunya waktu, sehingga menghasilkan cahaya yang mengalir.

Aliran cahaya inilah yang kemudian membentuk pohon.

Baca juga: Wujud Akulturasi Budaya Lokal dengan Hindu-Buddha

Sebagai kitab suci agama Hindu, Weda memiliki beberapa sifat, yaitu:

  • Weda tidak berawal
  • Weda tidak berakhir
  • Weda berlaku sepanjang zaman
  • Weda bukan agama ciptaan manusia
  • Weda bersifat fleksibel

Nilai Weda

Weda sebagai wahyu yang diturunkan ke manusia mengandung nilai-nilai universal yang berlaku kepada siapa saja.

Nilai adalah ukuran tingkah laku yang ideal harapan masyarakat. Adapun nilai yang terkandung dalam Weda adalah sebagai berikut.

  • Keikhlasan
  • Kebenaran
  • Kasih sayang
  • Kemurahan hati
  • Sedekah
  • Menghindari judi
  • Kemuliaan
  • Keharmonisan
  • Keindahan
  • Persatuan
  • Anti kekerasan
  • Kewaspadaan
  • Kesucian hati
  • Kemakmuran
  • Kebajikan
  • Usaha
  • Jasa baik
  • Keramahan
  • Persaudaraan
  • Keamanan
  • Kewajiban
  • Keberanian
  • Profesi
  • Tahapan hidup
  • Kecerdasan
  • Kesehatan
  • Bhakti
  • Perkawinan
  • Pendidikan
  • Bahasa
  • Seni budaya
  • Ekonomi
  • Pengobatan
  • Ilmu Pengetahuan

Referensi:

  • A. D. El Marzdedeq. (2005). Peran Buddhisme di Dunia Klasik dan Ekspansi Melalui India. Jakarta: Syaamil Cipta Media.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Veda (Weda), yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Veda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Weda secara ethimologinya berasal dari kata “Vid” (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Veda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Veda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Veda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.

Weda – Kitab Suci Agama Hindu

Satu-satunya pemikiran yang secara tradisional yang kita miliki adalah yang mengatakan bahwa Veda adalah kitab suci agama Hindu. Sebagai kitab suci agama Hindu maka ajaran Veda diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk waktu-waktu tertentu. Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkan (mewahyukan) adalah Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran-Nya kepada umat manusia adalah ajaran suci terlebih lagi bahwa isinya itu memberikan petunjuk atau ajaran untuk hidup suci.

Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah mengalir ajaran agama Hindu. Ajaran Weda dikutip kembali dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab susastra Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab Veda (Sruti) mengalirlah ajaran Veda pada kitab-kitab Smrti, Itihasa, Purana, kitab-kitab Agama, Tantra, Darsana dan Tattwa-tattwa yang kita warisi di Indonesia. Swami Sivananda menyatakan : ”Veda adalah kitab tertua dari perpustakaan umat manusia. Kebenaran yang terkandung dalam semua agama berasal dari Veda dan akhirnya kembali pada Veda. Veda adalah sumber ajaran agama, sumber tertinggi dari semua sastra agama berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Veda diwahyukan pada permulaan adanya pengertia waktu”.

Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti. Veda menuntun tindakan umat manusia sejak lahir sampai pada nafasnya yang terakhir. Veda tidak terbatas pada tuntunan hidup individual, tetapi juga dalam hidup bermasyarakat. Bagaimana hendaknya masyarakat bersikap dan bertindak, tugas-tugas aparatur pemerintah melaksanakan tugasnya, bagaimana tingkah laku seorang ibu. Segala tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita terhimpun dalam kitab suci Veda.kita miliki adalah yang mengatakan

Bahasa Veda (Weda)

Bahasa yang dipergunakan dalam Veda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.
Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.

Isi Weda

Veda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Veda Sruti dan Veda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Veda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smrti isinya bersumber dari Veda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smrti, keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas.

Weda khilo dharma mulam smrti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam

atmanastustireqaca. (M. Dh. II.6).

Artinya:
Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).

Srutir wedah samakhyato dharmasastram tu wai smrth, te sarwatheswam imamsye

tabhyam dharmo winir bhrtah. (S.S.37).

Artinya:
Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.

Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smrti merupakan dasar utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smrti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap usaha.

Masing-masing bagian Catur Weda memiliki kitab-kitab Brahmana yang isinya adalah penjelasan tentang bagaimana mempergunakan mantra dalam rangkain upacara. Disamping kitab Brahmana, Kitab-kitab Catur Weda juga memiliki Aranyaka dan Upanisad. Kitab Aranyaka isinya adalah penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan Brahmana. Sedangkan kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan mengenai bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam semesta dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam Karma Kandha sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana Kanda.


Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan
© 2022 Blogger Bali | MahaMeru | Percetakan Bali | CMS plaza | Life Sloka