Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa khalifah

Puncak Kejayaan Islam di Tangan Daulah Abbasiyah. | Kompas

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Page 2

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa khalifah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa khalifah

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, umat Islam mengukir prestasi yang gemilang terutama dalam bidang intelektual serta arsitekturnya. Hal ini merupakan buah hasil dari perjuangan para Khalifah yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Daulah yang berdiri setelah keruntuhan daulah Umayyah ini, mencapai popularitasnya pada zaman khalifah Harun ar Rasyid serta putranya Al Ma'mun[1]. 

Baca juga: Sejarah Kejayaan Islam di Andalusia, Spanyol

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua daam sejarah pemerintahan umat islam. Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam disebabkan beberapa faktor[2]:

  • Pendiri daulah Abbasiyah, Abdullah As-Saffah memiliki nasab lebih dekat dengan Nabi SAW
  • Bani Umayyah yang memaksakan diri untuk menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin

Awal kekhalifahan Abbasiyah menggunakan Kuffah sebagai pusat pemerintahan, kemudian pada masa Khalifah Abu Ja'far Al Mansur pusat pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Daulah Abbasiyah mengalami pergeseran dalam berbagai bidang terutama pemerintahan, sehingga masa pemerintahan yang berlangsung dapat dikelompokkan menjadi 5 periode. Sedangkan dilihat dari sejarah, Daulah yang sangat populer dengan kejayaan intelektualnya menguasai kekhalifahan selama 508 tahun dan mengalami tiga kali pergantian penguasa, Bani Abbas, Bani Buwaihi dan Bani Saljuk.[3]

Baca juga: Al-Hambra dan Napak Tilas Jasa Diplomasi Dinasti Bani Umayyah dalam Mengukir Kejayaan Islam di Tanah Eropa

Menurut Marshal G. S Hodgson karakter pemerintahan Daulah Abbasiyah yakni absolutisme, pemerintahan yang mutlak di tangan khalifah dan bersifat tidak terbatas[4]. Simbol dari absolutisme adalah adanya pengeksekusian untuk menghukum mati orang-orang ang menolak pemerintah serta kemauan khalifah yang berkuasa. Politik ini telah dijalankan oleh Dinasti Umayyah dan sistem pemerintahannya pada Dinasti Abbasiyah. Ada beberapa sistem politik yang dijalankan daulah Abbasiyah[5]:

  •  Para khalifah dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat pemerintahan diambil dari kaum mawalli
  • Kota Baghdad sebgai ibukota serta pusat pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya
  • Ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dikembangkan
  • Kebebasan berfikir sebagai hak asasi manusia

Masa Daulah Abbasiyah pada era Khalifah Harun Ar Rasyid memegang teguh dengan karakter absolutisme yang menghasilkan kekokohan dalam kekuasaannya. Sehingga tidak ada lagi bahaya serta ancaman dari berbagai kelompok serta tidak terjadi lagi pertentangan antara bangsa Arab dan Bangsa Persia[6].

Baca juga: Menyaksikan Kejayaan Islam di Istana Topkapi

REFERENSI

  1. Al-Isy, Yusuf, 2007. Dinasti Abbasiyah, trj, Arif Munandar dari judul asli Tarikh 'Ashr Al Khilafah Al Abbasiyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar
  2. Buchori,Didin Saefuddin. Sejarah Politik Islam, Pustaka Intermasa
  3. Hodgson, Marshal G. S, 1974. The Adventure of Islam, Conscience and History in a World Civilization, Chicago
  4. Karim, M. Abdul, 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
  5. Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
  6. Yatim,Badri, 2001. "Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II", Cet. XII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa khalifah

Lihat Humaniora Selengkapnya