Di bawah ini yang bukan tujuan upacara daur hidup masyarakat orang melayu riau lautan adalah

DAUR HIDUP MASYARAKAT MELAYU RIAUA. UPACARA DAUR HIDUP SUKU MELAYU RIAU LAUTAN Dalam masyarakat orang Melayu Lautan dikenal beberapa jenis upacara tradisional yang masih ditaati oleh anggota masyarakatnya. Jenis-jenis upacara tersebut pada garis besarnya adalah upacara kelahiran, upacara perkawinan dan upacara kematian. Upacara daur hidup masyarakat orang Melayu Riau Lautan ada 7 jenis, yaitu : 1. Upacara Kehamilan Mengapa upacara kehamilan dilakukan oleh masyarakat orang Melayu Riau Lautan? Keyakinan orang Melayu Riau Lautan beranggapan bahwa : a. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus dihargai dan dijunjung tinggi. b. Anak merupakan pusaka abadi dunia dan akhirat. c. Setiap anak yang lahir membawa tuahnya masing-masing yang menyebabkan kehidupan orang tuanya lebih baik. d. Anak merupakan perlindungan masa depan pada saat diperlukan bantuan. Tujuan pelaksanaan upacara kehamilan adalah antara lain : a. Memohon kepada Tuhan agar perempuan yang hamil selamat sentosa, terhindar dari gangguan roh-roh halus. b. Mengusir makhluk makhluk halus yang selalu diakhiri dengan doa c. Menjaga anak yang sedang dikandung agar tumbuh dan berkembang jasmani dan rohaninya secara normal d. Agar selamat dan mudah dalam melahirkan dan anak yang dilahirkan menjadi anak yang sempurna.Salah satu jenis upacara kehamilan yang dilakukan setelah kehamilan berusia 7 (tujuh) bulan.maksud upacara menempah bidan, adalah untuk membuat ikatan / janji dengan bidan yang tempah itu. Biasanya bidan itu yang mengasuh perempuan hamil itu. Bidang tersebut yang datang secara teratur memeriksa kesehatan dan anak dalam kandungan. Alat alat yang digunakan dalam upacara menempah bidan dalah tikar, paha, tepak sirih lengkap dengan isinya, yaitu susunan siri, kapur, piring, gambir, tiga buah jeruk nipis yang serangkai. Apabila upacara menempah bidan dilakukan untuk pertamakali atau hamil sulung, maka alat alat tersebut dilengkapi dengan kain tudung hiding disertai dengan bedak lengir dan sebuah batu giling. Setelah upacara selesai, maka utusan keluarga yang hamil menuju ke rumah bidan membawa segala kelengkapan yang ada tersebut ditemani oleh seorang anak laki laki. Arti dari alat alat upacara kehamilan tersebut adalah :

a. Paha, adalah sejenis talam berkaki dan berukir pinggirnya terbuat dari tembaga. b. Tudung Hidang, adalah penutup sajian yang dibuat dari perca ( potongan kain) yang beraneka ragam warna, dibagian tengahnya disulam dengan benang emas atau perak. c. Bedak Langir, adalah alat yang dipakai dalam upacara mandi yang terbuat dari beras giling dan jeruk nipis. d. Batu giling, sebuah penggiling yang berbentuk bulat panjang dibuat dari batu dan dipegang di kiri kanannya, apabila menggiling. 2. Upacara Melahirkan Upacara melahirkan adalah merupakan upacara upacara yang adalah karena bagi masyarakat orang Melayu Riau lautan orang yang melahirkan sama halnya dengan orang yang pergi berperang. Dalam peperangan itu bertarung dengan maut, ia hanya menghadapi dua kemungkinan, yaitu hidup dan mati. Besarnya tantangan dan resiko yang dihadapi oleh seorang ibu yang melahirkan upacara melahirkan. Tujuannya adalah sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena seorang ibu telah selesai dan selamat dalam melahirkan bayinya. Tujuan pelaksanaan upacara melahirkan adalah : a. Untuk menghalau sejenis hantu atau setan penghisap darah orang perempuan yang sedang melahirkan. b. Memohon kepada Tuhan agar orang yang melahirkan mendapat selamat dalam melahirkan bayinya. Bentuk upacara melahirkan yang dilaksanakan oleh masyarakat Melayu Riau lautan berupa : a. Persiapan menyambut kelahian bayi, yaitu menyiapkan rumah tempat melahirkan. b. Meletakkan alat alat, benda benda yang dipakai dalam upacara melahirkan. c. Menunggu saat melahirkan, apabila saat melahirkan tiba ada dua bidan yang disebut bidang bawah dan bidan atas adalah memandikan ibu, mengganti pakaian ibu. Sedangkan bidan bawah tugasnya memandikan bayi, merawat pusat dan perut agar tetap panas sehingga terhindar dari penyakit perut. 3. Upacara Hari Tanggal Pusat Upacara hari tanggal pusat adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan setelah beberapa hari melahirkan. Kedua bidang secara teratur datang ke rumah untuk merawat ibu dan bayi. Tugas bidan atas adalah memandikan ibu, mengganti pakaian ibu. Sedangkan bidan bawah tugasnya memandikan bayi, merawat pusat dan perut agar tetap panas sehingga terhindar dari penyakit perut sekali sehari. Pelaksanaan hari tanggal pusat biasanya dilakukan beberapa kegiatan, yaitu : a. Pembuatan lubang tempat penanaman temubuni. b. Di dasar lubang diletakkan sekeping papan yang berfungsi sebagai alas. c. Setelah lubang selesai digali kedua bidan diberi tahu d. Bidan mempersiapkan alat-alat yang akan dipakai ketika penanaman tembuni, yaitu pernik berisi tembuni yang ditutupi dengan sebuah tempurung kelapa yang berlubang di tengah-tengah, yang disebut tempurung jantung. Pada lubang tempurung jantan ditancapkan sepotong bamboo yang disediakan sebagai corong udara. e. Meletakkan tembuni di atas sebuah penampan bersama 2 (dua) batang lilin dan sebungkus/sekotak korek api. Ketika itu membaca doa-doa tertentu turun dari rumah membawa penampan, berjalan perlahan tidak melihat ke kiri atau ke kanan menuju lubang yang telah disediakan. f. Meletakkan tembuni ke dalam lubang dan menimbun lubang tersebut dengan tana. Bamboo yang ditancapkan pada lubang kelapa dibiarkan menonjol ke atas tanah. g. Lilin dinyalakan, ditegakkan di kiri-kanan timbunan tanah lubang tembuni. h. Selesai acara penanaman tembuni kembali kerumah tidak boleh melihat kiri kanan. Kepercayaan orang melayu Riau lautan apabila sedang melakukan upacara penanaman tembuni menoleh ke kiri dan ke kanan akan berakibat mata bayi juling. i. Selesai upacara penanaman tembuni diakhiri dengan makan bersama semua undangan yang hadir dan pembacaan doa selamat oleh seorang ahli pembaca doa. 4. Upacara Mencuci Lantai Maksud upacara mencuci lantai adalah untuk menyatakan : a. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat. b. Ibu keadaan fisik dan sosialnya telah sehat. Sedangkan tujuan upacara mencuci lantai adalah : a. Untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada segenap sanak keluarga dan kaum kerabat terutama kepada kedua bidan. b. Untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kurnia, sehingga selamat melalui peristiwa melahirkan yang sangat kritis sekaligus membahagiakan. Ibu dan bayi biasanya berpakaian yang baru dan rapi. Adapun kegiatan upacara antara lain adalah : a. Bidan membaca doa doa tertentu, menyembur ke kiri dan kekanan. b. Diambil ayam, dipegang kepala ayam, perlahan lahan kakinya dicakarkan ke lantai, ke depan, ke kanan, ke kiri dan dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali. c. Jari tangan dimasukkan kedalam mulut ayam. Langit langit mulut ayam ditekan dengan ibu jari. Ibu jari kemudian ditekankan kepada bagian dahi bayi sebanyak tiga kali. d. Paruh ayam digoreskan kepada dahi bayi sebanyak tiga kali. Upacara mencuci lantai adalah : a. Kepala yang telah dibersihkan kulitnya digolekkan di atas lantai dari kanan ke kiri dan ke depan. b. Kepala digoncang goncang di dekat telinga bayi. c. Membedak dan melangir lantai dengan bedak langir yang dicampur dengan limau purut. d. Membersihkan lantai dengan air bersih, kemudian diberi minyak, disisir dan diberi celak. e. Bidan mengelilingi cermin, kepala, lilin yang ada diatas janggam pada daerah lantai yang telah dibersihkan. Setelah upacara diatas selesai dilakuka pula upacara memulang nasi bidan. Kegiatan tersebut bentuknya antara lain : c. Perempuan yang melahirkan menyerahkan sepinggan/sepiring besar pulut kuning lengkap dengan lauk pauknya, asam garam, serta uang ala kadarnya dan semua peralatan mencuci lantai. d. Pulut kuning dan peralatan diantarkan ke rumah bidan. e. Pembacaan doa selamat oleh ahli pembaca doa dan makan bersama.5. Upacara Masa Kanak kanak Upacara ini disebut upacara kanak kanak, karena dilakukan ketika anak tersebut berumur satu atau satu tahun setengah, lebih tepatnya upacara ini dilakukan ketika anak itu pandai berjalan. Ada dua macam upacara yang dilakukan pada upacara kanak kanak, yaitu : a. Upacara memotong rambut. b. Upacara memijak tanah. Maksud dilakukannya upacara pemotongan rambut adalah : a. Menurut kepercayaan orang Melayu, membuang rambut baik, dicukur atau digunting. Jika tidak dilakukan dalam suatu upacara mengakibatkan anak tersebut sakit. b. Untuk membuang sial yang terdapat pada ujung ujung rambut yang dibawa sejak lahir. Jika tidak dibuang anak tersebut akan selalu dirundung malang sepanjang hidupnya. Sedangkan upacara memijak tanah maksudnya adalah : a. Agar anak yang baru pandai berjalan tidak sakit jika berjalan di luar rumahnya. b. Anak yang tidak melalui upcara memijak tanah akan selalu sakit. Karena menurut keyakinan Melayu. Upacara memotong rambut dan upacara memijak tanah dilakukan melalui rangkaian kegiatan, sebagai berikut : a. Rumah dibersihkan dihias ala kadarnya. b. Mengundang tetangga untuk menghadiri upacara tersebut. c. Undangan biasanya orang orang yang pandai ber-zanji.6. Upacara Bersunat Rasul Pelaksanaan upacara bersunat dapat dilaksanakan sebagai berikut : Upacara bersunat yang dilakukan tanpa gabungan dengan upacara lain. Upacara bersunat yang digabungkan denagn upacara berkhatam quraan Upacara bersunat yang digabungkan dengan upacara perkawinan dari salah seorang keluarga terdekat, kakak, abang, atau sepupu dari kedua belah pihak orang tua. Bersunat bersama yang terdiri dari anak anak keluarga terdekat. Tujuan bersunat rasul adalah antara lain : Untuk memenuhi Sunnah Rasul sebagai seorang yang mengaut agama Islam. Untuk mensucikan anak untuk memasuki usia remaja. Hari pertama, disebut menggantung gantung. Hari menggantung adalah hari menghias rambut dengan menggantung langit langit (loteng), memasak tabir, permadani, permadani, perlaminan, membuat nasi besar dan telur berkat, ayam disembelih, alat memasak dikeluarkan, pekerjaan pada menggantung itu adalah jenis pekerjaan