Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang kebudayaan

Pengaruh kebudayaan Islam masuk ke Indonesia dan menggantikan pengaruh Hindu-Buddha yang sudah lebih dulu dianut di nusantara.

GridKids.id - Setelah pengaruh Islam mulai masuk dan berkembang di Nusantara, pengaruh Hindu-Buddha di masyarakat mulai luntur dan berganti.

Pada buku tematik Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 SMP terbitan Kemdikbud halaman 47-48 menjelaskan tentang pengaruh kebudayaan Islam pada kehidupan masyarakat Indonesia.

Kebudayaan Islam begitu dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

Pengaruh kebudayaan Islam bercampur dengan serasi dengan kebudayaan asli dan Hindu-Buddha yang lebih dulu berkembang di Indonesia.

Di bawah ini adalah pengaruh kebudayaan Islam yang berkembang di Indonesia bagi masyarakatnya.

Pengaruh Kebudayaan Islam dalam Kehidupan Masyarakat

1. Bidang Politik

Sebelum Islam masuk Indonesia, sistem pemerintahan bercorak Hindu-Buddha sudah berkembang di Indonesia.

Pasca masuknya pengaruh Islam di Indonesia, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha mengalami kemunduran dan keruntuhan.

Baca Juga: Hasil Kebudayaan Masyarakat Nusantara pada Masa Pengaruh Islam, IPS Kelas VII SMP

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha lalu digantikan dengan kerajaan-kerajaan bercorak Islam, seperti Samudera Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya.

Berbeda dengan sistem pemerintahan pada masa Hindu-Buddha yang menjadikan raja sebagai kepala pemerintahan, pada masa kerajaan Islam pemimpin tertinggi dipegang oleh Sultan atau Sunan.

Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang kebudayaan
Prof Syafiq A. Mughni, penulis Muhammadiyah Wahabi? (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Pengaruh Islam terhadap Kebudayaan Indonesia oleh Prof Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

PWMU.CO – Kebudayaan Indonesia merupakan puncak dari proses interaksi antara budaya lokal indigenous dengan budaya asing yang datang dari pelbagai kawasan baik budaya profan maupun budaya agama. Pengaruh budaya China sangat jelas memiliki pengaruh tersendiri terhadap budaya lokal khususnya dalam bentuk makanan, pecah-belah dan arsitektur.

Demikian juga budaya Hindu-Buddha yang memiliki pengaruh kuat dalam konversi agama dan menunjukkan manifestasinya dalam tulisan, keyakinan, ibadah, sastera dan arsitektur. Setelah itu, Islam datang yang kemudian mengubah landscape keagamaan yang menggantikan pengaruh Hindu-Buddha sebelumnya.

Bersamaan waktu dengan datangnya kolonialisme, agama Kristen datang yang juga menanamkan pengaruhnya. Terjadi akulturasi budaya yang kemudian puncak hasilnya disebut sebagai budaya Indonesia. Oleh karena itu, akulturasi budaya jelas terjadi dan mustahil untuk menyebut budaya Indonesia asli selain paganisme, animisme dan dinamisme. Seandainya tidak terjadi akulturasi, maka kita sulit membayangkan bagaimana wujud kebudayaan Indonesia saat ini. Globalisasi sesungguhnya telah berlangsung sejak zaman dahulu kala sekalipun dalam bentuk yang sederhana dan berlangsung lamban.Dalam konteks Islam, akulturasi budaya telah terjadi sejak awal sejarah Islam di Indonesia, yang diperkirakan masuk pada abad VIII M. Dapat dipastikan bahwa para pedagang Arab itu memperkenalkan sesuatu yang asing, termasuk agama. Pengaruh Islam semakin kuat di zaman Walisanga dan kesultanan Islam di berbagai wilayah. Setelah zaman-zaman itu pengaruh para ulama, termasuk kiai Jawa, memperkenalkan secara lebih kuat lagi budaya Arab yang tidak terpisahkan dari Islam.

Clifford Geertz dalam tulisannya Javanese Kiyai: Changing Role of a Cultural Broker menyatakan para ulama Jawa pergi ke Makkah dan Madinah untuk berhaji dan menetap untuk belajar agama dan ketika pulang ke Indonesia mereka membawa bentuk-bentuk budaya Arab.

Mereka memperkenalkan tulisan Arab, tasbih, celak, kopiah putih, minyak wangi, lagu dan lain-lain di samping tentunya kandungan ajaran Islam. Budaya Arab menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Peran makelar budaya (cultural broker) dimainkan sangat bagus sehingga budaya Arab bisa diasimilasikan hampir tanpa benturan.

Lima Gelombang Pengaruh Islam

Pengaruh Islam terhadap kebudayaan Indonesia bukanlah suatu entitas yang tunggal. Islam memberikan sumbangan secara bergelombang terhadap pembentukan keasadaran masyarakat. Gelombang pertama Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab membawa pesan-pesan yang menjanjikan harkat dan martabat manusia yang pada waktu itu sistem kasta telah membentuk struktur masyarakat yang eksploitatif. Islam membawa kesadaran akan kesetaraan manusia di hadapan Tuhan. Egalitarianisme lahir di tengah-tengah feodalisme.Gelombang kedua Islam membawa pesan-pesan keyakinan akan eksistensi Tuhan. Namun, ajaran ketuhanan itu dikemas dalam bentuk ajaran sufistik. Kuatnya warna sufisme itu memudahkan penyebaran Islam karena berakulturasi dengan kebatinan Jawa. Dakwah “walisongo” berada pada masa gelombang ini. Karena itu, sinkretisme antara Islam dan kejawen tidak terhindarkan.Gelombang ketiga Islam berbentuk reformisme yang meningkatkan kualitas keberagamaan. Umat menjadi sadar akan posisinya sebagai bagian dari tradisi besar dan kebangkitan global umat Islam setelah mengalami “tidur” yang panjang selama berabad-abad. Kelahiran gerakan-gerakan tajdid merupakan bagian dari arus besar yang mengevaluasi sinkretisme. Gelombang ketiga itu dibarengi dengan keasadaran akan pentingnya syariat dan ijtihad untuk mencairkan kejumudan. Tema-tema kembali kepada al-Quran dan Sunnah merupakan pesan penting dalam gerakan Islam.Gelombang keempat Islam berbentuk kesadaran ideologis. Islam ditawarkan dalam bentuk ideologi yang menjadi ruh kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Perdebatan tentang Islam dan kebangsaan merupakan tahapan yang mendewasakan umat pada gelombang ini. Akhirnya, gelombang kelima Islam memberikan kesadaran etis. Islam menjadi hadiah berharga dalam memerangi keterbelakangan, kezaliman, kemiskinan dan kebodohan. Tema-tema dakwah moral mewarnai gerakan-gerakan Islam pada masa itu dan berlanjut sampai sekarang.Tantangan umat Islam terbesar pada saat ini adalah kondisi bangsa yang miskin moral. Penyair Mesir, Syauqi Beg, menyatakan bahwa bangsa-bangsa akan berdiri tegak selama moral (akhlak) ditegakkan; apabila moral itu lemah maka hancurlah bangsa-bangsa itu.

Perjuangan Muhammadiyah untuk menjadikan Indonesia sebagai Dar al-‘Ahdi wa al-Syahadah haruslah menekankan pembangunan moral atau akhlak bangsa. Pesan-pesan moral Islam sesungguhnya sangat inklusif dan merupakan kebutuhan bangsa yang sangat mendasar.

Kegagalan kita dalam menegakkan prinsip-prinsip moral akan menyuburkan ekstremisme dan radikalisme. De-ekstremisasi dan de-radikalisasi tidak akan bermakna tanpa tegaknya moral yang luhur. Yang sangat menyedihkan adalah munculnya fenomena perasaan bahwa dirinya paling toleran tetapi pada saat yang sama menunjukkan rendahnya moral. Karena itu, integritas menjadi faktor penting bagi keberhasilan dakwah moral. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni

Artikel berjudul asli Gelombang Islam ini dikutip dari buku Makna di Balik Peristiwa karya Prof Syafiq A. Mughni (Penerbit Hikmah Press, Surabaya, Novembert 2020).

Untuk mendapatkan buku tersebut bisa menghubungi Anifaul Asfiyah 0811 3342 663.

Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang kebudayaan

Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang kebudayaan
Jelaskan pengaruh Islam terhadap masyarakat Indonesia di bidang kebudayaan

Pengaruh Islam terhadap Masyarakat di Indonesia, masuknya pengaruh Islam ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Perubahan-perubahan itu antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini.

Bidang Politik

Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian mengalami kemunduran dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan Islam. Pada masa Islam, konsep kerajaan berubah menjadi kesultanan. Dalam sistem kesultanan nilai-nilai Islam menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan.

Bidang Sosial

Pada masa Hindu-Buddha terjadi pembedaan yang tegas antar kelompok masyarakat, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta.Sistem ini membedakan masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.Setelah Islam masuk, sistem kasta menjadi pudar karena ajaran Islam tidak menerapkan sistem kasta.Meskipun demikian, pada masa Islam masih terdapat penggolongan kelompok masyarakat.Di Jawa misalnya,seorang ulama diberi gelar Kyai, sebuah gelar yang menunjukkan ketinggian derajat pada struktur sosial di masyarakat.Begitu pula dengan para penyebar agama Islam yang diberi gelar Sunan, gelar ini menujukkan status sosial yang tinggi.

Bidang Agama

Pada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama Hindu, Buddha, atau menganut kepercayaan terhadap roh halus. Hingga saat ini, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam.

Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia tidak serta merta menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan Islam mengakomodasi kebudayaan yang sudah ada, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar tetap sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil akulturasi tersebut antara lain sebagai berikut.

Seni Bangunan

Bentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan kebudayaan Hindu-Buddha.Kemiripan ini terlihat pada hal-hal berikut.

Atap Tumpang

Atap tumpang merupakan atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil, tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpeng itu selalu ganjil, biasanya 3 sampai 5 tingkat. Atap tumpang serupa dengan arsitektur Hindu. Atap tumpang sampai saat ini masih banyak kita temukan di Bali. Namanya meru, dan khusus digunakan sebagai atap bangunan-bangunan suci di dalam pura. Contoh masjid yang menggunakan atap tumpang adalah Masjid Demak dan Masjid Banten.

Menara

Menara merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan ketika waktu shalat telah tiba. Pada masjid Kudus bentuk menara mirip sekali dengan bentuk bangunan Candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya dan diberi atap tumpang.

Pembangunan makam bagi sebagian umat Islam di Indonesia dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Di Indonesia banyak ditemukan makan yang terletak di bukit atau dataran tinggi.Misalnya makam Sunan Gunung Jati di gunung Sembung atau kompleks pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Makam-makam yang terletak di tempat-tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukkan kesinambungan tradisi yang mengandung unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang dan merupakan bentuk perwujudan pendirian punden berundak megalithik.

Baca juga Persebaran Islam di Indonesia

Seni Ukir

Seni ukir yang berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya.Dalam ajaran Islam ada larangan untuk membuat patung atau melukis makhluk hidup apalagi dalam bentuk manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang dengan menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan, bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometri. Ragam hias ini kemudian ditambah dengan ragam hias huruf arab (kaligrafi) yang kerap kali digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup.