Siklus Batuan - Batu-batuan adalah jenis benda padat yang terbentuk secara alami dari mineral bumi. Ada banyak jenis batuan yang ada di mana dapat dibedakan melalui ciri-ciri dan proses pembentukannya. Selain terbuat secara alami oleh mineral bumi, batuan juga memiliki daur hidup yang sering dikenal dengan siklus batuan. Artikel ini secara lebih mendalam akan membahas siklus batuan dengan beberapa proses yang berbeda. Yuk simak penjelasan lengkapnya!
Siklus batuan atau Rock Cycle membutuhkan satu bahan pokok di mana berasal dari satu elemen bumi, yaitu magma. Perlu Anda ketahui, bahwa magma adalah gabungan dari batuan cair dan semi cair yang terletak di permukaan bumi. Magma sendiri memiliki empat bagian, yaitu: Pertama, bagian lelehan di mana terletak di bagian paling dasar di mana memiliki suhu yang sangat panas. Kedua, pada bagian atasnya ada bagian kristalisasi dari lelehan.Ketiga, pada bagian ini permukaan magma berbentuk batuan padat. Keempat, sedangkan di bagian paling atas adalah gas yang sudah larut. Siklus batuan secara umum berawal dari magma yang mengkristal dan menjadi batuan beku. Kemudian, batuan beku tersebut mengalami erosi dan pelapukan sehingga menjadi sedimen yang terus mengendap dan menjadi batuan sedimen. Setelah menjadi batuan sedimen, batu-batuan tersebut kemudian terkena tekanan dan panas bumi yang menjadi batuan metamorf di mana akan kembali meleleh dan kembali berubah menjadi magma. Jika disimpulkan, maka pengertian siklus batuan adalah suatu proses perubahan magma yang membeku karena suhu dan menjadi batuan lain, seperti batuan beku, sedimen, dan metamorf. Kemudian batuan-batuan tersebut kembali menjadi magma karena suhu panas. Proses perubahan magma itulah yang disebut sebuah siklus karena terjadi berulang-ulang dengan tahapan yang sama.
Deskripsi Gambar:
Setelah batuan yang terkubur dalam berubah menjadi batuan metamorf atau batuan malihan, maka lama kelamaan batuan tersebut akan kembali menjadi magma karena tekanan suhu dalam bumi. Seperti halnya siklus, magma kemudian akan berubah mengalami proses kristalisasi dan proses-proses berikutnya. Itulah enam proses siklus batuan yang bisa Anda pelajari dengan mudah. Dalam proses siklus, fase-fase terjadi secara berurutan dan tidak bisa loncat dari satu fase ke fase lain. Selain itu, setelah fase terakhir selesai, maka proses berikutnya adalah kembali ke fase pertama. Setelah memelajari tentang proses siklus batuan, maka hal lain soal batuan yang perlu diketahui adalah siklus batuan-batuan tertentu secara detail yang akan dijelaskan berikut ini. Batuan beku berasal dari cairan magma di mana mengalami proses pembekuan dan kristalisasi karena suhu yang ada. Saat siklus berlangsung, setidaknya ada tiga macam batuan beku berdasarkan tempat pembekuannya, antara lain:
Batuan sedimen merupakan hasil endapan dari pelapukan dan pengikisan batuan beku. Lebih jelas lagi batuan sedimen ini juga terbentuk saat batuan beku tengah mengalami pengikisan, pelapukan, pengendapan karena pengaruh cuaca. Kemudian hasil dari proses tersebut diangkut oleh tenaga alam, seperti air, gletser, hingga angin di mana mengendapkannya ke tempat yang lebih rendah. Jika dilihat dari prosesnya, batuan sedimen terbagi menjadi tiga, yaitu:
Batuan metamorf terbentuk dari batuan sedimen dan batuan beku instrusif yang tidak tersingkap ke permukaan bumi. Batuan yang tidak tersingkap ke permukaan tersebut kemudian akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam, maka akan semakin memungkinkan batuan-batuan tersebut terpapar tekanan dan suhu yang tinggi di mana dihasilkan oleh energi panas dan tektonik dari bagian dalam bumi. Hal ini yang kemudian mengubah batuan-batuan tersebut menjadi batuan metamorf di mana perubahan batuan terjadi di bawah permukaan bumi akibat tekanan dan suhu, serta kontak magma. Para geolog sendiri biasanya menyebut batuan metamorf dengan istilah batuan yang sudah “dimasak”. Sebutan tersebut didasari karena proses perubahan batuan hampir sama dengan proses adonan kua saat dipanaskan. Adonan kue dan kue sendiri mengandung bahan yang sama, namun memiliki tekstur dan bentuk yang akan sangat berbeda. Begitu juga dengan batuan sedimen dan batuan metamorf yang memiliki partikel sama namun tekstur dan bentuknya sangat berbeda. Litosfer merupakan salah satu lapisan kerak bumi di mana secara epistemologi berasal dari bahasa Yunani. Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti berbatu dan kata Sphere yang memiliki makna padat, Melalui dasar bahasa tersebut, maka dapat diartikan bahwa Litosfer diartikan sebagai batuan yang berada di bagian terluar dari bumi di mana berbentuk padat berbatu. Lapisan lithosfer juga sering kali diartikan sebagai kulit bumi karena terletak di bagian terluar lapisan bumi. Lapisan litosfer sendiri ditopang lapisan lain, yakni lapisan astenosfer di mana yang merupakan terpanas dari mantel bumi. Teori lithosfer sendiri mulai berkembang pada tahun 1914 oleh Barrel yang muncul berdasarkan adanya anomali gravitasi di mana berada di kerak benua bagian atas. Barrel mengatakan, bahwa lithosfer merupakan lapisan terkuat yang berada di atas lapisan astenosfer yang lebih lemah. Setelah Barrel, kemudian teori lithosfer kembali dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940 di mana pendapatnya diterima oleh berbagai ahli. Menurut Daly, lapisan lithosfer terbagi menjadi dua jenis, yaitu lithosfer samudra dan lithosfer benua. Perbedaan dari dua jenis litosfer tersebut didasarkan pada lokasinya. Lithosfer samudra sendiri biasanya diperkirakan memiliki ketebalan sekitar 50 hingga 100 kilo meter, berbeda dengan lithosfer benua yang kedalamannya bisa mencapai 40 hingga 200 kilo meter. Selain dibedakan melalui letaknya, lapisan litosfer juga terbagi menjadi dua berdasarkan lapisan yang menyusunnya, lapisan sima dan lapisan sial. Lapisan sial sering kali disebut dengan kerak padat di mana terbentuk dari logam silisium dan logam aluminium yang memiliki ketebalan sekitar 35 kilo meter. Sedangkan lapisan sima tersusun dari logam silisium dan magnesium dengan besar dan berat yang lebih dari lapisan sial. Perbedaannya dari lapisan sial adalah pada tingkat elastisitas, tesktur, dan berat. Lapisan sima sendiri diperkirakan memiliki ketebalan sekitar 65 kilo meter. Litosfer sendiri disusun oleh batuan beku, sedimen dan metamorf. Hal ini yang kemudian menunjukkan bahwa siklus litosfer sama dengan siklus batuan lain yang telah dijelaskan melalui beberapa pembahasan sebelumnya. Litosfer sendiri memiliki beberapa manfaat, anta lain: Pertama, menjadi tempat tinggal dan berpijak seluruh makhluk hidup di bumi. Kedua, litosfer dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan di bidang industri. Ketiga, memiliki kandungan mineral yang memberikan banyak manfaat bagi seluruh makhluk hidup. Ada beberapa contoh batu-batuan sesuai dengan jenis batuan yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan sebelumnya, antara lain:
|