Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

Fimela.com, Jakarta Pernahkah merasa tidak enak hati menolak ajakan teman padahal sedang ada urusan atau tak ingin keluar? Mungkin hal ini sering dialami orang. Namun tahukah, bahwa ternyata menolak ajakan teman itu juga perlu, apalagi jika itu membuatmu tak nyaman.

Dilansir dari Mindbodygreen, ketika kita memaksakan diri mengatakan 'iya' atau menyetujui semua ajakan, hal ini sebenarnya justru bisa merusak pertemanan. Bersikap jujur dan terbuka akan lebih dihargai dan membuatmu tidak berpikiran buruk tentang teman karena tidak menghargai kepentinganmu.

Advertisement

Tentu saja, bagi beberapa orang, akan sangat sulit menolak berkata 'tidak'. Tapi ketahui bahwa itu adalah cara dirimu peduli dengan diri sendiri, dan alih-alih memenuhi kebutuhan orang lain, dirimu memenuhi kebutuhan diri sendiri. Lebih penting lagi, bukan berarti menolak ajakan teman, maka harus mengorbankan hubungan baik pertemanan.

Ini caranya agar tetap bisa menjaga pertemanan selagi menjaga kepentingan diri sendiri.

1. Komunikasikan batasannya

Ungkapkan dengan jujur dengan teman-temanmu seperti apa batasan yang membuatmu nyaman. Mengapa tak bisa melakukan ini itu dan kapan waktu yang membuatmu nyaman. Dengan begini, teman-temanmu akan mengetahui kapan bisa mengajakmu dan kapan tidak.

2. Jangan selalu berkata tidak

Ketika terus-terusan ditolak, orang pasti akan jera dan menganggapmu tak asik dijadikan teman. Tentu untuk sesekali waktu, mengikuti ajakan teman tak jadi masalah, selama dalam batas toleransi yang bisa ditanggung.

3. Jangan minta maaf, katakan terima kasih

Ketika menyatakan alasannya, jangan katakan maaf, karena dirimu tidak dalam posisi salah. Katakan terima kasih sudah mau mengajak, dan katakan dirimu sudah memiliki kegiatan lain. Katakan untuk mengajakmu di hari tertentu, agar tidak perlu menolak ajakan mereka lagi.

Terkadang, menjalin hubungan perteman juga diperlukan teknik agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Stand for your own needs while still respect them, ladies.

TERKAIT: Cara Alami Mencerahkan Kulit Wajah Memakai Masker Kopi dan Susu

Ladies, banyak orang yang menerima pemberian orang lain karena terpaksa, bukan karena memang menerima barang yang ditawarkan. Yups, alasan terpaksa terjadi karena beberapa sebab, salah satunya adalah takut menyakiti orang lain, takut salah bicara, khawatir tersinggung dan lain-lain.

Dengan begini, orang cenderung ‘iya-iya’ saja dan mengucapkan terima kasih. Padahal, hati sebenarnya ingin menolak. Ladies bisa kok menolak pemberian orang lain dengan mengatakan hal jujur, pastinya dengan cara yang benar dan tepat. Bagaimana caranya? Berikut 5 cara menolak pemberian orang lain dengan sopan:

Ucapkan Kata Maaf dan Terima Kasih

Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

ucapkan terimakasih/sumber:pixabay.com

Cara paling halus menolak pemberian adalah dengan mengucapkan kata maaf pada orang yang memberi barang. Sebelum mengucapkan permintaan maaf, sebaiknya awali dengan ucapan terima kasih agar orang lain merasa lebih dihargai.  Lalu, ucapkan permintaan maaf agar orang lain tak tersinggung dan kecewa karena pemberiannya ditolak. 

Berikan Alasan yang Sopan

Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

alasan yang sopan/sumber:pixabay.com

Selanjutnya, menolak pemberian orang lain harus disertai alasan yang logis dan sopan, tentunya agar alasanmu tak mudah dipatahkan. Nah, katakan alasan sesuai dengan keadaan tanpa mengada-ada, semisal kamu sudah mempunyai barangnya. Awali menolak pemberian orang lain dengan kata maaf dan ungkapkan alasannya.

Berikan Pujian

Tak ada salahnya memberikan pujian pada orang lain. Apalagi orang itu telah berbuat baik dan tulus kepada ladies. Nah, hal ini perlu dilakukan untuk menghargai pemberian orang lain, mencegah perasaan tersinggung dan kecewa pada orang lain. 

Tawarkan Solusi Lain

Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

tawarkan solusi lain/sumber:pixabay.com

Jika memang tak bisa menerima pemberiannya baik berupa makanan atau barang, maka tawarkan solusi lain agar barang yang diberikannya tak sia-sia. Semisal menyarankan untuk memberikan pada orang lain yang membutuhkan, kamu sudah memiliki barangnya, dan lain-lain.

Penolakan Halus Pemberian Berupa Makanan

Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

makanan/sumber:pixabay.com

Pemberian orang lain tak hanya berupa barang saja, ladies. Namun juga bisa berupa makanan. Nah, awali dengan kata maaf lalu berikan alasan yang logis seperti kamu sedang berpuasa, memiliki alergi pada makanan tertentu, dan lain-lain.

(arm2/arm2)

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Walaupun tinggal di Jakarta, lingkungan tempat tinggal saya suasananya sama dengan di kampung. Bukan hanya saling kenal sesama tetangga, tapi juga rasa persaudaraan yang sangat tinggi. (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/11/04/ada-kampung-di-tengah-kota-jakarta/)

Beda daerah bukan penghalang untuk menjadi akrab, tapi justru makin mempererat persaudaraan. Kalau ada waktu senggang, kami sering berbagi bercerita tentang kampung masing-masing, adat istiadat, makanan khas dan sebagainya. Juga kami sering berbagi masakan. Apalagi kalau ada yang pulang kampung, sudah dipastikan akan dapat oleh-oleh makanan.

Bicara soal oleh-oleh, sangat sering saya menerima berbagai makanan khas daerah. Makanan khas suatu daerah, walaupun terkenal, belum tentu cocok dengan lidah orang daerah lain. Begitu juga yang sering saya rasakan.

Diberi makanan/oleh-oleh oleh tetangga atau kenalan menimbulkan kesan yang mendalam. Makin terasa kedekatan dan makin kuat persaudaraan. Namun tanpa maksud mengecilkan pemberian orang lain, karena terasa aneh di lidah, makanan ini sering menumpuk di dalam kulkas. Mau dibuang mubazir. Masih untung kalau makanan yang dikasih tahan lama. Kadang-kadang bisa habis juga kalau cemilan lain di kulkas tidak ada. Tapi lebih sering akhirnya tetap dibuang.

Paling susah kalau makanan yang diberikan tidak tahan lama. Kita harus berpikir cepat, bagaimana agar pemberian tetangga ini tidak mubazir. Pernah suatu kali saya mendappat oleh-oleh telur asin. Saya dari dulu tidak suka telur asin. Anak-anak juga tidak suka (mungkin karena tidak saya perkenalkan sebelumnya). Telur yang diberikan cukup banyak. Saya bingung, telurnya mau di berikan sama siapa? Kebetulan hari libur, kalau diberikan ke teman di tempat kerja, harus menunggu 2 hari lagi karena waktu itu hari Sabtu, takut basi. Diberi ke tetangga yang lain, takutnya ketahuan. Jika dibuang, mubazir sekali. Akhirnya saya dapat ide. Waktu belanja ke pasar saya bawa telur asin tersebut. Ada pengemis yang biasa duduk di jembatan penyeberangan. Saya berikan semua pada pengemis itu. Dia kaget sekali dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang karena senangnya. Alhamdulillah, tidak mubazir.

Pernah juga saya diberi gurami goreng. Kebetulan yang memberi masih keluarga dekat. Ponakan sendiri. Dia baru datang dari kampung istrinya. Saya tidak suka ikan air tawar. Kalaupun saya terima, tidak saya makan. Berhubung keluarga sendiri, setelah saya terima dan bilang terimakasih, saya terus terang mengatakan kalau saya tidak suka ikan air tawar dan lebih baik dia  yang memakannya. Saya yakin, akan lebih bermanfaat buat ponakan saya sendiri, karena istrinya lagi di kampung (tidak ada yang masak). Nampaknya dia bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan penolakan tersebut (Tapi saya tidak tahu, apakah dalam hatinya sedih, kecewa, marah atau malah senang ).

Memang membingungkan. Diterima salah. Tidak diterima, lebih salah lagi. Rasanya memang tidak sopan kalau menolak pemberian orang lain. Bisa-bisa malah merusak persaudaraan.

Solusinya mungkin terletak pada kita yang akan memberikan makanan. Bagaimana caranya agar makanan yang kita berikan betul-betul makanan yang disukai dan tidak akan mubazir. Saya sering harus berpikir panjang kalau mau memberi oleh-oleh berupa makanan.

Ada beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan dalam memilih makanan yang akan diberikan kepada orang lain:


  1. Makanan yang tahan lama (misalnya cemilan berupa kerupuk), jangan yang cepat basi.
  2. Makanan yang sifatnya umum, disukai banyak orang. Misalnya: kacang. Boleh dikatakan orang dari daerah manapun menyukai makanan yang terbuat dari kacang. Walaupun cara pengolahannya berbeda.
  3. Makanan yang  khas dari daerah boleh diberikan, tapi jangan banyak. Sekedar memperkenalkan saja.
  4. Lebih baik lagi kalau kita tanya lebih dulu kesukaan orang yang mau diberi oleh-oleh. "Saya mau pergi, nanti mau dibelikan oleh-oleh apa?"
  5. (Tips terakhir ini bukan untuk yang akan memberi oleh-oleh, tapi untuk orang yang yakin akan menerima oleh-oleh karena sudah sangat akrab). Tak ada salahnya kita yang meminta makanan apa yang dibelikan. Tapi jangan minta yang sulit untuk membawanya (karena berat), atau sulit membuatnya (karena harus dimasak sendiri) atau sulit membelinya (karena mahal). Misalnya: "Nanti kalau pulang kampung, bawakan oleh-oleh gelamai ya!"


Itu beberapa tips yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi kita agar oleh-oleh berupa makanan tidak terbuang percuma dan rasa persaudaraan semakin kuat.

*******


Page 2

Walaupun tinggal di Jakarta, lingkungan tempat tinggal saya suasananya sama dengan di kampung. Bukan hanya saling kenal sesama tetangga, tapi juga rasa persaudaraan yang sangat tinggi. (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/11/04/ada-kampung-di-tengah-kota-jakarta/)

Beda daerah bukan penghalang untuk menjadi akrab, tapi justru makin mempererat persaudaraan. Kalau ada waktu senggang, kami sering berbagi bercerita tentang kampung masing-masing, adat istiadat, makanan khas dan sebagainya. Juga kami sering berbagi masakan. Apalagi kalau ada yang pulang kampung, sudah dipastikan akan dapat oleh-oleh makanan.

Bicara soal oleh-oleh, sangat sering saya menerima berbagai makanan khas daerah. Makanan khas suatu daerah, walaupun terkenal, belum tentu cocok dengan lidah orang daerah lain. Begitu juga yang sering saya rasakan.

Diberi makanan/oleh-oleh oleh tetangga atau kenalan menimbulkan kesan yang mendalam. Makin terasa kedekatan dan makin kuat persaudaraan. Namun tanpa maksud mengecilkan pemberian orang lain, karena terasa aneh di lidah, makanan ini sering menumpuk di dalam kulkas. Mau dibuang mubazir. Masih untung kalau makanan yang dikasih tahan lama. Kadang-kadang bisa habis juga kalau cemilan lain di kulkas tidak ada. Tapi lebih sering akhirnya tetap dibuang.

Paling susah kalau makanan yang diberikan tidak tahan lama. Kita harus berpikir cepat, bagaimana agar pemberian tetangga ini tidak mubazir. Pernah suatu kali saya mendappat oleh-oleh telur asin. Saya dari dulu tidak suka telur asin. Anak-anak juga tidak suka (mungkin karena tidak saya perkenalkan sebelumnya). Telur yang diberikan cukup banyak. Saya bingung, telurnya mau di berikan sama siapa? Kebetulan hari libur, kalau diberikan ke teman di tempat kerja, harus menunggu 2 hari lagi karena waktu itu hari Sabtu, takut basi. Diberi ke tetangga yang lain, takutnya ketahuan. Jika dibuang, mubazir sekali. Akhirnya saya dapat ide. Waktu belanja ke pasar saya bawa telur asin tersebut. Ada pengemis yang biasa duduk di jembatan penyeberangan. Saya berikan semua pada pengemis itu. Dia kaget sekali dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang karena senangnya. Alhamdulillah, tidak mubazir.

Pernah juga saya diberi gurami goreng. Kebetulan yang memberi masih keluarga dekat. Ponakan sendiri. Dia baru datang dari kampung istrinya. Saya tidak suka ikan air tawar. Kalaupun saya terima, tidak saya makan. Berhubung keluarga sendiri, setelah saya terima dan bilang terimakasih, saya terus terang mengatakan kalau saya tidak suka ikan air tawar dan lebih baik dia  yang memakannya. Saya yakin, akan lebih bermanfaat buat ponakan saya sendiri, karena istrinya lagi di kampung (tidak ada yang masak). Nampaknya dia bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan penolakan tersebut (Tapi saya tidak tahu, apakah dalam hatinya sedih, kecewa, marah atau malah senang ).

Memang membingungkan. Diterima salah. Tidak diterima, lebih salah lagi. Rasanya memang tidak sopan kalau menolak pemberian orang lain. Bisa-bisa malah merusak persaudaraan.

Solusinya mungkin terletak pada kita yang akan memberikan makanan. Bagaimana caranya agar makanan yang kita berikan betul-betul makanan yang disukai dan tidak akan mubazir. Saya sering harus berpikir panjang kalau mau memberi oleh-oleh berupa makanan.

Ada beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan dalam memilih makanan yang akan diberikan kepada orang lain:


  1. Makanan yang tahan lama (misalnya cemilan berupa kerupuk), jangan yang cepat basi.
  2. Makanan yang sifatnya umum, disukai banyak orang. Misalnya: kacang. Boleh dikatakan orang dari daerah manapun menyukai makanan yang terbuat dari kacang. Walaupun cara pengolahannya berbeda.
  3. Makanan yang  khas dari daerah boleh diberikan, tapi jangan banyak. Sekedar memperkenalkan saja.
  4. Lebih baik lagi kalau kita tanya lebih dulu kesukaan orang yang mau diberi oleh-oleh. "Saya mau pergi, nanti mau dibelikan oleh-oleh apa?"
  5. (Tips terakhir ini bukan untuk yang akan memberi oleh-oleh, tapi untuk orang yang yakin akan menerima oleh-oleh karena sudah sangat akrab). Tak ada salahnya kita yang meminta makanan apa yang dibelikan. Tapi jangan minta yang sulit untuk membawanya (karena berat), atau sulit membuatnya (karena harus dimasak sendiri) atau sulit membelinya (karena mahal). Misalnya: "Nanti kalau pulang kampung, bawakan oleh-oleh gelamai ya!"


Itu beberapa tips yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi kita agar oleh-oleh berupa makanan tidak terbuang percuma dan rasa persaudaraan semakin kuat.

*******


Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 3

Walaupun tinggal di Jakarta, lingkungan tempat tinggal saya suasananya sama dengan di kampung. Bukan hanya saling kenal sesama tetangga, tapi juga rasa persaudaraan yang sangat tinggi. (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/11/04/ada-kampung-di-tengah-kota-jakarta/)

Beda daerah bukan penghalang untuk menjadi akrab, tapi justru makin mempererat persaudaraan. Kalau ada waktu senggang, kami sering berbagi bercerita tentang kampung masing-masing, adat istiadat, makanan khas dan sebagainya. Juga kami sering berbagi masakan. Apalagi kalau ada yang pulang kampung, sudah dipastikan akan dapat oleh-oleh makanan.

Bicara soal oleh-oleh, sangat sering saya menerima berbagai makanan khas daerah. Makanan khas suatu daerah, walaupun terkenal, belum tentu cocok dengan lidah orang daerah lain. Begitu juga yang sering saya rasakan.

Diberi makanan/oleh-oleh oleh tetangga atau kenalan menimbulkan kesan yang mendalam. Makin terasa kedekatan dan makin kuat persaudaraan. Namun tanpa maksud mengecilkan pemberian orang lain, karena terasa aneh di lidah, makanan ini sering menumpuk di dalam kulkas. Mau dibuang mubazir. Masih untung kalau makanan yang dikasih tahan lama. Kadang-kadang bisa habis juga kalau cemilan lain di kulkas tidak ada. Tapi lebih sering akhirnya tetap dibuang.

Paling susah kalau makanan yang diberikan tidak tahan lama. Kita harus berpikir cepat, bagaimana agar pemberian tetangga ini tidak mubazir. Pernah suatu kali saya mendappat oleh-oleh telur asin. Saya dari dulu tidak suka telur asin. Anak-anak juga tidak suka (mungkin karena tidak saya perkenalkan sebelumnya). Telur yang diberikan cukup banyak. Saya bingung, telurnya mau di berikan sama siapa? Kebetulan hari libur, kalau diberikan ke teman di tempat kerja, harus menunggu 2 hari lagi karena waktu itu hari Sabtu, takut basi. Diberi ke tetangga yang lain, takutnya ketahuan. Jika dibuang, mubazir sekali. Akhirnya saya dapat ide. Waktu belanja ke pasar saya bawa telur asin tersebut. Ada pengemis yang biasa duduk di jembatan penyeberangan. Saya berikan semua pada pengemis itu. Dia kaget sekali dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang karena senangnya. Alhamdulillah, tidak mubazir.

Pernah juga saya diberi gurami goreng. Kebetulan yang memberi masih keluarga dekat. Ponakan sendiri. Dia baru datang dari kampung istrinya. Saya tidak suka ikan air tawar. Kalaupun saya terima, tidak saya makan. Berhubung keluarga sendiri, setelah saya terima dan bilang terimakasih, saya terus terang mengatakan kalau saya tidak suka ikan air tawar dan lebih baik dia  yang memakannya. Saya yakin, akan lebih bermanfaat buat ponakan saya sendiri, karena istrinya lagi di kampung (tidak ada yang masak). Nampaknya dia bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan penolakan tersebut (Tapi saya tidak tahu, apakah dalam hatinya sedih, kecewa, marah atau malah senang ).

Memang membingungkan. Diterima salah. Tidak diterima, lebih salah lagi. Rasanya memang tidak sopan kalau menolak pemberian orang lain. Bisa-bisa malah merusak persaudaraan.

Solusinya mungkin terletak pada kita yang akan memberikan makanan. Bagaimana caranya agar makanan yang kita berikan betul-betul makanan yang disukai dan tidak akan mubazir. Saya sering harus berpikir panjang kalau mau memberi oleh-oleh berupa makanan.

Ada beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan dalam memilih makanan yang akan diberikan kepada orang lain:


  1. Makanan yang tahan lama (misalnya cemilan berupa kerupuk), jangan yang cepat basi.
  2. Makanan yang sifatnya umum, disukai banyak orang. Misalnya: kacang. Boleh dikatakan orang dari daerah manapun menyukai makanan yang terbuat dari kacang. Walaupun cara pengolahannya berbeda.
  3. Makanan yang  khas dari daerah boleh diberikan, tapi jangan banyak. Sekedar memperkenalkan saja.
  4. Lebih baik lagi kalau kita tanya lebih dulu kesukaan orang yang mau diberi oleh-oleh. "Saya mau pergi, nanti mau dibelikan oleh-oleh apa?"
  5. (Tips terakhir ini bukan untuk yang akan memberi oleh-oleh, tapi untuk orang yang yakin akan menerima oleh-oleh karena sudah sangat akrab). Tak ada salahnya kita yang meminta makanan apa yang dibelikan. Tapi jangan minta yang sulit untuk membawanya (karena berat), atau sulit membuatnya (karena harus dimasak sendiri) atau sulit membelinya (karena mahal). Misalnya: "Nanti kalau pulang kampung, bawakan oleh-oleh gelamai ya!"


Itu beberapa tips yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi kita agar oleh-oleh berupa makanan tidak terbuang percuma dan rasa persaudaraan semakin kuat.

*******


Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

Lihat Sosbud Selengkapnya


Page 4

Walaupun tinggal di Jakarta, lingkungan tempat tinggal saya suasananya sama dengan di kampung. Bukan hanya saling kenal sesama tetangga, tapi juga rasa persaudaraan yang sangat tinggi. (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/11/04/ada-kampung-di-tengah-kota-jakarta/)

Beda daerah bukan penghalang untuk menjadi akrab, tapi justru makin mempererat persaudaraan. Kalau ada waktu senggang, kami sering berbagi bercerita tentang kampung masing-masing, adat istiadat, makanan khas dan sebagainya. Juga kami sering berbagi masakan. Apalagi kalau ada yang pulang kampung, sudah dipastikan akan dapat oleh-oleh makanan.

Bicara soal oleh-oleh, sangat sering saya menerima berbagai makanan khas daerah. Makanan khas suatu daerah, walaupun terkenal, belum tentu cocok dengan lidah orang daerah lain. Begitu juga yang sering saya rasakan.

Diberi makanan/oleh-oleh oleh tetangga atau kenalan menimbulkan kesan yang mendalam. Makin terasa kedekatan dan makin kuat persaudaraan. Namun tanpa maksud mengecilkan pemberian orang lain, karena terasa aneh di lidah, makanan ini sering menumpuk di dalam kulkas. Mau dibuang mubazir. Masih untung kalau makanan yang dikasih tahan lama. Kadang-kadang bisa habis juga kalau cemilan lain di kulkas tidak ada. Tapi lebih sering akhirnya tetap dibuang.

Paling susah kalau makanan yang diberikan tidak tahan lama. Kita harus berpikir cepat, bagaimana agar pemberian tetangga ini tidak mubazir. Pernah suatu kali saya mendappat oleh-oleh telur asin. Saya dari dulu tidak suka telur asin. Anak-anak juga tidak suka (mungkin karena tidak saya perkenalkan sebelumnya). Telur yang diberikan cukup banyak. Saya bingung, telurnya mau di berikan sama siapa? Kebetulan hari libur, kalau diberikan ke teman di tempat kerja, harus menunggu 2 hari lagi karena waktu itu hari Sabtu, takut basi. Diberi ke tetangga yang lain, takutnya ketahuan. Jika dibuang, mubazir sekali. Akhirnya saya dapat ide. Waktu belanja ke pasar saya bawa telur asin tersebut. Ada pengemis yang biasa duduk di jembatan penyeberangan. Saya berikan semua pada pengemis itu. Dia kaget sekali dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang karena senangnya. Alhamdulillah, tidak mubazir.

Pernah juga saya diberi gurami goreng. Kebetulan yang memberi masih keluarga dekat. Ponakan sendiri. Dia baru datang dari kampung istrinya. Saya tidak suka ikan air tawar. Kalaupun saya terima, tidak saya makan. Berhubung keluarga sendiri, setelah saya terima dan bilang terimakasih, saya terus terang mengatakan kalau saya tidak suka ikan air tawar dan lebih baik dia  yang memakannya. Saya yakin, akan lebih bermanfaat buat ponakan saya sendiri, karena istrinya lagi di kampung (tidak ada yang masak). Nampaknya dia bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan penolakan tersebut (Tapi saya tidak tahu, apakah dalam hatinya sedih, kecewa, marah atau malah senang ).

Memang membingungkan. Diterima salah. Tidak diterima, lebih salah lagi. Rasanya memang tidak sopan kalau menolak pemberian orang lain. Bisa-bisa malah merusak persaudaraan.

Solusinya mungkin terletak pada kita yang akan memberikan makanan. Bagaimana caranya agar makanan yang kita berikan betul-betul makanan yang disukai dan tidak akan mubazir. Saya sering harus berpikir panjang kalau mau memberi oleh-oleh berupa makanan.

Ada beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan dalam memilih makanan yang akan diberikan kepada orang lain:


  1. Makanan yang tahan lama (misalnya cemilan berupa kerupuk), jangan yang cepat basi.
  2. Makanan yang sifatnya umum, disukai banyak orang. Misalnya: kacang. Boleh dikatakan orang dari daerah manapun menyukai makanan yang terbuat dari kacang. Walaupun cara pengolahannya berbeda.
  3. Makanan yang  khas dari daerah boleh diberikan, tapi jangan banyak. Sekedar memperkenalkan saja.
  4. Lebih baik lagi kalau kita tanya lebih dulu kesukaan orang yang mau diberi oleh-oleh. "Saya mau pergi, nanti mau dibelikan oleh-oleh apa?"
  5. (Tips terakhir ini bukan untuk yang akan memberi oleh-oleh, tapi untuk orang yang yakin akan menerima oleh-oleh karena sudah sangat akrab). Tak ada salahnya kita yang meminta makanan apa yang dibelikan. Tapi jangan minta yang sulit untuk membawanya (karena berat), atau sulit membuatnya (karena harus dimasak sendiri) atau sulit membelinya (karena mahal). Misalnya: "Nanti kalau pulang kampung, bawakan oleh-oleh gelamai ya!"


Itu beberapa tips yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan bagi kita agar oleh-oleh berupa makanan tidak terbuang percuma dan rasa persaudaraan semakin kuat.

*******


Jika tidak menyukai makanan yang diberikan oleh teman sebaiknya kita menolaknya dengan

Lihat Sosbud Selengkapnya