Berikut ini yang termasuk faktor penyebab keberagaman budaya di Indonesia adalah

Koropak.co.id, 01 October 2022 12:09:35

Eris Kuswara

Koropak.co.id, Jakarta - Hari ini, 1 Oktober sejak 1967-an, diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Hari bersejarah bagi bangsa Indonesia itu, ditetapkan secara langsung oleh Presiden kedua Indonesia, Soeharto melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 1967 tentang Hari Kesaktian Pancasila.

Tujuan diperingatinya Hari Kesaktian Pancasila adalah untuk memperkuat kesetiaan warga negara agar selalu cinta terhadap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Sejarah Hari Kesaktian Pancasila ini juga erat kaitannya dengan Gerakan 30 September (G30S) 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Lubang Buaya. 

Di lokasi Lubang Buaya yang terletak di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur itu, kini berdiri Monumen Pancasila Sakti yang setiap 1 Oktober menjadi tempat upacara dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila. 

Di kawasan dekat dengan Pondok Gede inilah, ditemukan jenazah para petinggi militer Angkatan Darat (AD) yang merupakan korban penculikan, penyiksaan dan pembunuhan dalam tragedi G30S/PKI pada 30 September 1965-an. Ketujuh jenazah itu ditemukan pada 4 Oktober 1965 dengan posisi kepala berada di bawah dan saling bertumpuk.

Tercatat, tujuh petinggi militer AD menjadi korban pembantainya dalam tragedi G30S/PKI itu diantaranya, Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani, Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Soeprapto, Letnan Jenderal TNI (Anumerta) S. Parman, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) M.T Haryono, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean.

Agus Salim dalam bukunya "Tragedi Fajar Perseteruan Tentara-PKI dan Peristiwa G30S" menuliskan, tujuan utama dari G30S/PKI adalah untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. 

Akan tetapi, justru saat itu PKI berdalih, ada para perwira TNI AD yang akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno melalui Dewan Jenderal. Para perwira TNI AD yang dianggap tergabung dalam Dewan Jenderal itu pun akhirnya diculik, dibunuh dan dimasukkan ke sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Kala itu, kelompok PKI yang mengaku sebagai pasukan pengawal Istana atau yang dikenal dengan Cakrabirawa, langsung bergerak dengan mendatangi rumah masing-masing korban, kecuali Pierre Andreas Tendean yang menjadi korban salah tangkap karena pada saat itu ia tengah berada di rumah Jenderal TNI A.H Nasution.

Mereka berdalih, penjemputan para korban dilakukan dengan alasan dipanggil oleh Presiden Soekarno. Empat korban yakni, R. Soeprapto, Sutoyo Siswomiharjo, S. Parman, dan Pierre Andreas Tendean ikut dengan mereka dalam keadaan hidup. Mereka kemudian dibawa ke sebuah markas yang berada di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.


Baca: Selayang Pandang Para Pahlawan Revolusi

Setelah tiba di markas, keempat korban itu disiksa dan dibunuh. Lalu, mayat mereka pun dimasukkan ke sebuah sumur tua yang tak terpakai berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter yang kini dikenal dengan Lubang Buaya.

Sementara 3 korban lainnya, yakni Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D.I Pandjaitan ditembak di rumah masing-masing. Namun mayatnya dibawa ke markas dan dimasukkan juga ke dalam Lubang Buaya.

Ketujuh anggota TNI AD tersebut tewas pada 30 September 1965 menuju 1 Oktober 1965. Akan tetapi, mayat mereka baru ditemukan pada 4 Oktober 1965. Setelah ditemukan, pada 5 Oktober 1965, ketujuh mayat anggota TNI AD itu dimakamkan secara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta Selatan. Selanjutnya, para korban tragedi G30S/PKI itu diangkat menjadi Pahlawan Revolusi. 

Pasca tragedi G30S/PKI, Presiden Soeharto yang kala itu masih menjabat sebagai Panglima Kostrad, ditugaskan untuk mengadakan pemulihan keamanan dan ketertiban. Diketahui, salah satu tindakan yang dilakukan Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto saat itu adalah melakukan penumpasan pemberontakan G30S/PKI pada 1 Oktober 1965.

Selama lima hari, pemberontakan yang dilakukan PKI berhasil diredam. Di bawah perintah Mayjen Soeharto, sisa-sisa pemberontak diburu hingga ke seluruh penjuru, termasuk DN Aidit yang diduga menjadi otak dari G30S/PKI. 

Berselang setahun kemudian, Soeharto yang kala itu menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dan peringatannya harus diikuti oleh seluruh pasukan TNI AD.

Namun setahun berikutnya, setelah Soeharto menjadi Presiden kedua Indonesia menggantikan Soekarno, ia mengeluarkan Keppres Nomor 153 Tahun 1967 yang menetapkan Hari Kesaktian Pancasila sebagai peringatan yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Keppres Nomor 153 Tahun 1967, tewasnya tujuh anggota TNI AD dalam peristiwa G30S/PKI, menandakan daya juang para anggota TNI AD atas gerakan-gerakan yang berusaha untuk menghancurkan Pancasila. Oleh karena itulah, masyarakat Indonesia perlu ikut serta memperingati Hari Kesaktian Pancasila agar terus mengingat daya juang para Pahlawan Revolusi.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Keberagaman budaya Indonesia. Foto: dok. https://pixabay.com/

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan dan keberagaman baik dalam segi budaya, bahasa dan masih banyak lagi. Keberagaman ini tentunya muncul karena beberapa faktor pendukung yang dimiliki Indonesia. Berikut ini adalah ulasan singkat mengenai faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia dalam segi budaya yang perlu Anda ketahui.

4 Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia dalam Budaya

Menjadi salah satu negara kepulauan terbesar di dunia membuat Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman yang melimpah. Keunikan ini tentu menjadi ciri khas Indonesia yang patut dibanggakan dan dilestarikan agar keberadaan keragaman budaya di Indonesia dapat dijumpai oleh anak dan cucu kita di masa depan kelak.

Dalam buku berjudul Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas 10 yang disusun oleh Windriati, S.Pd. (2021:93) disebutkan beberapa faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia, baik dalam segi budaya maupun bahasa.

Keberagaman budaya Indonesia. Foto: dok. https://pixabay.com/

Dalam buku tersebut dipaparkan secara detail bahwa banyaknya jumlah suku bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan wilayah di penjuru Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia. Setiap suku bangsa juga memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri baik pada aspek sosial maupun budaya.

Berikut ini adalah faktor penyebab keberagaman masyarakat Indonesia dalam budaya:

  • Keadaan geografis penjuru Indonesia yang beragam

  • Perbedaan pengaruh kebudayaan asing yang masuk dalam wilayah tertentu

  • Perbedaan kondisi iklim satu wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia

  • Faktor dan kondisi alam yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia

Dengan tingkat keragaman budaya yang cukup tinggi, kita juga perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan utuhnya negara Indonesia. Cara mempertahankan keutuhan negara dengan keberagaman yang melimpah ini tentunya dapat kita lakukan dengan meningkatkan rasa toleransi yang tinggi.

Dengan memiliki toleransi yang tinggi, kita dapat menerima dan memaklumi perbedaan yang ada sehingga kita dapat hidup bersama, beriringan tanpa menimbulkan konflik-konflik yang memicu kerusakan keutuhan negara.

Demikian pemaparan singkat mengenai faktor keberagaman masyarakat Indonesia yang perlu diketahui beserta cara mempertahankan keutuhan negara. Yuk terapkan rasa toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama warga negara Indonesia untuk memelihara keutuhan dan kerukunan Indonesia. (DAP)