Ciri khas batik dari Mojokerto yang mirip dengan batik Yogyakarta yaitu

Oleh : Bayu kartika

Hai..ketemu lagi sama batik nich…hayo…udah baca kenalan sama batik yuuuukkkk (bagian 1) belum nich,,,kalau belum mending baca yang itu dulu, baru lanjutin buat baca tulisan yang ini…biar nyambung jadi tambah seru deeehhhh,,,OK?!

Ciri khas batik dari Mojokerto yang mirip dengan batik Yogyakarta yaitu
Ciri khas batik dari Mojokerto yang mirip dengan batik Yogyakarta yaitu

Kalau kita kemarin kenalan sama pengertian batik, sejarah batik, dan macam-macam batik berdasarkan cara pembuatannya, maka pada tulisan ini kami ingin belajar bareng mengenai sejarah perkembangan batik, contoh motif beberapa jenis batik dan makna lambangnya… seperti janji kami pada tulisan terdahulu, biar sahabat budaya semua nggak nagih janji sama kami…hehe

Okay deh kita mulai dulu dari sejarah perkembangan batik di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Kalau daerah lain, kami belum belajar dengan baik, jadi kalau ada teman-teman dari daerah lain yang ingin berbagi boleh banget……

Seperti halnya perkembangan kebudayaan, perkembangan batik juga tidak lepas dari perkembangan sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah bekembang di Idonesia. Dimulai dari Jaman Majapahit, jaman perkembangan Islam, batik Solo dan Yogyakarta.

Jaman Majapahit

Pada jaman Majapahit, batik telah menjadi salah satu kebudayaannya. Dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang sangat erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit. Dapat kita lihat dari nama daerah tersebut adalah Mojokerto yang ada hubungannya dengan Majapahit. Sedangkan kaitan batik majapahit dengan Tulungagung adalah mengenai riwayat perkembangan pembatikan di daerah ini, dapat digali dari peninggalan di jaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu, daerah Tulung Agung bernama Bonorowo karena daerahnya yang berawa-rawa dikuasai oleh seorang adipati yang bernama Adipati Kalang, yang tidak mau tunduk kepada Majapahit. Namun pada akhirnya adipati tersebut tewas dalam pertempuran di daerah Kalangbret. Setelah itu tentara-tentara dari Majapahit tinggal di daerah tersebut dan mengembangkan kesenian batik di daerah Tulungagung.

Daerah pembatikan di Mojokerto sekarang terdapat di Kwali, Mojosari, Betero, dan Sidomulyo. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang pengrajin batik yang terkenal di Mojokerto. Bahan-bahan yang dipakai oleh pengrajin batik tersebut adalah berupa kain putih yang ditenun sendiri dan obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi, dan sebagainya untuk mewarnai batik buatan mereka. Pewarna buatan baru dikenal masyarakat Mojokertao setelah dibawa oleh pedagang-pedagang Cina yang ke Mojokerto. Batik cap pada saat itu dienal bersamaan dengan masuknya obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya di pasar Porong Sidoarjo. Sebelum krisis ekonomi, pasar porong dikenal ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Setelah krisis ekonomi, pasar batik tersebut timbul tenggelam hingga Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.

Ciri khas dari batik Kalangbret, Mojokerto adalah hampir sama dengan batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Daerah pembatikan yang telah lama dikenal adalah desa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari jaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825. Pada saat perang antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur yang sekarang bernama Majan. Pembuatan batik di daerah tersebut merupakan naluri peninggalan dari seni membatik zaman perang Diponegoro.

Ada keunikan tersendiri dari warna babaran batik Majan dan Simo. Hal ini dikarenakan warna babarannya merah menyala yang berasal dari kulit mengkudu dan warna lainnya adalah dari tom. Jaman dahulu juga dikenal sentra batik yang terkenal yaitu di daerah desa Sembung. Para pengusahanya kebanyakan berasal dari Sala yang datang ke Tulung Agung pada akhir abad ke-XIX. Sekarang tinggal beberapa keluarga pengusaha batik sari Sala yang menetap di daerah Sembung. Selain tempat-tempat tersebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian merupakan industri rumah tangga dan babarannya batik tulis.

Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahit, namun perkembangan batik mulai berkembang pesat saat jaman kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Hal ini diketahui dari perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipengaruhi oleh corak batik Solo dan Yogyakarta.

Jaman Perkembangan Islam

Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran Islam di daerah ini. Menurut cerita yang ada, di daerah Batoro Katong, ada keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid di daerah Patihan Wetan. Selanjutnya ada seorang kyai dari sebuah pesantren yang ada di Tegalsari Ponorogo bernama Kyai Hasan Basri diambil menantu oleh Raja Keraton Solo. Pada saat itu, seni batik masih terbatas dalam lingkungan keraton. Kemudian istri dari Kyai Hasan Basri membawa kesenian batik ke Tegalsari yang diikuti oleh pengiring-pengiringnya. Selain itu, keluarga keraton juga kemudian banyak yang belajar di pesantren semakin banyak membawa seni batik keluar dari keraton menuju Ponorogo.

Daerah perbatikan lama yang dapat kita lihat sampai sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan kemudian meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono, dan Ngunut. Pada saat itu, pewarna yang dipakai dalam pewarnaan batik adalah buatan sendiri yang berasal dari kayu-kayuan, antara lain pohon tom, mengkudu, dan kayu tinggi. Sedangkan bahan kain putihnya juga merupakan hasil tenunan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih impor baru dikenal kira-kira abad ke-19. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan pada pengusaha batik di Ponorogo. Akibat berkembangnya batik cap di daerah Ponorogo, maka kemudian daerah tersebut terkenal dengan batik cap khasnya yaitu “batik cap mori biru” yang kemudian terkenal ke seluruh Indonesia.

Batik Solo dan Yogyakarta

Seperti telah kita bahas sebelumnya, keraton Solo dan Yogyakarta merupakan awal mula berkembangnya batik terutama di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah. Awalnya batik hanya sekedar hobi dari para keluarga raja dalam berhias lewat pakaian. Namun selanjutnya batik dikembangkan menjadi komoditi perdangangan.

Batik Solo, terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya baik dalam batik cap maupun batik tulisnya. Bahan yang digunakan untuk mewarnai batik masih banyak yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan tradisional salah satunya adalah soga Jawa yang sudah terkenal sejak dulu. Pola yang paling terkenal adalah motif “Sidomukti” dan “Sidoluhur”.

Asal-usul batik di Yogyakarta dikenal sejak kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di desa Plered. Seperti halnya di Solo, pembatikan pada masa itu hanya terbatas di lingkungan keraton yang dikerjakan oleh pembantu-pembantu ratu. Meluasnya pembatikan sampai ke masyarakat adalah karena rakyat meniru pakaian yang dikenakan oleh keluarga keraton. Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga keraton mengenakan kombinasi pakaian batik dan lurik. Selain itu, penyebaran batik juga karena dibawa oleh keluarga raja yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah pada saat perang, terutama pada perang Diponegoro. Daerah penyebarannya dan kemudian menjadi daerah batik meliputi Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur seperti Ponorogo dan Tulungagung yang kemudian batiknya berkembang menurut alam serta daerah baru tersebut.

Perkembangan batik dari Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang ada di Mojokerto serta Tulungagung. Selain itu, batik juga menyebar ke Gresik, Surabaya, dan Madura di daerah Timur serta ke daerah barat yang meliputi Pekalongan, Banyumas, Tegal, dan Cirebon. Tradisi membatik awalnya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali merupakan batik dari keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Surakarta dan Yogyakarta. Pada awalnya batik hanya dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan mori, namun dengan perkembangan jaman, batik dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan lilin cair menggunakan alat canting untuk motif halus atau kuas untuk motif kasar (berukuran besar) sehingga cairan lilin dapat meresap kedalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Nah…udah ngintip sedikit mengenai perkembangan batiknya kan….sekarang saatnya kita berkenalan sama batik-batik yang ada di Jawa, khususnya Jawa Tengah dulu ya….hmmm….mau dimulai dari mana dulu ya…..

Daripada masih bingung mulainya dari mana…kita pending dulu saja ya sampai di tulisan berikutnya….ternyata terlalu asik berkenalan sama batik dan banyak banget ilmu-ilmu yang bisa kita pelajari….jadi tunggu tulisan kami selanjutnya yaaaa… di kenalan sama batik yuuuuukkkk….(bagian 3).

Jangan pernah bosan untuk belajar bersama ya kawanku sahabat budaya semuanya….jangan pernah lupa untuk selalu bersyukur dan tentu saja jangan pernah malu untuk memakai batik sebagai salah satu pakaian kesayangan kita…

Pakai batik??? Siapa Takut….!!!