Buku panduan gamelan mainan gambang

[Masyarakat & Budaya, Volume 22, Nomor 19, Oktober 2021]

Oleh Ikhsan Aji Pamungkas (Mahasiswa Antropologi Budaya UGM)

Gamelan Jawa merupakan alat musik berbahan dasar dari logam atau perunggu yang berasal dari kebudayaan Jawa. Dalam perkembangannya, gamelan selalu dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang maupun mengisi pagelaran adat orang Jawa. Gamelan telah berkembang di masa kerajaan pada abad ke-8 hingga ke-11 dimana masa itu gamelan berkembang pada kerajaan Hindu dan Buddha di Sumatera, Jawa, dan Bali (Sulaiman, Suara, 21 Desember 2020). Gamelan yang mendapat transformasi dari budaya Hindu-Buddha kemudian dikembangkan oleh Walisongo dalam tradisi Islam.

Dalam satu perangkat gamelan, ada 14 jenis alat musik yang terdiri dari kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, pekik, kenong, kethuk, slenthem, gender, gong, gambang, rebab, siter, suling, dan kempul. Setiap alat musik tersebut memiliki makna tersendiri. Sebagai contoh, gong yang kepanjangan dari “Gumantung Agung” yang bermakna mengenai kebesaraan Tuhan yang sering dikenal sebagai Gusti Kang Agung. Sebab, masyarakat Jawa meyakini bahwa semua kejadian yang terjadi di dunia karena kehendakNya.

Selain itu, bonang yang merupakan kepanjangan dari “Babon Wenang” memiliki makna kemenangan seorang ibu. Bagi masyarakat Jawa, seorang ibu merupakan faktor sangat penting karena keberhasilan anak terletak pada didikan seorang ibu. Anak pun menjunjung tinggi kedudukan seorang ibu dan berupaya menghormati sebagai bentuk balas budi. Selanjutnya, saron yang berasal dari kata “seru”, bermakna keras dalam pendirian menjalankan aturan Tuhan yang ditertera dalam hukum agama. Sebab, manusia yang memegang teguh aturan agama akan selamat dari malapetaka yang menghampiri dirinya. Ada pula, gambang yang diserap menjadi kata kata “gamblang”, yang bermakna jelas dalam mendapatkan ilmu agama sehingga maksud dan pesannya itu jelas. Terakhir, suling yang diserap dari kata nafsu dan eling yang bermakna senantiasa ingat kepada Tuhan untuk mengendalikan nafsu.

Dalam membuat Gamelan, ada ukuran sen yang harus diikuti. Sen merupakan ukuran yang biasa digunakan oleh pandai besi membuat nada Gamelan. Nada dalam gamelan memiliki dua pola nada yaitu Pelog dan slendro. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2006 menjelaskan nada pelog memiliki sifat musikal yang menenangkan dan menjunjung kehormatan (Putri, Kompas, 22 Januari 2021). Nada pelog mempunyai lima nada dasar primer, yakni do, mi, fa, sol, si. Nada slendro memliki sifat musikal yang menyenangkan dan lincah.  Nada slendro mempunyai lima nada primer, yakni do, re, mi, sol, la (Putri, Kompas, 22 Januari 2021).

Gamelan dimainkan dengan cara dipukul dan digesek. Hampir semua alat musik di dalam gamelan dimainkan dengan cara dipukul yang menggunakan alat pukul dan tangan. Hanya ada satu alat musik gamelan yang dimainkan dengan cara digesek yaitu rebab. Asal mula kehadiran rebab ini dimulai dari wilayah Timur Tengah yang selanjutnya masuk ke Persia dan India (Fitri, 6 April 2020).  Rebab sendiri bagian bentuk akulturasi dari Hindu-Budha dengan Islam. Nada yang ada di rebab tetap mengikuti nada yang ada di alat musik gamelan lainnya. Akan tetapi, rebab dimainkan dengan perasaan sambil mengikuti permainan alat musik gamelan lainnya.

Gamelan memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai media pendidikan bagi masyarakat Jawa. Gamelan pada zaman Walisongo, misalnya, menjadi media pendidikan agama melalui pagelaran wayang yang diiringi dengan musik Gamelan. Tembang-tembang yang dinyanyikan oleh sinden atau penyanyi perempuan dan gerong atau penyanyi laki-laki yang berisi ajaran mengenai kehidupan manusia.

Pandangan hidup Jawa diungkapkan dalam musik Gamelan merupakan sebuah keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak dan mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Irama yang khas yang dihasilkan merupakan perpaduan jenis suara dari masing-masing unit peralatan Gamelan (Sukinah, 2011). Gamelan dapat menjadi pelatihan pengolahan rasa sehingga manusia memiliki sifat afektif yang bermanfaat untuk sekitarnya.

Seni Gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Secara filosofis Gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa kesenian serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya (Kobi, 2017).

Bagi masyarakat Jawa Gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitandengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan (Setyawan, 2017).

Dalam artikel yang ditulis oleh Kompas berjudul “Yuk Cinta Gamelan” (Kompas, 13 Mei 2011) menyatakan Gamelan dapat melatih kepekaan dan rasa solidaritas. Gamelan membuat seseorang tidak egois karena pemain Gamelan harus menciptakan suara yang harmonis. Ada yang berperan memainkan nada dengan lantang, ada pula yang bermain nada dengan pelan. Harmoni suara gamelan yang teratur itu membuat suara Gamelan makin enak didengar (Kompas, 13 Mei 2011). Guru besar karawitan (seni musik gamelan) dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Prof. Dr. Rahayu Supanggah menceritakan bahwa dirinya sering sekali menampilkan kelompok Gamelan di luar negeri (Kompas, 13 Mei 2011). Salah satunya dengan menampilkan kelompok gamelan Opera Java di Amsterdam, Belanda.  Selain itu di luar negeri, Prof. Dr. Rahayu juga pernah mengenalkan gamelan pada para narapidana penjara, meski awalnya sulit diajak bekerja sama, lama-lama mereka luluh dan mau bekerja sama karena ingin merasakan asyiknya main gamelan, karena melalui gamelan orang bisa menghilangkan sifat brutal, menambah kreativitas, dan memupuk kerja sama (Kompas, 13 Mei 2011)

Pernyataan ini didukung oleh Cathy Eastburn salah satu warga Inggris yang jatuh cinta pada gamelan dan belajar gamelan pada Prof. Dr. Rahayu di solo di Solo pada tahun 2002 (Widiana, Bobo, 27 Januari 2018). Menurut Cathy belajar bermain gamelan secara rutin bisa mengurangi sikap individualisnya. Tak hanya itu, bermain gamelan juga bisa membuat seseorang lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada tahun 2003 setelah belajar gamelan di Solo kemudian mengajarkan gamelan pada narapindana di London. semenjak rutin bermain gamelan, sikap narapidana pun jadi lebih baik. Mereka tidak egois dan kasar lagi. Hal tersebut karena gamelan itu terdiri dari beberapa jenis alat music, yaitu saron, bonang, goong, dan yang lainnya. Setiap alat musik dipegang oleh orang yang berbeda, supaya menghasilkan musik yang indah, pemain yang memegang alat musik lain harus bermain secara kompak, agar supaya bisa kompak kita harus sabar, kalau tidak, suara gamelan tidak akan indah di telinga. Semakin sering kita bermain Gamelan, sikap sabar yang ada di dalam diri kita akan semakin besar. Semakin besar sikap sabar kita, semakin berkurang juga sikap egois kita (Widiana, Bobo, 27 Januari 2018).

Gamelan sebagai media pendidikan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa terus berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman. Harmonisasi Gamelan dapat merangsang musikalitas di pikiran seseorang dengan disisipi pelajaran dan contoh yang terserat dalam gendhing atau lagu jawa. Gendhing atau lagu jawa berisi pesan-pesan dari para leluhur yang kemudian disuarakan melalui nembang atau menyanyi lagu Jawa dengan Iringan Gamelan. Pesan yang disampaikan melalui gendhing menunjukan tradisi lisan yang tertulis dari para leluhur menjadikan keterikatan suatu kebudayan Jawa sebagai adiluhung yang diturunkan pada generasi selanjutnya (Editor Ranny Rastati).

Referensi

Ilustrasi: Shutterstock

Fitri, F. (2020, 6 April). Alat Musik Rebab : Sejarah, Asal Daerah & Cara Memainkan Alat Musik Rebab. Retrieved from Nesambamedia.com: https://www.nesabamedia.com/alat-musik-rebab/

Kobi, M F. (2017). Campursar : Bentuk lain Dari Kesenian Gamelan Yang Diterima Di Masa Modern. Jurnal Warna, Vol 1 (1), pp 1-20.

Kompas. (2011, Mei 13). Yuk Cintai Gamelan.. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2011/05/13/05453454/yuk.cintai.gamelan. (diakses pada 29 Agustus 2021)

Putri, V K M. (2021, 22 Januari). Tangga Nada Pentatonis dan Diatonis. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2011/05/13/05453454/yuk.cintai.gamelan.?page=all (diakses 29 Agustus 2021)

Prasetyo, P. (2012). Seni Gamelan sebagai Representasi Dari Tradisi Kehidupan Manusia Jawa : Suatu Telaah Dari Pemikiran Collingwood. Depok.

Sukinah. (2011). Seni Gamelan Sebagai Alteernatif Pendidikan Karakter Bagi Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa. Seminar Nasional Revitalisasi Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Membentuk Generasi yang Berkarakter (pp. 133-141). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Setyawan, A D. (2017). Karawitan Jawa Sebagai Media Belajar dan Komunikasi Sosial. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol 3 (2), pp 78-82.

Sulaiman, M R. (2020, Desember 21). Sejarah Musik Gamelan: Jadi Musik Kerajaan Hingga Penyebaran Agama Islam. Retrieved from Suara.com: https://www.suara.com/lifestyle/2020/12/21/104318/sejarah-musik-gamelan-jadi-musik-kerajaan-hingga-penyebaran-agama-islam?page=all (Diakses 28 Agustus 2021)

Widiana, W. (2018, 27 Januari). Di Inggris, Gamelan Dijadikan Alat Terapi untuk Narapidana. Retrieved from Bobo.id : https://bobo.grid.id/read/08680682/di-inggris-gamelan-dijadikan-alat-terapi-untuk-narapidana?page=all. (Diakses 29 Agustus 2021).

______________________________________

*) Opini dalam artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi website PMB BRIN

_______________________________________

Tentang Penulis

Buku panduan gamelan mainan gambang

Ikhsan Aji Pamungkas adalah mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Gajah Mada (UGM). Ia tertarik dengan kajian tentang agama, pendidikan, dan budaya lokalitas. Email: .

Diunggah oleh

Buku panduan gamelan mainan gambang

Unggahan lainnya