Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Kosmologi Hindu yaitu pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta menurut filsafat Hindu. Dalam petuah kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat padat), cairan (zat cair), udara (zat gas), api (plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau lima unsur materi.

Purusa dan Prakerti

Dalam petuah Hindu, Purusa dan Prakerti yaitu dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak bisa dipisahkan. Purusa yaitu unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam semesta, Prakerti berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum mempunyai ukuran. Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang akhir-akhirnya diproduksi menjadi Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi. Lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, bintang-bintang, planet-planet, dan lain-lain.

Penciptaan alam semesta

Dalam kitab Weda

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak mempunyai sesuatu yang mempunyai namun tidak mempunyai sesuatu yang tidak mempunyai. Tidak mempunyai udara, tidak mempunyai langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Cairan yang tak terduga dalamnya?

Saat itu tidak mempunyai kematian, tidak pula mempunyai kehidupan. Tidak mempunyai yang menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut dayanya sendiri. Di luar daripada Dia tidak mempunyai apapun.

Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang mempunyai ini yaitu sesuatu yang tak terbatas dan tak bisa dibedakan, yang mempunyai pada saat itu yaitu kekosongan dan yang tanpa wujud. Dengan tenaga panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

Setelah itu timbullah hasrat, hasrat yang yaitu benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang mempunyai dan yang bukan mempunyai.

Sinarnya terentang keluar. Apakah dia melintang? Apakah dia di bawah atau di atas? Beberapa diproduksi menjadi pencurah benih, yang lain amat hebat. Makanan yaitu benih rendah, pemakan yaitu benih unggul.

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di alam ini yang bisa menerangkannya? Dari manakah peristiwa itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa mempunyai setelah peristiwa itu. Lalu, siapakah yang kenal, darimana dia muncul?

Dia, yang yaitu awal pertama dari peristiwa itu, dari-Nya peristiwa itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi alam dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.


Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar alam yaitu Asat atau ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang mempunyai yaitu Diti yaitu yang terikat. Petuah dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta diproduksi oleh Brahman dari unsur yang sudah mempunyai. Hiranyagharba atau "Janin Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun alam yang masih kacau tanpa wujud supaya teratur rapi.

Dalam kitab Purana dan Upanisad

Menurut keyakinan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.

Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua daya ini berjumpa sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul yaitu Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya yaitu terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria
PancabuddhindriaPancakarmendria
  1. Srotendria (rangsang pendengar; indria pada telinga)
  2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada kulit)
  3. Caksuindria (rangsang penglihatan; indria pada mata)
  4. Ghranendria (rangsang pencium; indria pada hidung)
  5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria pada lidah)
  1. Garbendria (penggerak perut; indria pada perut)
  2. Panindria (penggerak tangan; indria pada tangan)
  3. Padendria (penggerak kaki; indria pada kaki)
  4. Payuindria (penggerak organ pelepasan; indria pada organ pelepasan)
  5. Upasthendria (penggerak alat kelamin; indria pada alat kelamin)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak mempunyai ukuran. Lima benih tersebut diterangkan sebagai berikut:

  1. Sabdatanmatra (benih suara)
  2. Rupatanmatra (benih penglihatan)
  3. Rasatanmatra (benih perasa)
  4. Gandhatanmatra (benih penciuman)
  5. Sparsatanmatra (benih peraba)

Pancatanmatra yaitu benih saja. Pancatanmatra berevolusi diproduksi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

Pancamahabhuta berwujud Paramānu, atau benih yang semakin halus daripada atom. Pada kala penciptaan, Pancamahabhuta memainkan usaha dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala mempunyai salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Stuktur alam

Lapisan bumiLapisan langit

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Keterangan:

  1. Atala
  2. Witala
  3. Sutala
  4. Talatala
  5. Mahatala
  6. Rasatala
  7. Patala
  8. Kala Geni Rudra (inti bumi)

Keterangan:

  1. Bhurloka
  2. Bhuwahloka
  3. Swahloka atau Swargaloka
  4. Mahaloka
  5. Janaloka
  6. Tapaloka
  7. Satyaloka atau Brahmaloka

Lapisan bumi

Menurut agama Hindu, bumi berwujud bulat dengan inti yang sangat panas di dalamnya. Inti bumi tersebut yaitu neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi, mempunyai tujuh lapisan yang menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Saptapatala. Penghuni lapisan tersebut yaitu makhluk supranatural dan naga. Saptapatala terdiri dari: Atala, Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

Lapisan langit

Menurut agama Hindu, langit yang menyelimuti bumi terdiri dari tujuh lapisan. Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka. Bhurloka yaitu lapisan yang sangat bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi; Bhuwahloka yaitu lapisan udara di atasnya, antara langit dan matahari; Swahloka atau Swargaloka yaitu kediaman Dewa Indra; Maharloka yaitu kediaman Resi Bhrigu; Janaloka yaitu kediaman para putera Brahma; Tapaloka yaitu kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka atau Brahmaloka yaitu kediaman Brahma.

Umur alam semesta

Dalam kitab-kitab suci Hindu diceritakan bahwa alam semesta diproduksi, dibasmi, dan diproduksi ulang menurut suatu siklus yang berputar kekal. Siklus tersebut disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun untuk manusia sedangkan untuk Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi Hindu, alam semesta berlanjut selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau cairan. Pada kala itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu hari untuknya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama ratus tahun untuk Brahma (311 Triliun tahun untuk manusia) yang yaitu umur Brahma.

Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang mempunyai pada tahun ke-51 untuk Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlanjut semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah dibasmi diproduksi kembali. Proses ini yaitu siklus kekal yang terus berulang-ulang dan tak hendak pernah selesai.

Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat anggota, yang mana dalam setiap anggota yaitu 100 tahun yang mempunyai karakter berbeda-beda. Mahayuga mempunyai 71 Divisi, dan setiap divisi yaitu 14 Manvantara (1000) tahun. Setiap Mahayuga berlanjut 4.320.000 tahun. Manwantara yaitu siklus Manu, leluhur manusia menurut keyakinan Hindu.

Bacaan semakin lanjut

  • Petuah ketuhanan dan kosmologi dalam Veda, oleh: Drs. I Gede Sura.
  • Upadeça.

Sumber :
m.andrafarm.com, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.


Page 2

Kosmologi Hindu yaitu ilmu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta menurut filsafat Hindu. Dalam petuah kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat padat), cairan (zat cair), udara (zat gas), api (plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau lima unsur materi.

Purusa dan Prakerti

Dalam petuah Hindu, Purusa dan Prakerti yaitu dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak mampu dipisahkan. Purusa yaitu unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam semesta, Prakerti berevolusi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum berukuran. Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang hasilnya menjadi Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi. Lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, bintang-bintang, planet-planet, dan lain-lain.

Penciptaan alam semesta

Dalam kitab Weda

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak mempunyai sesuatu yang mempunyai namun tidak mempunyai sesuatu yang tidak mempunyai. Tidak mempunyai udara, tidak mempunyai langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Cairan yang tak terduga dalamnya?

Waktu itu tidak mempunyai kematian, tidak pula mempunyai kehidupan. Tidak mempunyai yang menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut dayanya sendiri. Di luar daripada Dia tidak mempunyai apapun.

Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang mempunyai ini yaitu sesuatu yang tak terbatas dan tak mampu dibedakan, yang mempunyai pada waktu itu yaitu kekosongan dan yang tanpa wujud. Dengan tenaga panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

Setelah itu timbullah hasrat, hasrat yang yaitu benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang mempunyai dan yang bukan mempunyai.

Sinarnya terentang keluar. Apakah dia melintang? Apakah dia di bawah atau di atas? Beberapa menjadi pencurah benih, yang lain amat hebat. Makanan yaitu benih rendah, pemakan yaitu benih unggul.

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di alam ini yang mampu menerangkannya? Dari manakah peristiwa itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa mempunyai setelah peristiwa itu. Lalu, siapakah yang kenal, darimana dia muncul?

Dia, yang yaitu awal pertama dari peristiwa itu, dari-Nya peristiwa itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi alam dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.


Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar alam yaitu Asat atau ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang mempunyai yaitu Diti yaitu yang terikat. Petuah dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta dihasilkan oleh Brahman dari unsur yang sudah mempunyai. Hiranyagharba atau "Janin Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun alam yang masih kacau tanpa wujud supaya teratur rapi.

Dalam kitab Purana dan Upanisad

Menurut keyakinan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.

Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua daya ini berjumpa sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul yaitu Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya yaitu terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria
PancabuddhindriaPancakarmendria
  1. Srotendria (rangsang pendengar; indria pada telinga)
  2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada kulit)
  3. Caksuindria (rangsang penglihatan; indria pada mata)
  4. Ghranendria (rangsang pencium; indria pada hidung)
  5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria pada lidah)
  1. Garbendria (penggerak perut; indria pada perut)
  2. Panindria (penggerak tangan; indria pada tangan)
  3. Padendria (penggerak kaki; indria pada kaki)
  4. Payuindria (penggerak organ pelepasan; indria pada organ pelepasan)
  5. Upasthendria (penggerak alat kelamin; indria pada alat kelamin)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Lima benih tersebut diterangkan sebagai berikut:

  1. Sabdatanmatra (benih suara)
  2. Rupatanmatra (benih penglihatan)
  3. Rasatanmatra (benih perasa)
  4. Gandhatanmatra (benih penciuman)
  5. Sparsatanmatra (benih peraba)

Pancatanmatra yaitu benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

Pancamahabhuta berwujud Paramānu, atau benih yang semakin halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta memperagakan usaha dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala mempunyai salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Stuktur alam

Lapisan bumiLapisan langit

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Keterangan:

  1. Atala
  2. Witala
  3. Sutala
  4. Talatala
  5. Mahatala
  6. Rasatala
  7. Patala
  8. Kala Geni Rudra (inti bumi)

Keterangan:

  1. Bhurloka
  2. Bhuwahloka
  3. Swahloka atau Swargaloka
  4. Mahaloka
  5. Janaloka
  6. Tapaloka
  7. Satyaloka atau Brahmaloka

Lapisan bumi

Menurut agama Hindu, bumi berwujud bulat dengan inti yang sangat panas di dalamnya. Inti bumi tersebut yaitu neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi, mempunyai tujuh lapisan yang menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Saptapatala. Penghuni lapisan tersebut yaitu makhluk supranatural dan naga. Saptapatala terdiri dari: Atala, Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

Lapisan langit

Menurut agama Hindu, langit yang menyelimuti bumi terdiri dari tujuh lapisan. Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka. Bhurloka yaitu lapisan yang sangat bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi; Bhuwahloka yaitu lapisan udara di atasnya, antara langit dan matahari; Swahloka atau Swargaloka yaitu kediaman Dewa Indra; Maharloka yaitu kediaman Resi Bhrigu; Janaloka yaitu kediaman para putera Brahma; Tapaloka yaitu kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka atau Brahmaloka yaitu kediaman Brahma.

Umur alam semesta

Dalam kitab-kitab suci Hindu diceritakan bahwa alam semesta dihasilkan, dibasmi, dan dihasilkan ulang menurut suatu siklus yang berputar kekal. Siklus tersebut disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun untuk manusia sedangkan untuk Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi Hindu, alam semesta berlanjut selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau cairan. Pada saat itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu hari untuknya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama ratus tahun untuk Brahma (311 Triliun tahun untuk manusia) yang yaitu umur Brahma.

Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang berada pada tahun ke-51 untuk Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlanjut semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah dibasmi dihasilkan kembali. Proses ini yaitu siklus kekal yang terus berulang-ulang dan tak hendak pernah selesai.

Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat anggota, yang mana dalam setiap anggota yaitu 100 tahun yang mempunyai karakter berbeda-beda. Mahayuga mempunyai 71 Divisi, dan setiap divisi yaitu 14 Manvantara (1000) tahun. Setiap Mahayuga berlanjut 4.320.000 tahun. Manwantara yaitu siklus Manu, leluhur manusia menurut keyakinan Hindu.

Bacaan semakin lanjut

  • Petuah ketuhanan dan kosmologi dalam Veda, oleh: Drs. I Gede Sura.
  • Upadeça.

Sumber :
m.andrafarm.com, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.


Page 3

Kosmologi Hindu yaitu ilmu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta menurut filsafat Hindu. Dalam petuah kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat padat), cairan (zat cair), udara (zat gas), api (plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau lima unsur materi.

Purusa dan Prakerti

Dalam petuah Hindu, Purusa dan Prakerti yaitu dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak bisa dipisahkan. Purusa yaitu unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam semesta, Prakerti berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum mempunyai ukuran. Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang hasilnya diproduksi menjadi Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi. Lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, bintang-bintang, planet-planet, dan lain-lain.

Penciptaan alam semesta

Dalam kitab Weda

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak mempunyai sesuatu yang mempunyai namun tidak mempunyai sesuatu yang tidak mempunyai. Tidak mempunyai udara, tidak mempunyai langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Cairan yang tak terduga dalamnya?

Saat itu tidak mempunyai kematian, tidak pula mempunyai kehidupan. Tidak mempunyai yang menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut dayanya sendiri. Di luar daripada Dia tidak mempunyai apapun.

Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang mempunyai ini yaitu sesuatu yang tak terbatas dan tak bisa dibedakan, yang mempunyai pada saat itu yaitu kekosongan dan yang tanpa wujud. Dengan tenaga panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

Setelah itu timbullah hasrat, hasrat yang yaitu benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang mempunyai dan yang bukan mempunyai.

Sinarnya terentang keluar. Apakah dia melintang? Apakah dia di bawah atau di atas? Beberapa diproduksi menjadi pencurah benih, lainnya amat hebat. Makanan yaitu benih rendah, pemakan yaitu benih unggul.

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di alam ini yang bisa menerangkannya? Dari manakah peristiwa itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa mempunyai setelah peristiwa itu. Lalu, siapakah yang kenal, darimana dia muncul?

Dia, yang yaitu awal pertama dari peristiwa itu, dari-Nya peristiwa itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi alam dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.


Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar alam yaitu Asat atau ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang mempunyai yaitu Diti yaitu yang terikat. Petuah dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta diproduksi oleh Brahman dari unsur yang sudah mempunyai. Hiranyagharba atau "Janin Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun alam yang masih kacau tanpa wujud supaya teratur rapi.

Dalam kitab Purana dan Upanisad

Menurut keyakinan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.

Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua daya ini berjumpa sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul yaitu Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap kemudian yaitu terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria
PancabuddhindriaPancakarmendria
  1. Srotendria (rangsang pendengar; indria pada telinga)
  2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada kulit)
  3. Caksuindria (rangsang penglihatan; indria pada mata)
  4. Ghranendria (rangsang pencium; indria pada hidung)
  5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria pada lidah)
  1. Garbendria (penggerak perut; indria pada perut)
  2. Panindria (penggerak tangan; indria pada tangan)
  3. Padendria (penggerak kaki; indria pada kaki)
  4. Payuindria (penggerak organ pelepasan; indria pada organ pelepasan)
  5. Upasthendria (penggerak alat kelamin; indria pada alat kelamin)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak mempunyai ukuran. Lima benih tersebut diterangkan sebagai berikut:

  1. Sabdatanmatra (benih suara)
  2. Rupatanmatra (benih penglihatan)
  3. Rasatanmatra (benih perasa)
  4. Gandhatanmatra (benih penciuman)
  5. Sparsatanmatra (benih peraba)

Pancatanmatra yaitu benih saja. Pancatanmatra berevolusi diproduksi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

Pancamahabhuta berwujud Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada kala penciptaan, Pancamahabhuta memainkan usaha dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala mempunyai salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Stuktur alam

Lapisan bumiLapisan langit

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Keterangan:

  1. Atala
  2. Witala
  3. Sutala
  4. Talatala
  5. Mahatala
  6. Rasatala
  7. Patala
  8. Kala Geni Rudra (inti bumi)

Keterangan:

  1. Bhurloka
  2. Bhuwahloka
  3. Swahloka atau Swargaloka
  4. Mahaloka
  5. Janaloka
  6. Tapaloka
  7. Satyaloka atau Brahmaloka

Lapisan bumi

Menurut agama Hindu, bumi berwujud bulat dengan inti yang sangat panas di dalamnya. Inti bumi tersebut yaitu neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi, mempunyai tujuh lapisan yang menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Saptapatala. Penghuni lapisan tersebut yaitu makhluk supranatural dan naga. Saptapatala terdiri dari: Atala, Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

Lapisan langit

Menurut agama Hindu, langit yang menyelimuti bumi terdiri dari tujuh lapisan. Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka. Bhurloka yaitu lapisan yang sangat bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi; Bhuwahloka yaitu lapisan udara di atasnya, antara langit dan matahari; Swahloka atau Swargaloka yaitu kediaman Dewa Indra; Maharloka yaitu kediaman Resi Bhrigu; Janaloka yaitu kediaman para putera Brahma; Tapaloka yaitu kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka atau Brahmaloka yaitu kediaman Brahma.

Umur alam semesta

Dalam kitab-kitab suci Hindu diceritakan bahwa alam semesta diproduksi, dibasmi, dan diproduksi ulang menurut suatu siklus yang berputar kekal. Siklus tersebut disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun untuk manusia sedangkan untuk Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi Hindu, alam semesta berlanjut selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau cairan. Pada kala itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu hari untuknya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama ratus tahun untuk Brahma (311 Triliun tahun untuk manusia) yang yaitu umur Brahma.

Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang mempunyai pada tahun ke-51 untuk Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlanjut semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah dibasmi diproduksi kembali. Proses ini yaitu siklus kekal yang terus berulang-ulang dan tak hendak pernah selesai.

Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat anggota, yang mana dalam setiap anggota yaitu 100 tahun yang mempunyai karakter berbeda-beda. Mahayuga mempunyai 71 Divisi, dan setiap divisi yaitu 14 Manvantara (1000) tahun. Setiap Mahayuga berlanjut 4.320.000 tahun. Manwantara yaitu siklus Manu, leluhur manusia menurut keyakinan Hindu.

Bacaan lebih lanjut

  • Petuah ketuhanan dan kosmologi dalam Veda, oleh: Drs. I Gede Sura.
  • Upadeça.

Sumber :
m.andrafarm.com, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.


Page 4

Kosmologi Hindu yaitu ilmu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam semesta menurut filsafat Hindu. Dalam petuah kosmologi Hindu, alam semesta dibangun dari lima unsur, yakni: tanah (zat padat), cairan (zat cair), udara (zat gas), api (plasma), dan ether. Kelima unsur tersebut disebut Pancamahabhuta atau lima unsur materi.

Purusa dan Prakerti

Dalam petuah Hindu, Purusa dan Prakerti yaitu dua unsur pokok yang terkandung dalam setiap materi di alam semesta. Purusa dan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kekal, halus, dan tidak bisa dipisahkan. Purusa yaitu unsur yang bersifat kejiwaan sedangkan Prakerti yaitu unsur yang bersifat kebendaan atau material. Pada penciptaan alam semesta, Prakerti berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra yaitu lima benih yang belum mempunyai ukuran. Pancatanmatra setelah melalui evolusi yang panjang hasilnya diproduksi menjadi Pancamahabhuta, yakni lima unsur materi. Lima unsur materi ini kemudian membentuk anggota alam semesta, seperti misalnya matahari, bumi, bulan, bintang-bintang, planet-planet, dan lain-lain.

Penciptaan alam semesta

Dalam kitab Weda

Dalam kitab Regweda terdapat nyanyian yang mengisahkan asal mula alam semesta. Nyanyian tersebut disebut Nasadiyasukta dan terdiri dari tujuh bait sebagai berikut:

Pada mulanya tidak mempunyai sesuatu yang mempunyai namun tidak mempunyai sesuatu yang tidak mempunyai. Tidak mempunyai udara, tidak mempunyai langit pula. Apakah yang menutupi itu, dan mana itu? Airkah di sana? Cairan yang tak terduga dalamnya?

Saat itu tidak mempunyai kematian, tidak pula mempunyai kehidupan. Tidak mempunyai yang menandakan siang dan malam. Yang Esa bernapas tanpa napas menurut dayanya sendiri. Di luar daripada Dia tidak mempunyai apapun.

Pada mulanya kegelapan ditutupi oleh kegelapan itu sendiri. Semua yang mempunyai ini yaitu sesuatu yang tak terbatas dan tak bisa dibedakan, yang mempunyai pada saat itu yaitu kekosongan dan yang tanpa wujud. Dengan tenaga panas yang luar biasa lahirlah kesatuan yang kosong.

Setelah itu timbullah hasrat, hasrat yang yaitu benih awal dan benih semangat. Para Rsi setelah bermeditasi dalam hatinya menemukan dengan kearifannya hubungan antara yang mempunyai dan yang bukan mempunyai.

Sinarnya terentang keluar. Apakah dia melintang? Apakah dia di bawah atau di atas? Beberapa diproduksi menjadi pencurah benih, lainnya amat hebat. Makanan yaitu benih rendah, pemakan yaitu benih unggul.

Siapakah yang sungguh-sungguh mengetahui? Siapakah di alam ini yang bisa menerangkannya? Dari manakah peristiwa itu, dan dari manakah timbulnya? Para Dewa mempunyai setelah peristiwa itu. Lalu, siapakah yang kenal, darimana dia muncul?

Dia, yang yaitu awal pertama dari peristiwa itu, dari-Nya peristiwa itu muncul atau mungkin tidak. Dia yang mengawasi alam dari surga tertinggi, sangat mengetahuinya atau mungkin juga tidak.


Menurut filsafat Hindu dalam Regweda, elemen dasar alam yaitu Asat atau ketiadaan yang sama dengan Aditi yaitu ketidakterbatasan. Semua yang mempunyai yaitu Diti yaitu yang terikat. Petuah dalam Regweda juga menyatakan bahwa alam semesta diproduksi oleh Brahman dari unsur yang sudah mempunyai. Hiranyagharba atau "Janin Emas" muncul dari lautan yang memenuhi angkasa lalu dari dalamnya muncul Brahma yang membangun alam yang masih kacau tanpa wujud supaya teratur rapi.

Dalam kitab Purana dan Upanisad

Menurut keyakinan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Penciptaan alam semesta dalam kitab Upanisad diuraikan seperti laba-laba memintal benangnya tahap demi tahap, demikian pula Brahman menciptakan alam semesta tahap demi tahap. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya.

Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua daya ini berjumpa sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul yaitu Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap kemudian yaitu terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria
PancabuddhindriaPancakarmendria
  1. Srotendria (rangsang pendengar; indria pada telinga)
  2. Twakindria (rangsang peraba; indria pada kulit)
  3. Caksuindria (rangsang penglihatan; indria pada mata)
  4. Ghranendria (rangsang pencium; indria pada hidung)
  5. Jihwendria (rangsang pengecap; indria pada lidah)
  1. Garbendria (penggerak perut; indria pada perut)
  2. Panindria (penggerak tangan; indria pada tangan)
  3. Padendria (penggerak kaki; indria pada kaki)
  4. Payuindria (penggerak organ pelepasan; indria pada organ pelepasan)
  5. Upasthendria (penggerak alat kelamin; indria pada alat kelamin)

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi diproduksi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak mempunyai ukuran. Lima benih tersebut diterangkan sebagai berikut:

  1. Sabdatanmatra (benih suara)
  2. Rupatanmatra (benih penglihatan)
  3. Rasatanmatra (benih perasa)
  4. Gandhatanmatra (benih penciuman)
  5. Sparsatanmatra (benih peraba)

Pancatanmatra yaitu benih saja. Pancatanmatra berevolusi diproduksi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu:

Pancamahabhuta berwujud Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada kala penciptaan, Pancamahabhuta memainkan usaha dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala mempunyai salah satu unsur yang mendominasi. Unsur Teja mendominasi matahari, sedangkan bumi didominasi Pertiwi dan Apah.

Stuktur alam

Lapisan bumiLapisan langit

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Jelaskan secara singkat proses penciptaan alam semesta menurut kitab suci Agni Purana

Keterangan:

  1. Atala
  2. Witala
  3. Sutala
  4. Talatala
  5. Mahatala
  6. Rasatala
  7. Patala
  8. Kala Geni Rudra (inti bumi)

Keterangan:

  1. Bhurloka
  2. Bhuwahloka
  3. Swahloka atau Swargaloka
  4. Mahaloka
  5. Janaloka
  6. Tapaloka
  7. Satyaloka atau Brahmaloka

Lapisan bumi

Menurut agama Hindu, bumi berwujud bulat dengan inti yang sangat panas di dalamnya. Inti bumi tersebut yaitu neraka yang terpanas. Sebelum mencapai inti bumi, mempunyai tujuh lapisan yang menyusun bumi. Tujuh lapisan itu disebut Saptapatala. Penghuni lapisan tersebut yaitu makhluk supranatural dan naga. Saptapatala terdiri dari: Atala, Witala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala, Patala. Atala identik dengan Mahamaya; Witala dipimpin oleh manifestasi Siwa yang disebut Hatakeswara; Sutala dipimpin oleh raksasa Bali; Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni para Detya dan Danawa; Patala dipimpin oleh Basuki, raja para naga.

Lapisan langit

Menurut agama Hindu, langit yang menyelimuti bumi terdiri dari tujuh lapisan. Tujuh lapisan tersebut dikenal dengan istilah Saptaloka. Bhurloka yaitu lapisan yang sangat bawah atau lapisan langit yang menyentuh bumi; Bhuwahloka yaitu lapisan udara di atasnya, antara langit dan matahari; Swahloka atau Swargaloka yaitu kediaman Dewa Indra; Maharloka yaitu kediaman Resi Bhrigu; Janaloka yaitu kediaman para putera Brahma; Tapaloka yaitu kediaman ras makhluk yang disebut Weragi; Satyaloka atau Brahmaloka yaitu kediaman Brahma.

Umur alam semesta

Dalam kitab-kitab suci Hindu diceritakan bahwa alam semesta diproduksi, dibasmi, dan diproduksi ulang menurut suatu siklus yang berputar kekal. Siklus tersebut disebut Kalpa atau masa seribu Yuga. Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun untuk manusia sedangkan untuk Brahma satu Kalpa sama dengan satu hari. Dalam kosmologi Hindu, alam semesta berlanjut selama satu Kalpa dan setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau cairan. Pada kala itu, Brahma istirahat selama satu malam, yang lamanya sepanjang satu hari untuknya. Proses itu disebut Pralaya (Katalismik) dan berulang-ulang selama ratus tahun untuk Brahma (311 Triliun tahun untuk manusia) yang yaitu umur Brahma.

Menurut pandangan umat Hindu, alam semesta sedang mempunyai pada tahun ke-51 untuk Brahma atau 155 Triliun tahun telah berlanjut semenjak Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usianya yang ke-100, siklus yang baru dimulai lagi dan segala ciptaan yang sudah dibasmi diproduksi kembali. Proses ini yaitu siklus kekal yang terus berulang-ulang dan tak hendak pernah bubar.

Masa hidup Brahma dibagi setiap satu siklus Mahayuga. Yuga terdiri dari empat anggota, yang mana dalam setiap anggota yaitu 100 tahun yang mempunyai karakter berbeda-beda. Mahayuga mempunyai 71 Divisi, dan setiap divisi yaitu 14 Manvantara (1000) tahun. Setiap Mahayuga berlanjut 4.320.000 tahun. Manwantara yaitu siklus Manu, leluhur manusia menurut keyakinan Hindu.

Bacaan lebih lanjut

  • Petuah ketuhanan dan kosmologi dalam Veda, oleh: Drs. I Gede Sura.
  • Upadeça.

Sumber :
m.andrafarm.com, p2k.ptkpt.net, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dan sebagainya.