Bhagawadgita merupakan kitab suci Weda kelima yang terdiri dari bab

Mangupura [Antaranews Bali] - Perkumpulan "International Society for Krishna Consciousness" [ISKCON] bernaung di bawah Parisada Hindu Dharma Indonesia [PHDI], mendorong umat Hindu untuk belajar Bhagavad-gita sebagai upaya pengembangan karakter dan nilai hidup dalam mewujudkan kebahagiaan dan tercapainya kedamaian. "Bhagavad-gita merupakan bagian dari kitab suci veda yang diterima lewat mendengarkan [sruti] dan sudah dalam bentuk sastra [smerti]. Karya ini juga disebut `pancama veda` atau veda kelima bagi umat Hindu di dunia," kata Ketua Umum Perkumpulan ISKCON, Nengah Wijana di Mangupura, Kamis. Ia mengatakan, Bhagavad-gita menguraikan tentang lima topik yang sangat penting yakni isvara [Tuhan Yang Maha Esa], prakerti [tenaga Tuhan Yang Maha Esa], jiva [yang memiliki kesadaran], karma [hasil perbuatan] dan kala [waktu yang kekal]. Kelima topik tersebut dibahas secara panjang lebar dalam Bhagavad-gita yang terdiri dari 18 bab dan 700 sloka. Nengah Wijana menambahkan selain Bhagavad-gita, umat Hindu juga memiliki kitab suci yakni Ramayana [bagian dari itihasa atau kisah cerita tentang perjalanan hidup Sri Ramacandra] yang terdiri dari tujuh "kanda" atau bagian dan 24.000 ribu sloka. Selain itu juga, tepat pada tanggal 26 Maret 2018, juga ada perayaan hari kemunculan Sri Ramacandra yang dikenal dengan perayaan "Hari Suci Ramanavami". "Kami juga mengupayakan saat itu agar masyarakat belajar Bhagavad-gita lewat `Hari Suci Ramanavami` dengan tujuan tercipta kerendahan hati dan toleransi dari lingkungan keluarga dan sekitarnya," katanya.

Baca juga: Dirjen Bimas Hindu Ajak "Isckon" Sumbang Perdamaian

Nengah Wijana menambahkan dengan membaca Bhagavad-gita, Sarasamuscaya, Purana diharapkan umat Hindu mampu melestarika seni dan budaya di Bali, sekaligus mampu mewujudkan persatuan dari berbagai perbedaan yang ada. "Dalam perkembangannya, umat Hindu memiliki keistimewaan sendiri yang kental dengan budaya dan keseniaan yang terkenal hingga ke mancanegara. Pelaksanaan agama yang menonjolkan seni dan budaya itu bukan menjadi sebuah persoalan, asalkan kita semua memahami hal tersebut sebagai karunia yang membahagiakan," katanya.

Oleh karena itu, ISKCON mendorong setiap kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan sastra Veda, khususnya Bhagavad-gita yang mengajarkan seseorang untuk sadar akan Tuhan, mengenalkan bahwa Tuhan penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan adalah penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, dengan begitu akan dapat menciptakan kedamaian di dunia, ujar Nengah Wijana. [ed]

Nama va rg vedo yajur-vedah sama-veda Atharvanas caturtha itihasa-puranah Pancamo vedanam vedah

[Kauthumiya Chandogya Upanisad 7.1.4]

"Sesungguhnya Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda adalah nama-nama dari Catur Veda. Sedangkan Itihasa dan Purana merupakan Pancama Veda atau Veda Kelima."

Sebagai Veda Kelima, Bhagavad Gita menempati keterkenalan yang luar biasa di dalam literatur Veda. Kitab suci Bhagavad Gita merupakan "petikan" dari kitab Itihasa, yaitu di kitab Mahabharata. Oleh karena itulah Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda atau Veda Kelima. Selain itu, Bhagavad Gita dikenal sebagai Pancamo Veda juga karena ia merupakan wejangan langsung oleh Tuhan YME, sama seperti turunnya langsung ajaran Catur Veda dari Tuhan YME sehingga Catur Veda dikenal sebagai kitab Wahyu langsung dari Tuhan. Jadi, yang dikenal dan diterima sebagai ajaran wahyu langsung dari Tuhan YME di dalam literatur Veda adalah 4 Veda [Catur Veda], dan Bhagavad Gita sebagai Veda Kelima [Pancamo Veda].

Chandogya Upanisad menyebutkan kitab Itihasa sebagai Veda Kelima [Pancamo Veda] bersamaan dengan kitab-kitab Purana. Kitab yang tergolong dalam Itihasa ada dua, yaitu Ramayana dan Mahabharata. Sedangkan yang termasuk di dalam Purana adalah kitab-kitab Bhagavata [18.000 sloka atau ayat], Visnu [23.000], Padma [55.000 sloka], Naradiya [25.000 sloka], Garuda [19.000 sloka], Varaha [24.000 sloka], Matsya [14.000 sloka], Kurma [17.000 sloka], Linga [11.000 sloka], Siva [24.000 sloka]. Vayu [24.000 sloka], Skanda [81.100 sloka], Agni [15.400 sloka], Brahmanda [12.000 sloka], Brahmavaivarta [17.000 sloka], Markandeya [9.000 sloka], Vamana [10.000 sloka], dan Brahma Purana [10.000 sloka]. Sering Bhavisya Purana [14.500 sloka] juga dimasukkan dalam daftar Maha Purana atau Purana Utama.

Menurut kitab Kurma Purana, Puvabhaga 1.17-20, terdapat pula daftar Upa Purana, atau Purana "alit" alias Purana "Minor", yaitu Sanatkumara [Adya Purana], Narasimha, Skanda, Brhannaradiya, Kapila, Siva dharma, Mahesvara, Brahmanda, Durvasa, Kapila, Vamana, Ausa-nasa, Marica, Bhargava, Kalika, Samba, Saura, dan Parasara Upa Purana.

Chandogya Upanisad 7.1.2 juga menegaskan pedudukan Itihasa dan Purana sebagai Veda Kelima [itihasa-puranam pancamo vedanam vedah]. Maharesi Krsnadvaipayana Vyasa sendiri menekankan dalam kitab Mahabharata bahwa orang hendaknya menjelaskan mantra-mantra Veda melalui kitab-kitab Purana dan Itihasa, khususnya pada zaman Kaliyuga dimana orang-orang tidak lagi memiliki kecerdasan spiritual yang diperlukan untuk memahami mantra-mantra Veda secara langsung.

Bhagavad Gita merupakan kitab suci yang sedang beramai-ramai dilupakan oleh kita semua. "Keagungan Bhagavad Gita" dikenali hanya oleh tokoh-tokoh besar dunia, dan oleh para maharesi. Orang biasa pada umumnya memahami bahwa dirinya tidak layak menyentuh dan/atau mendiskusikan Bhagavad Gita.

Bhagavad Gita terdapat dalam ''Bhagavad-gita-parva" dari Bhisma-parva-nya Mahabharata "Sri Krsna-Arjuna-Samvada' [percakapan Krsna dan Arjuna] merupakan bagian dari Dhrtarastra-Sanjaya-samvada [percakapan Dhrtarastra dan Sekretarisnya bernama Sanjaya] yang terdapat dalam "Vaisam-payana-Janamejaya-samvada" [percakapan antara Maharesi Vaisampayana dengan Maharaja Janamejaya].

Mengapa pustaka hebat tersebut dinamakan "Bhagavad Gita?" Bhagawad asal katanya "Bhagavat", namun jika ia nyambung dengan Gita, akan menjadi "Bhagavad". Di Bali sendiri, para orang-orang tua kita sering menyebut "Bhagavan Gita". Hal ini tidak perlu dipermasakahkan, karena keduanya benar ketika kita kembali ke kata asalnya yaitu Bhagavan.

Bhagavan artinya yang memiliki "Bhaga". Kata "Bhaga" ini banyak didefenisikan. Salah satu yang mendefinisikan adalah ayah dari Maharesi Vyasa, yaitu Maharesi Parasara. Beliau mendefinisikan Bhaga [mengutip dari Visnu Purana] adalah "Yang Memiliki" enam hal yang pokok-pokok, yaitu beliau yang memiliki berbagai sifat Agung yang Sempurna [aisvaryasya samagrasya viryasya yasasah sriyah, jnana-vairagyayos caiva sannah bhaga itingana - Visnu Purana 6.5.47].

Bhagavan artinya Yang Paling Sempurna. Sedangkan Gita artinya Nyanyian. Arti dari Bhagavad Gita adalah Nyanyian dari Tuhan. Disebut Nyanyian dari Tuhan karena memang di saat mewejangkannya kepada Arjuna, maharesi Vyasa menyusun wejangan-wejangan tersebut di dalam puisi-puisi yang diikat indah oleh aturan-peraturan Chanda Shastra.

Menurut penjelasan para ahli, Bhagavad Gita disampaikan dalam waktu 54 jam di tengah-tengah medan perang Kuruksetra. Peperangan zaman dahulu adalah peperangan antara para ksatriya. Peperangan tidak mempengaruhi hidup rakyat biasa. Bahkan juga ada yang sedang berperang, namun mereka berhenti untuk berdiskusi tentang filsafat/kerohanian bersama musuhnya. Selesai diskusi mereka melanjutkan perang lagi. Barangkali hal itu tidak terjangkau oleh pikiran kita, tetapi menurut petunjuk kitab suci, kita harus yakin bahwa pada zaman dahulu memang demikian keadaannya, orang berperang dalam jiwa ksatria dan tidak dalam tipu menipu. Setelah perang, di malam hari, bersama musuh pun mereka saling kunjungi dalam perkemahannya, lalu besoknya dilanjutkan berperang.

Bhagavad Gita artinya Nyanyian atau sabda Tuhan Yang Maha Esa. Sering juga disebut "Sabda Brahman". Di India kebanyakan orang hanya menyebut dengan sebutan "Gita" saja. Bhagavad Gita selalu diagung-agungkan dengan sebutan "Pancama Veda", yaitu Veda ke lima sehingga merupakan kewajiban umat untuk memiliki dan membaca kitab suci Bhagavad Gita.

Terdapat beberapa pengertian kata Veda, yaitu satu: Catur Veda [Rg Veda, Yajur Veda, Sama Veda, Atharva Veda]. Pengertian Veda yang lain adalah keseluruhan kitab-kitab literatur Veda, bukan hanya Catur Veda tetapi termasuk juga kitab-kitab Veda setelah itu, seperti Upanisad, Aranyaka, kitab-kitab Brahmana, Purana-purana, Itihasa, Sutra-sutra, sastra-sastra, termasuk Dharma Sastra, Smrti, semua kitab-kitab yang muncul belakangan dari Catur Veda tersebut termasuk Veda. Jadi ada dua pengertian, yang saat ini pengertiannya adalah keselu-ruhan literatur Veda, dan bukan hanya Catur Veda.

Oleh karena Catur Veda itu adalah Wahyu yang diterima oleh para Maharesi, maka disebut sebagai Veda. Sedangkan yang lain-nya seperti Sm?ti tidak termasuk dalam Veda, namun diberikan nama lain seperti Dharma Sastra. Sedangkan Bhagavad Gita merupakan nyanyian langsung atau wahyu langsung dari bibir Tuhan Yang Maha Esa, maka disebutkan sebagai Veda ke Lima. Dengan demikian, Bhagavad Gita adalah Veda Kelima [Pancamo Veda].

Membaca "sloka" Bhagavad Gita, berarti mendendangkan sabda Tuhan sendiri dan getaran spiritual dari sloka-sloka suci Bhagavad Gita tersebut akan langsung merasuk serta membersihkan hati orang. Meskipun orang mengerti atau tidak, namun sloka tersebut adalah sabda Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja memang lebih baik jika orang membaca sloka beserta terjemahannya. Bagi yang memiliki waktu khusus, dianjurkan agar membacanya satu hari satu Bab. Hal paling sederhana yang orang bisa lakukan [khususnya umat Hindu Dharma] adalah agar di rumahnya menyimpan Bhagavad Gita dengan penuh rasa hormat bhakti, bila perlu dibungkus dengan kain baru/sukla, dan baca setiap hari satu sloka saja. Sederhana akan tetapi kemuliaan pasti ada di dalamnya.

"Gita sastram idam punyam, yah pathet prayatah puman, visnoh padam avapnoti bhaya-sokadi-varjitah". Bhagavad Gita ini menurut tokoh ajaran Saiva Dharma, Maharesi Sankaracarya adalah kitab suci yang sangat suci. Orang-orang yang tekun membacanya setiap hari, dia akan mencapai Visnupada, Visnu loka dan dia akan terbebaskan dari "Bhaya" atau kecemasan, ketakutan, soka atau kesedihan dan kesengsaraan.

Mengingat Bhagavad Gita merupakan kitab suci yang selain memberikan pensetahuan-pengetahuan mulia. Bhagavad Gita juga memiliki daya penyucian yang luar biasa. Sudah saatnya umat sedharma memberikan perhatiannya dan di setiap rumah umat Hindu Dharma hendaknya ada Bhagavad Gita, di-" linggih"-kan atau dibaca setiap hari.

Oleh: Darmayasa
Source: Bali Post, Minggu Pon, 12 Februari 2017

Video yang berhubungan