Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Bagikan:

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

JAKARTA - Kita harus sepakat, air merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia atas air terus bertambah tiap hari, namun ketersediaannya terus berkurang. Sayangnya, banyak manusia yang kurang peduli menjaga kualitas air bersih. 

Hari ini, 22 Maret, dunia memperingati World Water Day atau hari air sedunia. Mengutip laman Parangtritis Geomaritime Science Park yang merupakan bagian dari Badan Informasi Geospasial (BIG), tujuan dibuatnya hari air sedunia tak lain adalah menyadarkan masyarakat dunia akan pentingnya air bersih dan pengelolaan sumber air yang berkelanjutan.

Hari air sedunia pertama kali disepakati pada tahun 1992 pada sidang umum PBB ke 47 di Rio De Janeiro Brasil. Setahun kemudian, pertama kalinya, peringatan ini diselenggarakan di seluruh dunia. Masayarakat dunia diimbau untuk memberi dukungan dalam konservasi air dengan cara mengurangi penggunaan air keran yang berlebihan. 

Air jadi kebutuhan manusia untuk mandi, mencuci piring, mencuci baju, sampai yang paling dibutuhkan yakni untuk minum. Bahkan dalam tubuh manusia 60 sampai 70 persen mengandung kadar air. 

Masih menurut laman BIG, rata-rata kebutuhan air manusia sebesar 60 liter per orang perharinya. Diperkirakan, setiap harinya kebutuhan air bersih akan meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya populasi manusia. 

Priyono dkk dalam Jurnal Ilmu Lingkungan (2014) mencatat, 6.121 miliar jumlah penduduk dunia memerlukan air bersih sebanyak 367 km3 per hari. Jumlah kebutuhan itu diprediksi melonjak pada 2025 sebanyak 492 km3 per hari. 

Tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan air secara sehat. Sementara, kuantitas air yang tidak bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan, terus meningkat. Sedangkan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun dari tahun ke tahun, menurut Priyono (2014). 

Masyarakat dunia menaruh harap kepada Indonesia untuk ikut andil dalam memperingati Hari Air Sedunia. Sebab, Indonesia adalah negara yang punya sumber daya air melimpah. Sementara menurut data Water Environment Partnership in Asia yang dikutip BBC, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6 peren potensi air dunia. 

Sekitar 60 persen wilayah Indonesia merupakan air laut. Walaupun dari mayoritas air di Indonesia, hanya 2,5 persen yang merupakan air tawar. Namun sayangnya, sungai-sungai yang ada di Indonesia sekitar 56 persen sudah tercemar. Dengan kondisi ini, Indonesia mengalami krisis air bersih, khususnya di kota-kota besar, yang ada di pulau Jawa. 

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen
Ilustrasi (Unsplash)

Menurut kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jawa diperkirakan akan kehilangan hampir seluruh sumber air pada tahun 2040. Menurut Peneliti Geoteknologi LIPI Heru Santoso, penyebab utama krisis air di Jawa karena alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri dan karena perubahan iklim. 

"Jawa masih menjadi daerah industri andalan. Tahun 2040 diprediksi semua wilayah di Pantai Utara Jawa mulai dari Banten sampai Surabaya akan menjadi wilayah urban yang berpotensi mengalami defisit ketersediaan air,” kata Heru mengutip laman resmi LIPI.

Selain karena alih fungsi lahan, krisis air bersih juga terjadi karena adanya perubahan iklim. "“Ada perubahan siklus air yang membuat lebih banyak air yang menguap ke udara karena peningkatan temperatur akibat perubahan iklim,” jelas Heru. 

Menurut Heru, kondisi ini berpengaruh pada keseimbangan neraca air. Keseimbangan neraca air akhirnya berpengaruh pada ketersediaan air mengingat kebutuhan air semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk serta perubahan lahan. 

Lewat proyeksi iklim Representative Concentration Pathways 4.5, rata-rata defisit air dalam setahun di Jawa terus meningkat sampai tahun 2070. “Daerah-daerah yang mengalami defisit air meluas, sementara wilayah-wilayah basah di bagian barat dan tengah Jawa semakin berkurang,” ujar Heru.

Heru menerangkan, yang penting untuk dilakukan orang banyak adalah membudayakan penghematan air. Pasalnya, ada daerah yang mengalami kekeringan, namun disaat yang bersamaan di daerah lain mengalami kelebihan air. Oleh karena itu neraca air ini harus diseimbangkan. 

Selain itu, hal lain yang bisa diupayakan untuk menanggulangi krisis air yakni dengan memberdayakan air marginal atau air payau. Namun sayangnya, saat ini menurut Heru belum ada teknologi murah yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam jumlah besar. Sementara di negara-negara Timur Tengah air laut sudah bisa disuling supaya bersih. 

Heru bilang, prinsip reuse dan recycle bisa jadi salah satu opsi untuk mengantisipasi potensi krisis air di Jawa. “Manfaatkan air-air marginal. Salah satunya dengan penyulingan air. Mungkin teknologinya masih mahal kalau sekarang, namun ke depan ini bisa bermanfaat,” pungkasnya.

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen
Ilustrasi air (pexels.com)

TEMPO.CO, Washington - Hari Air Sedunia 2018 jatuh pada hari ini, 22 Maret 2018, dan pada tahun ini temanya adalah "Alam untuk Air", sebagaimana dilaporkan Newsweek, 21 Maret 2018.

Baca: Dampak Krisis Air Bersih: Satu dari Lima Bayi Meninggal  

"Bagaimana kita bisa mengurangi banjir, kekeringan dan polusi air?" Demikian pertanyaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menyelenggarakan Hari Air Sedunia setiap tahunnya.

"Dengan menggunakan solusi yang sudah kita temukan di alam. Solusi berbasis alam memiliki potensi untuk memecahkan banyak tantangan air kita," kata situs World Water Day.

Pada tahun 2015, PBB menyetujui 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang akan dicapai pada tahun 2030 yang akan memperbaiki dunia tempat kita tinggal. Salah satunya, negara berkomitmen untuk memastikan akses terhadap air dan sanitasi untuk semua orang.

Untuk menandai Hari Air Sedunia 2018, berikut beberapa fakta yang mengejutkan.

  1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air, menurut The United States Geological Survey Water Science School.
  2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil kubik.
  3. Lautan merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air Bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak mengandung garam.
  4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es dan gletser dan 30 persen lainnya ada di tanah.
  5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.
  6. Dan hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di atmosfer.
  7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh sekitar 2 miliar orang — hampir 10 miliar — meningkatkan permintaan air hingga 30 persen, prediksi PBB.
  8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan atau penggunaan kembali.
  9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan manusia.
  10. Menurut PBB, 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta tidak memiliki akses terhadap layanan air minum dasar, termasuk 263 juta orang yang melakukan perjalanan selama lebih dari 30 menit per perjalanan untuk mengumpulkan air.
  11. Dan 159 juta orang masih minum air yang belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang serius  dari sumber air permukaan, seperti sungai atau danau.
  12. Ada 663 juta orang yang hidup tanpa persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.

Simak artikel lainnya tentang krisis air dan Hari Air Sedunia 2018 di tempo.co

NEWSWEEK

Peran Air Untuk Kehidupan

Air merupakan sumber daya alam yang sangat vital dan diperlukan untuk menentukan keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi ini (Mawardi, 2014). Dalam segala macam kegiatan manusia, air merupakan kebutuhan pokok untuk melangsungkan berbagai kegiatan, seperti keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, mencuci, keperluan industri, keperluan perdagangan, keperluan pertanian dan peternakan, keperluan pelayaran dan lain sebagainya. Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini (Ambarwati, 2014).

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Data Konsumsi Air 

Menurut (Rustan, dkk., 2019) kebutuhan air merupakan jumlah air yang cukup dibutuhkan untuk kebutuhan dasar manusia dan kegiatannya lainnya yang memerlukan air. Sedangkan pemakaian air adalah jumlah air yang digunakan dari sistem yang ada bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air bersih menurut Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kebutuhan Air Departemen Pekerjaan Umum

KeperluanKonsumsi (Liter/Orang/Hari)
Mandi, cuci, kakus12,0
Minum2,0
Cuci pakaian10,7
Kebersihan rumah31,4
Taman11,8
Cuci kendaraan21,1
Wudhu16,2
Lain-lain21,7
Jumlah126,9
Sumber: Slamet, 1994 dalam Rustan, dkk., 2019

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Ciri Air Bersih dan Layak Minum

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Standar Air Bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solusi Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Air yang sesuai untuk kebutuhan sanitasi yaitu air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh atau memiliki tingkat kekeruhan yang rendah. Selain itu, air tersebut juga tidak mengandung bakteri E. coli serta mengandung kadar kimiawi yang rendah, seperti PH, zat besi, deterjen, sianida, pestisida, timbal, seng, dan lain-lain. Adapun standar air bersih untuk minum yaitu seharusnya terlindung dari sumber pencemaran, binatang yang membawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan hewan atau bakteri. Secara fisik air bersih untuk layak minum yaitu tidak berbau, warnanya jernih, rasanya tawar, dan tidak terpapar secara langsung dengan sinar matahari atau memiliki suhu sejuk sekitar 10–25 derajat Celcius, dan tidak memiliki endapan di bagian bawah air (Safitri, 2020).

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Pengelolaan Air di Indonesia Secara Umum

Menurut (Kadek, dkk., 2010) pengolahan air bersih merupakan suatu upaya teknis yang dilakukan untuk melindungi sumber daya air dengan meningkatkan kualitas mutu asal air sampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar lebih aman dipergunakan oleh masyarakat. Menurut (Fitria, 2015) secara umum, proses pengolahan air lengkap dengan sumber air baku yang berasal dari air permukaan adalah sebagai berikut.

  1. Bangunan Penangkap Air (Intake)
Intake merupakan tempat pengumpul air baku dari suatu sumber yang kemudian air tersebut dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya diolah. Bangunan prasedimentasi merupakan tempat penampungan air baku dari air permukaan yang bertujuan untuk menangkap benda kasar yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku seperti pasir atau partikel diskrit dan lainnya yang tidak tersaring pada screen. Proses koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel koloid. Pada pengolahan koagulasi terjadi pengadukan cepat (flash mixing) antara koagulan dan air dengan tujuan pencampuran tersebut dapat terjadi dengan sempurna dan merata. Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Sedimentasi merupakan proses pengendapan massa flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi. Filtrasi dalam sistem pengolahan air bersih atau minum merupakan proses menghilangkan flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana flok-flok tersebut akan tertahan pada media penyaring saat air melewati media tersebut. Desinfeksi air minum bertujuan untuk membunuh bakteri patogen yang terdapat di dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pemanasan, penyinaran dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan chlorinasi. Reservoir merupakan tempat penampungan air minum sebelum dilakukan pendistribusian ke masyarakat yang terletak di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Jumlah air bersih di dunia yaitu berapa persen

Kondisi Krisis Air Saat Ini

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada 2019 mencatat bahwa 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. Sementara itu, 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar. Adapun menurut laporan Bappenas, ketersediaan air di sebagian besar wilayah Pulau Jawa dan Bali saat ini sudah tergolong langka hingga kritis. Sementara itu, ketersediaan air di Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan diproyeksikan akan menjadi langka atau kritis pada tahun 2045. Kelangkaan air bersih juga berlaku untuk air minum. Menurut RPJMN 2020-2024, hanya 6,87 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman. Adapun berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 dari BPS juga menunjukkan ada sebesar 90,21 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum layak, meskipun distribusinya tidak merata (Iswara, 2021).

Penyebab Krisis Air Bersih

Menurut Bappenas, kerusakan hutan akan menjadi pemicu terjadinya kelangkaan air baku, terutama untuk pulau-pulau yang tutupan hutannya sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Menurut Bappenas pula, tutupan hutan akan semakin berkurang, yakni dari sebanyak 50 persen dari luas lahan total Indonesia (188 juta hektar) di tahun 2017, menjadi hanya sekitar 38 persen di tahun 2045. Bertambahnya populasi di Indonesia juga menjadi beban baru dalam penyediaan air bagi masyarakat Tanah Air. Menurut Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Indonesia berjumlah 270,21 juta jiwa. Jumlah ini bertambah sebanyak 32,56 juta jiwa dibandingkan dengan hasil sensus pada 2010 (Iswara, 2021). Penyebab krisis air lainnya yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, tingginya tingkat pencemaran terhadap sumber-sumber air, adanya konflik kepentingan ekonomi yang didukung oleh kebijakan yang kurang tepat, serta perusakan lingkungan dan sumber-sumber mata air (Adlina, S., 2011).

Dampak Krisis Air Bersih

Krisis air sudah sering melanda beberapa daerah, sehingga kebutuhan air penduduk untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan kebutuhan dasar lainnya tidak tercukupi. Dampak langsung dari kurangnya kebutuhan air antara lain yaitu terjadinya gagal bercocok tanam dan panen yang menyebabkan terganggunya persediaan bahan pangan, sanitasi yang buruk dan kelaparan yang berdampak pada munculnya penyakit akibat kurang pangan dan gizi buruk. Erat kaitannya dengan krisis air dan pangan ini adalah sanitasi buruk yang juga menjadi masalah bagi sekitar 2,0 miliar penduduk dunia. Banyak penyakit akibat krisis air dan sanitasi yang buruk, seperti penyakit akibat kelaparan, kekurangan gizi, kolera, tifus, dan disentri yang hingga saat ini masih merupakan ancaman bagi sebagian penduduk dunia. Berdasarkan laporan oleh FAO (2000), sekitar 2,0 juta orang yang kebanyakan adalah anak-anak yang berasal dari beberapa negara miskin dan berkembang, meninggal setiap tahunnya karena beberapa penyakit tersebut dan akibat kelangkaan air dan kelaparan. Krisis air juga dapat mengganggu perekonomian daerah maupun nasional (Mawardi, M., 2017).

Upaya Menjaga dan Melestarikan Ketersediaan Air Bersih

Menurut (Helmi, 2021) keberadaan air bersih sangat sulit dijumpai terjadi akibat banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sumber mata air, aliran air, dan tampungan air yang dapat membuat air menjadi tercemar. Air yang tercemar akan mengakibatkan timbulnya penyakit bagi makhluk hidup, kepunahan spesies, maupun timbulnya berbagai macam bencana alam. Sehingga kehidupan ekosistem makhluk hidup dibumi menjadi terganggu dan rusak. Untuk itu dibutuhkan salah satu penjagaan dan pengelolaan salah satu sumber daya alam air. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan ketersediaan air bersih:

  1. Melaksanakan program hemat air di lingkungan sekitar agar penggunaan air tetap efisien dan menjaga ketersediaan sumber daya air.
  2. Membuat penampungan air seperti waduk, dam, dan embung agar dapat menjaga keberadaan air untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  3. Menciptakan teknologi yang dapat mendaur ulang air.
  4. Menampung dan mengelola limbah pabrik maupun domestik.
  5. Tidak membuang sampah atau limbah di sungai.
  6. Konservasi pada sumber mata air yaitu upaya mengelola sumber daya air yang dilakukan secara bijak dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta mempertahankan komponen penyusunnya agar keberadaannya tetap ada yang dapat dinikmati di masa mendatang.

Referensi:

Adlina, S. (2011). Identifikasi Usaha Konservasi Air Tanah Pada Kelurahan Bekasi Jaya Kecamatan Bekasi Timur. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 1(1), 24. https://doi.org/10.36722/sst.v1i1.15

Ambarwati, R. D. (2014). Manfaat air bagi kehidupan manusia. Artikel Lingkungan Hidup, 4(2), 1–6.

Fitria, S., 2015. Gambaran Proses Pengolahan Air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirta Sanjung Buana Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 | Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. [online] Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang. Available at: <http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2691&keywords=> [Accessed 11 September 2021].

Helmi, R., 2021. Kebutuhan Air Berkelanjutan – ILMU LINGKUNGAN UNS. [online] Il.mipa.uns.ac.id. Available at: <https://il.mipa.uns.ac.id/kebutuhan-air-berkelanjutan/> [Accessed 11 September 2021].

Iswara, M., 2021. Krisis Air Bersih Yang Kian Memburuk Saat Pandemi Menerjang. [online] tirto.id. Available at: <https://tirto.id/krisis-air-bersih-yang-kian-memburuk-saat-pandemi-menerjang-gcmz> [Accessed 28 August 2021].

Kadek, N., Lelono, B., & Arifin, S. (2010). Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Penentuan Dosis Tawas Pada Proses Koagulasi Sistem Pengolahan Air Bersih. Teknik Fisika. http://digilib.its.ac.id/

Mawardi. (2014). Air Dan Masa Depan Kehidupan. Tarjih: Jurnal Tarjih Dan Pengembangan Pemikiran Islam, 12(1), 131–141. https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/86/87

Mawardi, M., 2017. Krisis Air, Ketersediaan Pangan dan Kesehatan Masyarakat. [online] Available at: <https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/berita-populer/2017/70-krisis-air-ketersediaan-pangan-dan-kesehatan-masyarakat.html> [Accessed 10 September 2021].

Rustan, F. R., Sriyani, R., & Talanipa, R. (2019). Analisis Pemakaian Air Bersih Rumah Tangga Warga Perumahan Bumi Mas Graha Asri Kota Kendari. Stabilita, 7(2), 151–160.

 Safitri, R., 2020. Ketahui Standar Baku Air Bersih di Rumah Anda – Adika Tirta Daya. [online] Adika Tirta Daya. Available at: <https://adikatirtadaya.co.id/ketahu-standar-baku-air-bersih-di-rumah-anda/> [Accessed 4 September 2021].