Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

ANAK INI DITENTUKAN UNTUK MENJATUHKAN ATAU MEMBANGKITKAN BANYAK ORANG DI ISRAEL DAN UNTUK MENJADI SUATU TANDA YANG MENIMBULKAN PERBANTAHAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah – Selasa, 2 Februari 2021)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada  semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-40)

Bacaan Pertama: Mal 3:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10; Bacaan Kedua Ibr 2:14-18; Bacaan Injil versi singkat: Luk 2:22-32

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

Di Palestina, pada abad pertama, keluarga-keluarga Yahudi melaksanakan beberapa upacara tidak lama setelah kelahiran anak sulung laki-laki, yaitu penyunatan, penebusan sang bayi, dan pemurnian sang ibu. Pada waktu Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah guna melaksanakan rituale yang kedua dan ketiga, mereka bertemu dengan Simeon dan Hana – dua orang tua yang menjalani hidup doa terus-menerus dalam antisipasi kuat akan kedatangan Mesias. Baik Simeon maupun Hana dibimbing oleh Roh Kudus agar mampu mengenali Yesus dan kemudian bersukacita melihat janji-janji Allah dipenuhi dalam diri Anak ini.

Dalam suatu nubuatan, Simeon berkata kepada Maria, bahwa Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwa Maria sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang (lihat Luk 2:35-36). Dari pengalamannya Simeon mengetahui bahwa pernyataan kasih Allah akan membawa serta dengannya suatu pengungkapan dosa manusia yang menusuk hati dan menyedihkan. Sekarang, Maria pun sungguh bersedih hati melihat bahwa dosa ini memanifestasikan dirinya dalam oposisi yang mengandung kekerasan.

Seperti terjadi dengan Simeon, demikian pula akan terjadi dengan diri kita. Dengan pernyataan Kristus dalam diri kita, kita akan mampu melihat kegelapan yang ada dalam hati kita dengan lebih jelas. Di bawah pencerahan Roh-Nya, kita akan melihat kecenderungan dalam diri kita untuk memusatkan segenap perhatian kita atas hal-ikhwal dunia ini dan mencampakkan janji-janji Kerajaan-Nya. Selagi kita merenungkan kebaikan Allah, kita akan mulai melihat betapa kita sungguh membutuhkan belaskasih Yesus, dan kita akan bersukacita bahwa belaskasih-Nya dicurahkan ke atas diri kita dengan melimpah. Kita pun mulai merindukan lebih lagi Roh Kudus, agar supaya segala oposisi terhadap Allah yang ada di dalam diri kita dapat sungguh dibuang.

Kerinduan Simeon dan Hana akan kedatangan Mesias membawa mereka kepada suatu pengalaman padang gurun. Bapa surgawi juga menghendaki agar hal serupa terjadi pada diri kita – bukan untuk membuat kita jatuh ke dalam depresi, tetapi untuk membawa kita kepada kebebasan yang lebih besar. Allah ingin mengangkat jiwa kita ke dalam “dunia atau alam yang tanpa batas”  sehingga kita masing-masing dapat mengalami kemuliaan-Nya dan menjadi seorang “ciptaan baru”. Dia rindu sekali untuk membersihkan diri kita dari dosa dan memenuhinya dengan segala hal yang baik. Pada hari “Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah” ini, marilah kita menyerahkan hati kita kepada Yesus dan mohon dari Dia agar menyatakan kasih-Nya kepada kita secara lebih mendalam lagi.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih kepada-Mu karena Engkau sudi mengutus Putera-Mu ke dalam dunia kami yang sebagian besar berada dalam situasi yang menyedihkan. Dengan kedatangan-Nya, kami telah menerima sukacita dan pengharapan, damai-sejahtera, dan penghiburan. Semoga setiap orang berkehendak baik yang datang ke hadapan hadirat-Mu memperoleh penghiburan karena menjadi mengenal dan mengalami Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil  hari ini (Luk  2:22-40), bacalah tulisan yang berjudul “PERISTIWA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH” (bacaan tanggal 2-2-21), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 21-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2021.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2015)

Cilandak,  1 Februari 2021

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

Advertisement

SIMEON DAN HANA: DUA ORANG ANAWIM

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah – Sabtu, 2 Februari 2019)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada  semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-40) 

Bacaan Pertama: Mal 3:1-4 atau Ibr 2:14-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10 

“Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya.” (Mal 3:1)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Apakah sebenarnya yang diharapkan oleh Simeon dan Hana ketika mereka berdoa dan berpuasa di  Bait Allah dalam rangka kedatangan sang Mesias? Terkejutkah mereka ketika menyaksikan bahwa jawaban atas doa-doa mereka hanyalah seorang Anak kecil, belum berdaya dan masih sangat tergantung pada orangtua-Nya yang tergolong “wong cilik”? Dapatkah Anak yang masih kecil ini sungguh menjadi “Raja Kemuliaan” sebagaimana dinyatakan oleh sang pemazmur. “TUHAN (YHWH), jaya dan perkasa, YHWH, perkasa dalam peperangan……. YHWH semesta alam” (Mzm 24:7-10). Anak yang kecil ini adalah “Firman yang menjadi manusia” (Yoh 1:14), Allah yang merendahkan diri-Nya. Penulis “Surat kepada Orang Ibrani” mengatakan: “Dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa umat” (Ibr 2:17).

Dalam Gereja-gereja Timur, “Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah” dinamakan “Pesta Perjumpaan”. Istilah “perjumpaan” mengindikasikan adanya unsur surprise, seperti kemunculan sang Mesias secara mendadak di Bait Allah (lihat Mal 3:1). Sepanjang hidup mereka. Simeon dan Hana telah mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk perjumpaan ini, walaupun mereka sama sekali tidak tahu kapan atau bagaimana perjumpaan ini akan terjadi. Karena doa-doa mereka dan juga perhatian penuh mereka kepada gerak-gerik Roh Kudus, dua orang “anawim” ini dimampukan melihat keagungan Allah dalam diri Anak kecil Maria. Dipenuhi rasa syukur, Simeon “menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah” (Luk 2:28).  Nanyian pujian (kidung) ini terus terdengar tanpa henti di segenap penjuru dunia dengan berputarnya bumi, ketika umat Allah mendoakan “Ibadat Penutup” setiap malamnya.

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Betapa terberkatilah kita bila menyadari, bahwa Tuhan yang bangkit telah datang untuk berdiam dalam bait-Nya. Dalam Ekaristi, dalam rupa roti dan air anggur, Yesus datang untuk menemui kita. Dalam baptisan, Ia telah bertempat tinggal dalam bait/kenisah hati kita juga. Oleh pencurahan  darah-Nya dan Roh-Nya, Dia telah memurnikan kita dan membebaskan kita dari maut (Mal 3:2-3).

Seperti Simeon dan Hana, marilah kita mempersiapkan diri untuk perjumpaan kita dengan Tuhan. Kita dapat saja menjadi terkejut berjumpa dengan-Nya dalam diri orang-orang di sekeliling kita, dalam diri orang-orang sakit dan yang berada dalam sakratul maut, dalam diri “wong cilik” pada umumnya. Yesus selalu menanti-nantikan kita dalam bait-Nya, dalam Ekaristi; Dia menantikan kita merangkul-Nya dan menempatkan-Nya dekat hati kita. Kasih-Nya – yang lebih kuat ketimbang dosa kita yang mana pun – akan memurnikan diri kita. Kemudian, seperti Simeon juga, diri kita akan dipenuhi dengan damai-sejahtera-Nya (Luk 2:29). Seperti Hana, kita pun akan dimampukan untuk “mengucap syukur kepada Allah” (Luk 2:38).

DOA: Bapa surgawi, terima kasih kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengaruniakan Putera-Mu sendiri ke tengah-tengah dunia yang terpecah-belah dan menyedihkan hati. Dengan kedatangan-Nya kami pun menerima sukacita, damai-sejahtera, dan penghiburan. Semoga setiap orang akhirnya menerima kenyamanan lahiriah maupun batiniah, karena mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:22-40), bacalah tulisan dengan judul “APAKAH ANDA DAN SAYA MENGENALI YESUS SELAGI DIA BERGERAK DALAM KEHIDUPAN KITA MASING-MASING?” (bacaan untuk tanggal 2-2-19), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 19-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2019. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2012) 

Cilandak,  30 Januari 2019 [Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan-OFS] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

SUATU PEDANG AKAN MENEMBUS JIWA MARIA

(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan SP Maria Berdukacita – Sabtu, 15 September 2018)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

Bapak serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda perbantahan dan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:33-35) 

Bacaan Pertama 1Kor 12:31-13:13 atau Ibr 5:7-9; Mazmur Tanggapan: Mzm 31:2-6,15-16,20; Bacaan Injil Alternatif: Yoh 19:25-27 

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Pada hari ini Gereja memperingati “Santa Perawan Maria Berdukacita” yang mengungkapkan Maria sebagai teladan sempurna dari seseorang yang tetap setia pada Puteranya – Yesus Kristus – yang pada saat sama juga adalah Tuhan dan Juruselamatnya.

Maria berdiri di dekat kayu salib sampai saat kematian Puteranya (lihat bacaan Injil alternatif). Tindakan kasih sedemikian mengungkapkan kemauan Maria untuk menanggung pencobaan macam apa pun, kesulitan apa pun, dan penderitaan sengsara yang bagaimana pun beratnya agar dapat tetap bersama dengan Yesus, berdoa untuk-Nya, dan mendukung Dia, walaupun hal itu berarti harus menyaksikan kematian-Nya yang mengenaskan di atas kayu salib.

Bacaan Injil di atas memuat nubuatan yang keluar dari hati dan mulut Simeon, sang nabi yang hadir  pada rituale penyucian Yesus-kecil menurut Hukum Musa dalam Bait Allah di Yerusalem. Sebagaimana dinubuatkan oleh Simeon, hati Maria akan ditembus oleh sebilah pedang penderitaan (lihat Luk 2:35). Akan tetapi, fiat Maria (Luk 1:38) yang tanpa syarat itu, jawaban “ya”-nya yang diberikannya ketika dia menyatukan kehendaknya dengan kehendak Bapa surgawi dan “Sabda menjadi daging” dalam dirinya – telah mempersiapkan Maria untuk menaruh kepercayaan kepada Allah secara penuh. Sejak saat itu Maria berulang-kali merangkul jalan Allah, namun semua itu tidaklah mengurangi sama sekali rasa sakitnya pada saat-saat dia berdiri di dekat Yesus yang tersalib. Karena fiat-nya yang keluar dari kedalaman hatinya, Maria mampu untuk menerima “biaya” yang harus dibayarnya dalam rencana penyelamatan Allah.

Sekarang, marilah kita melihat diri kita masing-masing. Kita dapat saja menutup diri terhadap orang yang telah melukai hati kita atau orang yang kita kasihi. Kita tidak sudi berkomunikasi dengan orang itu. Kiranya ini adalah suatu usaha untuk melindungi diri. Lain halnya dengan Maria, ibunda Yesus. Pada waktu hatinya dilukai orang lain, Maria malah membuka diri kepada orang-orang lain. Maka kita dapat melihat keberadaan gambar/lukisan Maria dengan hati tak bernoda yang tertusuk sebilah pedang. Demikianlah, ketika hati Maria tertikam pedang, perempuan kudus ini tidak hanya membuka hatinya, malah membuka hati banyak orang, “supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:35).

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Kita tidak pernah tahu apakah kepada Maria telah diberikan kesempatan untuk secara sekilas lintas memandang Yesus dalam kemuliaan, seperti yang dialami oleh Petrus, Yakobus dan Yohanes di atas sebuah gunung (transfigurasi; lihat Mat 17:1-13; Mrk 9:2-13; Luk 9:28-36). Dengan naluri seorang ibu, apakah Maria memahami sesuatu dari kata-kata Puteranya selagi Dia memprediksi penderitaan-penderitaan-Nya dan akan dibangkitkan pada hari ketiga (Luk 9:22)? Dalam doa, apakah Maria menerima visi (walaupun secara singkat) tentang kebangkitan Yesus yang penuh kemuliaan? Kita tidak pernah tahu, barangkali kelak di surga kita akan tahu.

Yang jelas Maria sanggup melakukan semua ini karena hatinya murni, tanpa dosa. Begitu pula, kiranya dengan penyesalan dan tobat kita, kita semua dapat bersaksi positif apabila hati kita dilukai, bukannya secara naluriah menutup hati kita dan tidak bersedia mengampuni, memendam rasa mendongkol, kebencian, kemarahan dlsb. Hati yang patah plus hati berdosa sama saja dengan hati yang membatu dan tertutup. Patulah kita sadari bahwa hati yang patah, yang luka bukanlah akhir dari segalanya, melainkan justu merupakan awal dari suatu proses. Baik orang besar maupun orang kecil dapat mengalami hati yang patah dan terluka. Penyesalan yang diikuti dengan pertobatanlah yang membuat seseorang berbeda. Hai terluka dapat menjadi terbuka, namun dapat juga tertutup.

Sampai saat itu, Maria berdiri tegak sebagai seorang yang menjadi “model” bagi kita semua dengan jawaban “ya”-nya kepada kehendak Allah secara  berulang-kali, baik pada saat-saat susah maupun saat-saat penuh kegembiraan. Di bukit Kalvari Maria menunjukkan kepada kita bagaimana kita juga dapat berdiri dengan setia di dekat salib Yesus (lihat Yoh 19:25 dalam bacaan Injil alternatif hari ini).

DOA: Bapa surgawi, pada saat ini Engkau mengingatkan diriku kepada patung “Pieta” yang menunjukkan Bunda Maria duduk di bawah salib dengan memapah Yesus yang telah wafat. Biarlah Roh Kudus-Mu membimbing diriku agar – seperti Bunda Maria – aku dapat tetap memiliki kekuatan dan ketegaran ketika mengalami berbagai kesusahan dalam hidup ini. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 19:25-27), bacalah tulisan yang berjudul “BERADA DI DEKAT SALIB KRISTUS BERSAMA MARIA DAN MENGAMPUNI” (bacaan tanggal 15-9-18) dalam situs/blog  PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-09 PERMENUNGAN ALKITABIAH SEPTEMBER 2018. 

Cilandak, 13 September 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

APAKAH ANDA DAN SAYA MENGENALI YESUS SELAGI DIA BERGERAK DALAM KEHIDUPAN KITA MASING-MASING?

(Bacaan Injil Misa Kudus, Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah – Jumat, 2 Februari 2018) 

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem

ROME, ITALY – MARCH 27, 2015: The Presentation in the Temple fresco in Basilica di Sant Agostino (Augustine) by Pietro Gagliardi form 19. cent.

Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada  semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-40) 

Bacaan Pertama: Mal 3:1-4 atau Ibr 2:14-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10 

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Saat yang sudah lama dinanti-nanti itu telah tiba. Dia yang telah datang untuk memurnikan Israel dan mendamaikan dengan Bapa surgawi kemanusiaan yang sudah jatuh berantakan, sekarang dipersembahkan di hadapan Allah dan disambut oleh umat-Nya. Dia adalah sang Imam Besar Agung yang mempersembahkan kurban yang sempurna dan membuat sebuah perjanjian baru dengan umat Israel. Oleh kurban persembahan-Nya, Dia akan memurnikan kita dari dosa-dosa, dan tubuh-Nya yang bangkit akan menjadi Bait/kenisah yang baru di mana seluruh umat Allah akan berkumpul.

Semuanya terdengar begitu penuh kemuliaan dan menjanjikan. Akan tetapi, seandainya anda adalah seorang Yahudi saleh yang berada dalam Bait Allah pada hari itu, apakah yang akan anda lihat di situ? Pasutri miskin dengan seorang bayi kecil – hanya satu dari sekian banyak kanak-kanak yang dipersembahkan kepada YHWH pada hari itu. Apakah anda akan mengenali anak ini sebagai sang Mesias? Tentunya hanya sedikit sekali orang yang melihatnya begitu! Lukas malah hanya bercerita mengenai dua orang pribadi, yaitu Simeon dan Hana. Bahkan – dalam rutinitas berbagai rituale – imam yang menerima (atas nama YHWH) kurban persembahan kedua orangtua kanak-kanak Yesus tidak mampu mengenali siapa Dia ini. Jelas kelihatan bahwa orang-orang yang mengenali Yesus adalah mereka yang menggunakan banyak sekali waktu mereka setiap sehari untuk merenungkan sabda Allah dalam hati mereka dan selalu mohon hikmat dari Dia agar mampu memahami jalan-Nya.

“Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah” menantang kita untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah kita mengenali Yesus selagi dia bergerak dalam kehidupan kita. Setiap hari, Yesus ingin datang masuk ke dalam hati kita masing-masing dan menyinari kita dengan terang kasih dan kerahiman Allah. Setiap hari, Dia ingin mengklaim diri kita sebagai tempat kediaman-Nya dan membuat kehadiran-Nya sebagai harta-kekayaan kita yang paling besar dan agung. Sebagaimana Simeon dan Hana, kita akan menjadi peka terhadap gerakan-gerakan-Nya selagi kita menggunakan waktu kita dalam berdoa, membuat hening pikiran kita dan mengasihi Allah dengan hati kita.

Bapa di surga sangat senang kalau berbagi dengan kita segala harta-kekayaan surgawi. Dia hanya minta agar kita datang menghadap hadirat-Nya dengan rendah hati. Dia minta agar kita mengosongkan diri, sehingga ada ruangan dalam kehidupan kita bagi rahmat-Nya. Agar kita dapat menerima hal-hal surgawi, maka kita harus melepaskan diri kita dari hal-hal duniawi. Allah yang kita sembah adalah Allah kebenaran yang tidak akan berbagi kemuliaan-Nya dengan manusia yang merusak keharmonisan kehidupan bermasyarakat, dan melakukan perbuatan merusak itu demi dan atas nama-Nya. Dia akan menyatakan diri-Nya kepada kita, selagi kita membuat hati kita terbuka bagi-Nya

DOA: Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa. Pada hari ini, Putera-Mu yang tunggal dipersembahkan di kenisah, sebagai seorang anak manusia seperti kami. Murnikanlah pikiran dan hati kami, sehingga kami dapat berjumpa dengan Engkau dalam kemuliaan-Mu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:22-40), bacalah tulisan yang berjudul “HANA DAN SIMEON DENGAN PENUH SUKACITA MELIHAT BAHWA JANJI ALLAH DIPENUHI DALAM DIRI YESUS” (bacaan tanggal 2-2-18) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2018. 

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011) 

Cilandak, 29 Januari 2018 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 

YESUS, MARIA, YUSUF, SIMEON DAN HANA

(Bacaan Injil, Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah – Minggu, 2 Februari 2014)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Lalu ketika tiba waktu penyucian menurut hukum Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel, dan Roh Kudus ada di atasnya. Kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia Yang Diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orangtua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menggendong-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, lalu ia menjadi janda sampai ia berumur delapan puluh empat tahun sekarang. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediaman mereka, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Luk 2:22-40)

Bacaan Pertama: Mal 3:1-4; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10; Bacaan Kedua Ibr 2:14-18

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Setelah Yesus disunat, Maria dan Yusuf melakukan perjalanan jauh ke Yerusalem untuk mempersembahkan Yesus di Bait Allah (Luk 2:22). Praktek kesalehan dan devosi di antara umat Yahudi pada waktu itu mengakui bahwa Yerusalem merupakan pusat bumi (Kitab Yubileum 8:19). Yerusalem dipandang sebagai tempat yang paling penting untuk kebaktian penyembahan Allah bagi semua orang Yahudi yang saleh, dan kota suci itu memainkan suatu peranan kunci dalam Injil Lukas. Di kota Yerusalem itulah Zakharia berjumpa dengan malaikat agung Gabriel yang memberitahukan kepadanya bahwa Elisabet, istrinya, akan mengandung dan melahirkan Yohanes Pembaptis (Luk 1:5-23), dan ke Bait Allah pula para murid-Nya kembali setiap hari untuk kebaktian memuji-muji Allah setelah kebangkitan-Nya (Luk 24:53).

Persembahan di Bait Allah mengindikasikan bahwa keluarga Yesus adalah umat Yahudi yang menyadari sepenuh hati bahwa Bait Allah adalah tempat kediaman Allah. Semua orang Kristiani mempunyai hubungan kekeluargaan oleh karena Yesus. Pada kenyataannya, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa orang-orang Yahudi adalah saudari-saudara tua kita dalam iman (Crossing The Threshold of Hope, Edited by Vittorio Messori, New York: Alfred A Knopf, hal. 99).

Walaupun pada awal-awalnya diiringi dengan segala kemuliaan Bait Allah, orang-orang yang menerima Yesus bukanlah orang-orang kaya atau berkuasa. Allah justru memanggil mereka yang miskin dan tidak memiliki kekuasaan duniawi, “wong cilik” yang mempasrahkan hidup mereka sepenuhnya kepada belas kasih Allah, …… kaum anawim! Yusuf si tukang kayu dari Nazaret dan Maria, istrinya yang muda belia, demikian pula Simeon dan Hana, para “lansia” yang telah melayani YHWH-Allah dengan setia sepanjang hidup mereka.

Peristiwa “Yesus dipersembahkan di Bait Allah” mengingatkan kita akan cerita Hana yang mempersembahkan Samuel kepada Eli, imam di tempat ibadat di Silo (1Sam 1). Eli merupakan pralambang dari Simeon dan Hana Perjanjian Lama merupakan pralambang dari Hana dalam bacaan Injil hari ini. Hana dan Simeon merupakan orang-orang yang rendah hati yang menyambut kedatangan dan menerima Yesus di Bait Allah. Para pemimpin agama Yahudi pada waktu itu tidak dapat mengenali siapa Yesus, namun tidak demikian halnya dengan dua orang tua suci yang memiliki kerendahan hati, dan hati mereka yang memang terbuka itu. Mereka justru mengenali siapa Yesus sebenarnya. O, sungguh terberkati dua orang suci ini! Kelak dalam “Khotbah di Bukit”, Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8).

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Tolonglah kami agar senantiasa setia kepada-Mu sepanjang hidup kami. Ajarlah kami untuk dengan sabar menantikan penghiburan-Mu seperti contoh yang diberikan oleh Simeon; juga berdoa dan berpuasa di hadapan hadirat-Mu seperti yang dilakukan oleh Hana. Tolonglah kami agar memiliki kerendahan-hati agar dapat memandang-Mu ketika Engkau hadir di tengah-tengah kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Mal 3:1-4), bacalah tulisan yang berjudul “TUHAN SEMESTA ALAM, DIA RAJA KEMULIAAN!” (bacaan tanggal 2-2-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2014.

Cilandak, 30 Januari 2014 [Peringatan S. Yasinta Mareskoti, Perawan Orso III – Sekular S. Fransiskus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TUHAN SEMESTA ALAM, DIA RAJA KEMULIAAN!

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta Yesus Dipersembahkan di Kanisah – Sabtu, 2 Februari 2013)

Berapa umur Yesus ketika ia dibawa ke Bait Allah di Yerusalem
Lihat, aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN (YHWH) semesta alam. Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada YHWH. Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati YHWH seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah. (Mal 3:1-4)

Bacaan Pertama alternatif: Ibr 2:14-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10; Bacaan Injil: Luk 2:22-40 (Luk 22-32)

Suara nabi Maleakhi terus menggema dari abad ke abad, “Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu” (Mal 3:1) Bagi kita semua – orang-orang yang masih jauh dan orang-orang yang sudah dekat namun masih suka goyah dalam iman karena berbagai pencobaan dan penderitaan – Allah bersabda: “Keselamatan yang dari pada-Ku tidak jauh lagi, sebab Aku telah mendekatkannya dan kelepasan yang Kuberikan tidak bertangguh lagi” (Yes 46:13).

Yesus adalah sang Pembebas yang dijanjikan itu! Yesus adalah sang “Malaikat Perjanjian” yang telah dinanti-nantikan itu, yang dating untuk memurnikan dan membebas-merdekakan umat Allah dari tangan musuh. Orang-orang yang setia kepada Allah dan mengetahui tentang janji-janji Perjanjian Lama terus menanti-nantikan Dia dengan kerinduan mendalam di hati mereka. Jadi, sungguh sebuah hari penuh sukacita bagi mereka ketika Maria dan Yusuf membawa Anak mereka – Yesus – ke dalam Bait Suci untuk mempersembahkan-Nya kepada Allah. Bahkan Simeon dan Hana – orang-orang di luar upacara di Bait Suci tersebut – mengenali Yesus dan berbicara mengenai apa yang akan diderita-Nya guna membawa kebebasan bagi anak-anak Allah.

Yesus adalah “Sabda yang menjadi daging” (Yoh 1:14). Dengan demikian Ia mampu membayar biaya yang terhutang yang selama itu ditanggung oleh anak-anak Allah karena ketidaktaatan mereka. Sebagai manusia, Yesus menjalani hidup manusia sepenuhnya seperti orang-orang lain. Ia mengalami godaan-godaan sama seperti yang dialami oleh kita semua. Namun karena ketaatan-Nya pada kehendak Bapa, Yesus menjadi sang Imam Besar Agung (Ibr 4:14), yang berbelas kasih dan setia bahkan sampai mati di kayu salib (bdk. Flp 2:6-11). Dengan mempersembahkan hidup-Nya yang murni-tanpa-dosa itu di atas kayu salib, Yesus meraih kemenangan atas Iblis, dan membebaskan orang-orang yang berada dalam cengkeraman Iblis sepanjang hidup mereka (Ibr 2:14-18).

Peristiwa dipersembahkannya Sang Penebus di Bait Suci sungguh merupakan satu hari yang mulia. Kita dapat membayangkan para malaikat bernyanyi bersama sang pemazmur: “Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? TUHAN semesta alam, Dia Raja Kemuliaan!” (Mzm 24:9-10).

Marilah kita semua juga membuka pintu-pintu gerbang hati kita bagi sang Raja Kemuliaan. Marilah kita menyambut Dia dan memperkenankan-Nya memurnikan diri kita dan membuat kita menjadi bejana-bejana yang berguna bagi karya Allah.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah mengutus Putera-Mu yang tunggal ke tengah dunia yang terpecah-pecah dan menyedihkan. Dengan kedatangan-Nya, kami telah menerima sukacita, pengharapan, damai-sejahtera dan penghiburan. Semoga setiap orang datang untuk menerima kenyamanan karena mengenal dan mengalami Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 2:22-40), bacalah tulisan yang berjudul “SAATNYA KITA BERTANYA KEPADA DIRI SENDIRI” (bacaan tanggal 2-2-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 13-02 PERMENUNGAN ALKITABIAH FEBRUARI 2013.

Berkaitan dengan Bacaan Injil (Luk 2:22-40), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH” (bacaan tanggal 2-1-12) dalam situs/blog PAX ET BONUM ini. Bacalah juga tulisan yang berjudul “MEMPERSIAPKAN DIRI SEPERTI SIMEON DAN HANA” (bacaan untuk tanggal 2-2-12), dalam situs/blog SANG SABDA.

Berapa umur Yesus ketika diajak ke Yerusalem?

Kejadian ini tercatat dalam Injil Lukas pasal 2 sebagai berikut: Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.

Pada usia berapakah Yesus di Bait Allah?

Jawaban: Tuhan Yesus tuhan dipersembahkan ke bait allah pada saat usia masih 40 hari.

Umur 12 sampai 30 tahun Yesus ada dimana?

Berdasarkan analisa yang sudah dipaparkan, selama 17 – 18 tahun tersebut, atau saat berusia antara 12 tahun30 tahun, Yesus tinggal bersama keluarganya di Nazareth. Ia menempuh pendidikan seperti layaknya anak-anak Yahudi dan juga membantu orang tuanya sebagai tukang kayu (carpenter).

Apakah yang terjadi ketika Yesus berusia 40 hari?

Kenaikan Yesus Kristus adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus, di mana disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.