Indonesia menjadi juara dunia dalam perlombaan Kapal Pinisi

Indonesia menjadi juara dunia dalam perlombaan Kapal Pinisi

Indonesia menjadi juara dunia dalam perlombaan Kapal Pinisi
Lihat Foto

Screenshot Instagram: awkarin

Influencer media sosial berencana membuat kapal pinisi, yang direncanakan akan mulai berlayar September 2021.

KOMPAS.com - Influencer media sosial Karin Novilda atau biasa dikenal sebagai Awkarin kembali menjadi perbincangan warganet setelah ia mengumumkan rencananya membuat kapal Pinisi.

Melalui akun Instagramnya, Awkarin mengumumkan rencananya membuat kapal pinisi untuk keperluan diving di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

"Onto the next one. Project selanjutnya adalah bikin kapal diving bersama sahabat karib saya @rachmatjulio & @real.ayuanjani --- saking cintanya sama Bajo dan keindahannya dan obsesi kita sama diving, kita memutuskan untuk membuat kapal phinisi diving di Labuan Bajo.

Kapal ini direncanakan mulai berlayar di bulan September 2021 jika tidak ada kendala.

Doakan kita yaaa!
Bismilahrirahmanirrahim!" tulis Awkarin di unggahan akun Instagramnya, 16 Agustus 2018.

Baca juga: Kapal Pelni Jadi Tempat Isoman di Makassar, Intip Fasilitasnya...

Baca juga: Viral, Video Kapal Terbakar dan Penumpang Lompat ke Laut, Bagaimana Kondisinya?

Fakta-fakta menarik kapal pinisi

Rencana Awkarin membuat kapal pinisi itu lantas menarik perhatian warganet.

Berikut fakta-fakta menarik seputar kapal Pinisi, yang merupakan salah satu warisan budaya Nusantara:

Liputan6.com, Bulukumba Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, membuka Festival Pinisi 2017 yang berlangsung di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pembukaan dilangsungkan di Dermaga Leepe'e Bulukumba, Kamis (2/11/2017).

Pembukaan dilakukan dengan penabuhan genderang dan penyerahan miniatur perahu pinisi oleh Syahrul yang didampingi Bupati Bulukumba, A.M Sukri Sappewali. Turut hadir pula dalam acara tersebut Pimpinan dan Anggota DPR Bulukumba, perwakilan dari Kabupaten Maros, Kabupaten Takalar, Kotamadya Makassar, dan ratusan masyarakat setempat.

Tahun ini, festival tersebut menghadirkan lebih banyak ragam kegiatan. Syahrul pun mengharapkan event ini dapat menjadi ikon pariwisata Kabupaten Bulukumba dan Sulawesi Selatan pada umumnya.

"Acara ini tentu saja menjadi sebuah kalendar event yang dicoba digelar di Sulawesi Selatan yang diimplementasikan oleh (Kabupaten) Bulukumba. Kami berharap ini menjadi agenda nasional dan juga mendunia," ujar Syahrul, dalam sambutannya.

Ia mengatakan, perahu pinisi telah menjadi simbol dunia yang hingga kini masih dipakai dan menjadi sumber inspirasi dalam mendekatkan seluruh kehidupan, khusunya kehidupan laut.

"Ini adalah harga diri orang Bulukumba untuk mengatakan mereka memiliki budaya dan ketinggian nalar yang telah jauh hari mereka miliki," ujar Syahrul.

Dirinya pun mendorong agar event tersebut tak pernah henti diadakan setiap tahunnya dan terus menghadirkan lebih banyak lagi ragam kegiatan.

"Terutama dalam mempersiapkan daerah destinasi wisata Bira, daerah wisata Kajang yang harus lebih kuat," ucap Syahrul.

Hal senada dikatakan Bupati Sukri Sappewali. Menurutnya, Perahu Pinisi merupakan warisan budaya dari Sulawesi Sulatan, khususnya Bulukumba yang telah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM.

"Sehingga kami berharap bahwa perahu Pinisi ini sudah mendunia dan semoga tahun 2018 akan diangkat menjadi event nasional," kata dia.

Dalam acara pembukaan, Syahrul dan Sukri juga melakukan pelepasan lomba pelayaran Pinisi dari Dermaga Leepe's menuju Pantai Tanjung Pira yang diikuti oleh 20 kapal pinisi. Bersamaan dalam pelayaran ini juga diadakah lomba memancing, di mana hasil tangkapan ikan diolah untuk kemudian dimakan dalam tema Gerakan Makan Ikan.

Kegiatan lainnya, prosesi ritual peluncuran perahu Pinisi yang baru selesai dibuat, Annyorong Lapi. Tidak ketinggalan yang juga menarik adalah ritual adat Kajang, yaitu Ritual Adat “Andingingi Kampong, dan Ritual Adat Bakar Linggis “Attunu Panroli”, yaitu ritual dalam menyelesaikan suatu masalah dengan metode pembuktian bagi warga Kajang dalam mencari keadilan.

Caranya, linggis yang sudah dibakar dan membara akan dipegang oleh para “tertuduh” yang dianggap melakukan kebohongan/kejahatan. Jika tangan tertuduh melepuh maka dialah pelakunya dan sebaliknya.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pun menyambut baik terselenggaranya Festival Pinisi 2017. Ia mengatakan, popularitas Pinisi yang telah mendunia dapat menjadi ikon yang kuat bagi Kabupaten Bulukumba dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Sebab, Pinisi tidak hanya sekadar kapal, tapi juga banyak mengandung makna budaya di dalamnya.

"Di mana unsur budaya merupakan daya tarik terkuat bagi wisatawan, khususnya mancanegara," ujar Arief.

(*)

Ilustrasi tamu tengah bersantai di Kapal Coralia (portrait) Foto: Dok. Coralia Liveaboards

Traveling selama berhari-hari di atas kapal melintasi lautan luas yang indah, kini menjadi salah satu opsi liburan yang patut kamu pertimbangkan. Apalagi bila kamu mengaku sebagai seorang yang cinta dengan lautan dan selalu ingin menikmati wisata alam bawah lautnya, atau yang dikenal pula sebagai liveaboards.

Di Indonesia sendiri, liveaboards kini menjadi salah satu cara anti-mainstream untuk liburan. Bayangkan saja, selama berhari-hari di kapal, kamu akan disuguhi pemandangan laut membiru yang luas, plus kesempatan berenang sebebas mungkin. Terlebih Indonesia punya lautan yang berisi beragam warna dan bentuk terumbu karang, serta keanekaragaman bahari.

Kapal Coralia Foto: Dok. Coralia Liveaboards

Nah, hebatnya lagi, Indonesia berhasil, lho, menyabet juara pertama sebagai liveaboards terbaik dunia versi DIVE Magazine. DIVE Magazine adalah majalah spesialis perjalanan selam terkemuka yang berbasis di Inggris.

Tiap tahunnya, majalah ini mengadakan travel awards berdasarkan voting dari pembacanya. Indonesia berhasil mengungguli banyak negara dan mendominasi 10 besar liveboard terbaik dunia dalam kategori Top Ten Liveabords in the World dari sekitar 215 opsi yang telah dikurasi.

Peringkat pertama dihuni oleh kapal phinisi yang berbasis di Raja Ampat bernama Coralia. Kapal Coralia dioperasikan oleh Papua Explorers yang juga menempati posisi pertama dalam kategori Top Ten Dive Centre and Resorts.

Kapal Coralia menawarkan liveaboards di sekitar Pulau Raja Ampat dengan jadwal perjalanan yang bervariasi, antara tujuh hingga 11 malam. Beberapa destinasi yang ditawarkan kapal ini antara lain Selat Dampiper, Wayag, Misool, Batanta, dan Kawe.

Dengan Coralia, kamu juga bisa mengeksplorasi Pulau Komodo, Alor, dan juga Laut Banda. Dengan panjang 48 meter, Coralia memiliki kapasitas sekitar 16 orang tamu yang akan ditempatkan di dalam delapan kabin.

Di dek utama dan atas ada empat kabin master besar yang masing-masing dilengkapi dengan tempat tidur ganda, jendela, serta balkonn pribadi. Sementara itu, di bawah terdapat dua kabin ganda dan dua kabin kembar.

Ruang tidur yang megah dan nyaman di Kapal Coralia Foto: Dok. Coralia Liveaboards

Untuk memberikan kenyamanan bagi para tamu, seluruh kamar dilengkapi dengan AC dan juga tempat penyimpanan barang. Di bagian dek utama kamu bisa menemukan salon dan juga ruang makan. Kamu yang ingin bermandi sinar mentari bisa menuju lounge outdoor yang telah dilengkapi kursi berjemur, sofa, serta meja makan.

Di dek atas, kamu juga bisa menemukan beberapa kursi untuk berjemur, serta area pijat yang menyenangkan. Selain menyelam, Kapal Coralia juga memberikan pilihan aktivitas lainnya, seperti mengamati burung, hiking, dan juga snorkeling. Seru sekali, ya.

Lounge outdoor yang mewah di Kapal Coralia Foto: Dok. Coralia Liveaboards

Hebatnya lagi, Indonesia bukan hanya ada di posisi puncak saja. Tetapi juga mendominasi daftar 10 besar liveboard terbaik dunia ini. Ingin tahu urutan lengkapnya? Yuk, simak daftar berikut.

2. Dewi Nusantara, Indonesia

6. Blue Horizon, Laut Merah

7. Bilikiki, Kepulauan Solomon