Jelaskan mengenai neraca perdagangan aktif

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode waktu tertentu, diukur menggunakan mata uang yang berlaku.[1] Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Neraca pedagangan sering kali dibagi berdasarkan sektor barang dan sektor jasa.

Jelaskan mengenai neraca perdagangan aktif

Peta neraca perdagangan kumulatif berbagai negara di dunia antara tahun 1980-2008 berdasarkan data IMF

Jelaskan mengenai neraca perdagangan aktif

Peta neraca perdagangan kumulatif per kapita berbagai negara di dunia antara tahun 1980-2008 berdasarkan data IMF

Kebijakan ekonomi di berbagai negara di Eropa pada abad pertengahan dikelompokkan dalam merkantilisme. Pemahaman awal mengenai ketidakseimbangan perdagangan muncul dari praktik dan penyelewengan pada merkantilisme ketika sumber daya alam dari koloni di benua Amerika diekspor untuk ditukar dengan barang jadi dari Inggris, yang lalu memicu Revolusi Amerika.[2][3]

Neraca pembayaran dapat terjadi di dalam perekonomian tertutup maupun perekonomian terbuka. Ini dikarenakan adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara pasar keuangan dan pasar barang. Ini dapat teramati dalam jumlah pendapatan nasional yang berkaitan dengan devisa negara dan investasi. Nilai dari pendapatan nasional selalu sama dengan selisih devisa negara dan investasi yang digunakan dalam ekonomi negara. Dalam kaitannya dengan ekpor produk, maka akan selalu terjadi selisih dari keseimbangan kegiatan ekspor dan impor. Investasi asing langsung merupakan selisih antara devisa negara dengan investasi negara. Nilai investasi asing langsung sama dengan selisih dari jumlah yang dipinjamkan penduduk domestik ke luar negeri dengan jumlah pinjaman asing. Jika investasi asing langsung bernilai positif, devisi negara melebihi investasinya, dan kelebihannya dipinjamkan kepada negara lain. Jika investasi asing langsung bernilai negatif, perekonomian mengalami invetasi tambahan sehingga investasi yang diperlukan melebihi devisa, dan perekonomian membiayai investasi tambahan ini dengan meminjam dari luar negeri. Dalam hal ini, neraca pembayaran mewakili aliran dana internasional untuk membiayai akumulasi modal.[4]

Neraca perdagangan secara konseptual dapat dipertahankan atau diseimbangkan menggunakan standar emas. Hal ini dapat berlaku jika di suatu negara tidak terjadi distorsi ekonomi. Ketika suatu negara mengalami surplus dalam neraca perdagangan, kegiatan ekspor barang akan terjadi ke negara lain dengan diimbangi dengan kegiatan impor emas yang banyak pula. Impor emas mempercepat jumlah uang beredar sehingga terjadi peningkatan harga dari barang maupun jasa. Sedangkan di negara yang mengimpor barang lebih banyak, maka impor emasnya akan berkurang. Kondisi ini membuat peredaran mata uang berkurang dan menurunkan harga barang di negara tersebut. Negara yang mengimpor barang akhirnya akan mampu mengalami surplus juga dalam neraca perdagangan. Sebaliknya, kenaikan harga di negara yang mengespor produk akan menyebabkan neraca pembayarannya mengalami defisit. Kondisi ini menyebabkan terjadinya keseimbangan perdagangan secara alami.[5]

Neraca perdagangan merupakan selisih antara nilai ekspor dengan neraca berjalan. Ketika nilai selisih membesar maka ini menandakan adanya ketidakseimbangan dalam perdagangan luar negeri. Selisih pada neraca pembayaran yang terus menerus terjadi dalam jumlah yang terlalu besar akan mengakibatkan terjadinya krisis mata uang. Nilai mata uang akan menjadi sangat rendah di dalam negeri akibat adanya depresiasi yang besar. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di suatu negara secara keseluruhan. Penyebabnya ialah bertambahnya jumlah pembayaran utang luar negeri akibat penurunan nilai mata uang domestik. Hal ini berlaku pada jenis utang yang menggunakan denomisasi mata uang asing.[6]

  1. ^ Sullivan, Arthur (2003). Economics: Principles in action. Upper Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. hlm. 462. ISBN 0-13-063085-3.  Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
  2. ^ Sir Thomas Smith; dalam Jose Rizal, The Wheels of Commerce, vol. II of Civilization and Capitalism 15th–18th Century, 1979:204.
  3. ^ Thomas Mun, Oxford National Dictionary of Biography
  4. ^ Mankiw, N. Gregory (2009). Macroeconomics (PDF) (edisi ke-7). New York: Worth Publishers. hlm. 122–123. ISBN 978-1-4292-1887-0.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Simorangkir, I., dan Suseno. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar (PDF). Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, bank Indonesia. hlm. 10.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  6. ^ Mangeswuri, Dewi Restu (2014). "Fluktuasi Neraca Perdagangan" (PDF). Info Singkat. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI. VI (7): 14. ISSN 2088-2351. 

  • Are Trade Deficits a Drag on U.S. Economic Growth?
  • Where Do U.S. Dollars Go When the United States Runs a Trade Deficit? from Dollars & Sense magazine
  • The Economic Impact of a U.S. Slowdown on the Americas Diarsipkan 2009-07-01 di Wayback Machine. from the Center for Economic and Policy Research
  • OECD Trade balance statistics
  • U.S. Government Export Assistance
  • U.S Trade Deficit Depicted in an Infographic

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neraca_perdagangan&oldid=19081578"

Jelaskan mengenai neraca perdagangan aktif
Kredit Foto: Freepik

Warta Ekonomi, Jakarta -

Neraca perdagangan atau balance of trade (BoT) ialah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu. Neraca perdagangan menjadi komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi indikator untuk mengukur seluruh transaksi internasional.

Dalam praktiknya, neraca perdagangan mempunyai dua sifat, yaitu positif dan negatif. Suatu negara dikatakan mempunyai neraca perdagangan yang positif apabila negera tersebut lebih banyak melakukan ekspor daripada impor. Hal itu disebut sebagai surplus perdagangan.

Baca Juga: Neraca Dagang Indonesia Maret 2019 Surplus US$0,54 Miliar

Sebaliknya, ketika suatu negara lebih banyak menerima impor dari negara lain daripada ekspor, negara tersebut mempunyai neraca perdagangan yang negatif. Kondisi yang demikian dikatakan sebagai defisit neraca perdagangan.  

Penghitungan Neraca Perdagangan

Sebagaimana yang terdapat dalam definisi neraca perdagangan, ada dua hal yang dibutuhkan untuk menghitung neraca perdagangan, yaitu nilai ekspor dan nilai impor.

Pada dasarnya, neraca perdagangan mempunyai rumus yang sederhanya, yaitu hanya dengan mengurangi nilai ekspor dan nilai impor atas suatu barang dan jasa.

Neraca perdagangan = Ekspor – Impor

Ekspor yang dimaksud ialah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri dan dijual kepada orang asing.  Adapun impor adalah barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu negara, di mana barang dan jasa tersebut dibuat di luar negeri.

Namun, ada celah yang menyebabkan penghitungan neraca perdagangan menjadi tidak akurat. Salah satunya adalah perdagangan gelap. Pasalnya, dalam perdagangan gelap, beberapa kegiatan transaksi tersebut hanya tercatat di satu negara (yang mengekspor atau yang mengimpor), sedangkan negara lainnya tidak. Alhasil, akumulasi dari seluruh neraca perdagangan dunia menjadi tidak seimbang.

Surplus vs Defisit

Ketika berbicara mengenai neraca perdagangan, surplus dan defisit bukan menjadi suatu yang bersifat hitam dan putih. Artinya, surplus tidak selamanya baik, begitu pun juga defisit yang tidak selamanya menunjukkan tanda bahaya terhadap perekonomian.

Neraca perdagangan yang surplus akan sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Pasalnya, dalam keadaan tersebut, surplus perdagangan akan membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa.

Sementara itu, defisit perdagangan akan sangat dibutuhkan ketika ekonomi suatu negara dalam keadaan ekspansi. Pasalnya, di saat seperti itu jumlah barang yang diimpor akan semakin banyak, namun harga tetap rendah karena banyaknya persaingan usaha.

Neraca Perdagangan Menguntungkan vs Tidak Menguntungkan

Hampir setiap negara membuat kebijakan ekonomi untuk menghasilkan surplus neraca perdagangan. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan dalam wujud proteksionisme perdagangan.

Adapun cara kerja dari kebijakan tersebut adalah dengan melindung industri dalam negeri melalui pengenaan tarif, kuota, atau subsidi impor.

Sudah dikatakan sebelumnya bahwa defisit perdagangan dianggap sebagai suatu yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara. Pasalnya, jika negara terus menurus menerima impor, tak ayal akan membuat bisnis dan produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah.

Hingga akhirnya, negara dengan defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang disebut merkantilisme, yaitu menghapus defisit defisit perdagangan dengan segala cara.

Salah satu yang paling umum untuk dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor yang sayangnya diikuti pula oleh kenaikan harga konsumen. Hal tersebut tentu akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra dagang negara sehingga kemungkinan terbesarnya perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi akan menurun.