Di bagian belakang museum jenderal sudirman terdapat tugu

main teka teki lagi yuk coba di jawab^^ada yg bisa gak "Benda apa keluar ketika diputar?

main teka teki yuk "Buah apa yang paling kaya?

Dengarlah wahai anakandaRajinlah belajar sepanjang masaIlmu tiada pernah habis diejasebagai bekal sepanjang usia”“Dengan ilmu engkau terjagaDari suram … nya waktu dan masaCemerlang akan senantiasaMenyinari dirimu di masa depanTuliskan kesimpulan syair diatas !!​

yuk yuk di jawab "Kenapa matahari tenggelam?

Pesan yg terkandung pada dongeng akhirnya bengkoang bersyukur

tolong dibuat kan kalimat tanya dari kata mengapa​

bantu jawan ya no. 9tolong besok dikumpulkan ​aku kasih poin 10

jelaskan yang dimaksud dengan konservasi alam! serta berikan contohnya!​

bagaimana carakita ikut serta dalam melestarikan hewan dan tumbuhan di alam!​

apa yang dimaksud perorangan​

Patung Jenderal Sudirman merupakan salah satu patung yang berada di Jakarta tepatnya di kawasan Dukuh Atas, depan Gedung BNI, Jalan Jenderal Sudirman. Patung ini memiliki tinggi keseluruhan 12 meter dan terdiri atas: tinggi patung 6,5 meter dan voetstuk atau penyangga 5,5 meter. Patung ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton dengan anggaran sebesar 3,5 miliar Rupiah dan dikerjakan oleh seniman sekaligus dosen seni rupa Institut Teknologi Bandung, Sunario.

Sosok Jenderal Sudirman digambarkan berdiri kokoh menghormat dan kepala sedikit mendongak ke atas untuk memberi kesan dinamis. Karena berdiri di tengah kawasan yang penuh dengan beragam aktivitas, patung sengaja didesain sederhana dan tidak memerlukan banyak rincian.

Rencana pembangunan patung Sudirman dan sejumlah patung yang akan menghiasi jalan protokol sesuai nama jalan mencuat pada September 2001. Rencana itu merupakan realisasi sayembara patung pahlawan yang dilakukan tahun 1999. Lokasi patung merupakan satu garis lurus yang berujung dari Patung Pemuda Membangun di Kebayoran sampai Tugu Monumen Nasional.

Biaya pembangunan patung yang menelan dana 6,6 miliar Rupiah berasal dari pengusaha, bukan dari APBD DKI Jakarta. Sebagai kompensasinya pengusaha mendapat dua titik reklame di lokasi strategis, Dukuh Atas. Sementara yang menentukan penyandang dana diserahkan kepada keluarga Sudirman. Pengusaha yang telah ditunjuk mendanai pembangunan patung, yakni PT. Patriamega. Sebagai kompensasinya, PT. Patriamega memperoleh dua titik reklame di lahan strategis di Dukuh Atas, yakni di titik A dan 6B. Bagi kalangan penyelenggara reklame, titik tersebut adalah sangat strategis dan nilai jualnya paling mahal.

Menurut rencana Patung Jenderal Sudirman sedianya akan diresmikan 22 Juni 2003 bertepatan HUT ke-476 Jakarta, namun tidak terealisasi. Peresmian akhirnya dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2003. Peresmian sempat diwarnai unjuk rasa sekelompok pemuda. Panglima Besar Kemerdekaan RI yang seharusnya menjadi simbol semangat perjuangan bangsa Indonesia kini telah pudar makna kepahlawanannya. Karena Jenderal Sudirman digambarkan sedang dalam posisi menghormat. Posisi patung dianggap tidak pada tempatnya karena sebagai Panglima Besar, Sudirman tidak selayaknya menghormat kepada sembarang warga yang melintasi jalan, yang justru seharusnya menghormati. Hal ini pula yang sempat diangkat dalam film Nagabonar 2. Meski demikian Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso didampingi Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Maurits Napitupulu dan salah satu keluarga besar Jenderal Sudirman, Hanung Faini, tetap meresmikan berdirinya Patung Jenderal Sudirman itu.

Jenderal Sudirman adalah pemimpin pasukan gerilya pada masa perang kemerdekaan (1945-1949). Ia menyandang anugerah Panglima Besar. Jasa dan pengabdiannya kepada bangsa dan negera layak dikenang dan diabadikan.

  • http://ariesaksono.wordpress.com/2008/05/28/patung-jenderal-sudirman-jakarta/

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Patung_Jenderal_Sudirman&oldid=15434139"

www.tuguwisata.com – Museum Sasmitaloka merupakan suatu museum sejarah yang menjadi tempat tinggal Jenderal Sudirman di Jalan Bintaran No.3 Yogyakarta. Jenderal Sudirman sendiri lahir di Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916. Bapak dan ibu beliau bernama Karsid Kartawiraji dan Siyem. Kemudian ayah angkat beliau bernama Raden Cokro Sunaryo menambahkan nama Raden pada nama Sudirman.

Raden Sudirman telah mengikuti pendidikan formal di Taman Siswa kemudian me;anjutkan pendidikan di HIK Muhammadiyan Solo. Pada tahun 1934 Raden Sudirman aktif dalam organisasi Kepannduan Islam Hizbul Wathon. Oleh karena prestasi beliau, pad aakhirnya beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah Dasar Muhammadiyah di Cilacap. Selain itu, beliau juga menjadi pengajar di Sekolah Menengan Muhamadiyah Cilacap.

Beliau melalukan banyak perjalanan dalam pembelaan tanah air melalui serangan Agrsi Militerr I dan juga Agresi Militer II yang dilakukan berpindah-pindah. Perjalanannya bergerilya sejauh 1000 km selama 6 bulan dan berakir dari perjanjian Roem Royen. Panglima Jenderal Sudirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Di bagian belakang museum jenderal sudirman terdapat tugu
Instagram: @titinmuyassaroh

Mengenang dan Mengingat

Sebuah bangunan rumah yang berada di jalan Bintaran No.3 ini kemudian menjadi sebuah Museum Sasmitaloka dengan maksud untuk mengenang dan mengingat. Nama Sasmitaloka berarti rumah untuk mengenang.

Museum Sasmitaloka memperlihatkan penggalan sejarah kehidupan tokoh besar sang Jenderal. Dari masa kanak-kanak hingga wafat dan di makamkan di Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. Museum ini memiliki 14 ruangan yang diisi oleh serangkaian informasi yang disusun secara kronologi dengan membentuk cerita dan gambaran beliau saat itu.

Juga merupakan museum biografi dari Jenderal Sudirman dan kesehariannya sewaktu mendiami rumah ini. Museum ini terbagi menjadi empat bagian yakni Gedung Utama. Adalah salah satu prasasti yang tertulis di museum ini yang menarik perhatian:

“Anak-anakku, Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah air. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dielnyapkan oleh manusia siapapun juga.” (Panglima Besar Jenderal Sudirman).

Ada Empat Bagian Ruangan

Museum Samitaloka ini terdiri dari empat bagian yakni Gedung Utama (6 Ruang Pameran), Gedung Sayap Utara (3 Ruangan Pameran), Gedung Sayap (3 Ruangan Pameran), Gedung Sayap Selatan dan Gedung Belakang (Ruang X).

Gedung Utama

Di ruangan ini terdapat seperangkat meja dan kursi kayu yang telah digunakan oleh beliau dan keluarga untuk menerima tamu. Di ruangan ini ada dua dua lampu gantung.

Di ruang santai ini dipenuhi oleh satu set meja dan kursi yang biasa digunakan pada waktu dahulu untuk berkumpul dan juga mengasuk anak. Juga terdapat radio merk Phillips buatan Belanda. Atasnya terdapat lukisan Pangeran Sudirman kala menunggang kuda yang ditemani oleh Oerip Soemohardjo yang juga berkuda tengah menyiapkan pasukannya di alun-alun utara Yogyakarta. lukisan tersebut mengisahkan Sudirman yang kala sakit dan ditandu perang gerilya. Kemudian adapula lukisan beliau yang menaiki kuda hitam, lukisan tersebut berada di atas rak tempat perabot rumah tangga. Adapula koleksi barang pecah belah dan juga lampu gantung.

Di ruangan ini terdapat barang peninggalan beliau seprti pedang Samurai kala menjadi Daidancho di PETA, Pesawat Telepon, meja kursi kerja, meja kursi tamu, keris yang selalu beliau bawa kala berperang, senjata Lee Enfield (LE) pistol Vickers dan Mitraliur, juga piagam penghargaan yang diberikan oleh pangeran Sudirman oleh pemerintah Republik Indonesia.

Ruangan tidur tamu ini digunakan untuk tamu atau rekan beliau yang ingin bermalam atau beristirahat. Di ruangan ini terdapat kursi tamu, almari apkaian, foto keluarga.

Ruangan ini berisi tempat tidur, almari pakaian, dan juga digunakan untuk sholat beliau karena terdapat tempat untuk sholat. Adapula patung lilin Sudirman yang sedang duduk lengkap dengan memakai mantel, ikat kepala, dan juga alas kaki. Adapula mesin jahit yang sering digunakan oleh istrinya. Selain itu juga ada lukisan Sudirman mengenakan baju adat Jawa.

Beliau yang menikah dengan Siti Alifiah telah dikaruniai 9 anak. Ruanga ini bersebelahan dengan kamar tidur utama. Di ruangan ini juga terdapat tempat tidur anak-anak beliau.

Ruangan Gedung Sayap Utara

Ruangan ini beliau gunakan sebagai secretariat yang berisi koleksi yang berhubungan dengan pemilihan pejabat Panglima. Yang mana isinya berupa meja dan kursi yang digunakan Letnan Kolonel Isdiman yang mengusulkan beliau dihadapan Oerip Sumohardjo dan juga Gatot Subroto. Koleksi lainnya juga ada Sampah Anggota Pimpinan Tentara yang diucapkan oleh beliau Pangeran Besar Jenderal Sudirman.

Pertempurannya antara tentara sekutu di Ambarawa yang dipimpin belau Sudirman berhasil dimenangkan oleh pejuang Republik Indonesia. Bukti pertempurannya berupa senjata api, maket, dan peta pertempuran Ambarawa.

Di ruang kesembilan ini menceritakan kepada pengunjung kala beliau sakit di Rumah Sakit Panti Rapih pada tahun 1948. Adapula foto atau literature yang menceritakan saat belaiu dioperasi. Barang lainnya berupa meja, kursi, dan diorama sewaktu gerilya.

Berada di ruangan koleksi kendaraan mengingatkan pada masa beliau yang menggunakan kendaraan seprti dokar saat perang gerilya dan juga mobil sedan. Kendaraan dokar tersebut digunakan dari Playen menuju ke Semanu Gunungkidul.

Gedung Sayap Selatan

Di ruangan ini adalah peninggalan cerita tentang Sudirman yang kala itu sedangsakit sehingga banyak warga yang menolongnya dengan memberi sumbangan seperti dipan, meja kursi kayu, piring, sendok makan, kuali, cangkir, teko, gelas dari blek, toples kaca, dan juga mangkuk. Di ruang ini juga terdapat miniature dari markas beliau yang berbentuk limasan di Sobo, Pakis Baru, Pacitan, Jawa Timur. Ilustrasinya menggambarkan kejadian di Sobo juga pada lukisannya.

Di ruangan ini ada tiga diorama:

  • Diorama pertama yang menceritakan beliau kala Belanda menggencarkan agresi II tanggal 19 Desember 1948.
  • Yang kedua berkisah tentang perjalanan belaiu memimpin perang gerilya.
  • Berikutnya ketiga adalah mengenai aktivitas Sudirman yang melaksanakan tugas sebagai Panglima Besar di markas gerilya Sobo Pacitan. Lengkap juga dengan koleksi peninggalan berupa tandu, tongkat, dan juga peta gerilya.

Di ruangan ini terdapat peninggalan yang dikemas dalam etalase besar yang berisi manikin Sudirman lengkap dengan amntel cokelatnya, peci, ikat kepala, koper, tongkat, dan teko.

Di ruangan ke empat belas ini terdapat pakaian militer dan rekaman peristiwa tentang masa perjuangan dan foto-foto yang mengabadikan peristiwa yang tengah dihadapi Sudirman.

Museum Sasmitaloka ini berada di Jalan Bintaran Wetan No.3 Yogyakarta. Museum ini dekat dengan Museum Biologi UGM yang bisa Anda kunjungi berikutnya karena berjarak sekitar 20 meter.