Bagaimana manusia mengkomunikasikan buah pikirannya

Materi 1: Pengantar Filsafat (Konsep dan Teori)
Berbagai definisi filsafat ilmu (philosophy of science) dari para filsuf dapat dikutipkan sebagai berikut:

1. Robert Ackermann

Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.

2. Lewis White Beck

Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

3. Cornelius Benjamin

Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektualnya.

4. Michael V. Berry

Penelaahan tentang logika intern dari teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

5. May Brodbeck

Filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.

6. Peter Caws

Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumurnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.

7. Alfred Cyril Ewing

Filsafat ilmu biasanya diterapkan pada cabang logika yang membahas dalam suatu cara yang dikhususkan metode-metode dari ilmu-ilmu yang berlainan.

8. Antony Flew
Ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling mengesankan dari rasionalitas manusia dan merupakan salah satu dari calon yang diakui terbaik untuk pengetahuan.

9. A.R. Lacey

Study tentang bagaimana ilmu bekrja atau seharusnya bekerja. Studi ini melakukan suatu petunjuk yang layak tentang bagaimana ini seharusnya. Studi ini sering disebut metodologi, suatu istilah yang dapat juga bersifat relative, misalnya metodologi sejarah.

10. John Macmurray

Filsafat ilmu sebagai penilaian filsuf tentang ilmu itu sendiri, dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu; tetapi yang bukan sendirinya merupakan hasil-hasil penyelidikan dengan metode-metode yamg ilmu memakainya.

11. D.W Theobald

Ilmu dalam garis besarnya bersangkutan dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita diami. Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya pula bersangkutan dengan sifat dasar fakta ilmiah atau dinyatakannya secara lain, bersangkutan dengan fakta-fakta mengenai fakta-fakta tentang dunia.

12. Stephen R. Toulmin

Filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah-prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, praanggapan-praanggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.


Menurut pemahaman penulis filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Landasan (foundation) dari ilmu itu mencakup:

  • Konsep-konsep pangkal
  • Anggapan-anggapan dasar
  • Asas-asas permulaan
  • Struktur-struktur teoritis
  • Ukuran-ukuran kebenaran ilmiah

Pembagian menurut jenis memakai isi substantif dari pengetahuan ilmiah sebagai dasarnya, sedangkan pembagian menurut ragam ilmu mengacu pada salah satu sifat atributifnya yang dipilih sebagai ukuran. Biasanya dalam pembagian ilmu menurut jenis orang dapat sertamerta mengetahui secara garis besar sasaran apa saja yang termasuk dalam masing-masing rumpun atau cabang ilmu yang bersangkutan. Pembagian ilmu menurut ragamnya hanya menunjukkan suatu ciri tertentu dari segugusan pengetahuan ilmiah.

Hasil AnalisisBanyak yang mengatakan bahwa Filsafat adalah ”bapak” dari segala bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan filsafat mengkaji berbagai bidang ilmu yang ada. Bisa kita lihat dari banyaknya teori yang terdapat di atas. Filsafat terdiri dari Kata philosophy (filsafat;inggris) berasal dari kata Yunani “Philosophia” yang berarti cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan shopia (kearifan). Filsafat dapat diartikan mencintai kearifan atau kebaikan.Pada dasarya studi filsafat adalah sebuah studi tentang aktivitas piker manusia. 'setiap perilaku manusia adalah cerminan atau symbol dari aktivitas pikirnya. Sbanyak apa pola perilaku manusia, sebanyak itu pula pola piker manusia. Filsafat sebenarnya dekat dengan kita. Filsafat adalah ilmu yang membicarakan tentang suatu objek yang tidak jauh dengan kita, bahkan kita sendiri.Dalam mempelajari filsafat, proses memahami adalah suatu yang diawali dengan sikap empati, yaitu mendengarkan dengan sabar dengan begitu permasalahan akan mudah dipahami. Merupakan Filsafat memberikan dasr-dasar pemahaman tentang pengetahuan, karenanya filsafat juga merupakan suatu jenis pengetahuan yang terbuka. Maksudnya terbuka untuk dipahami, karena memang sifatnya memahamkan dan juga terbuka untuk di kritik jika ternyata tidak dapat dipahami pola pikirnya.Banyak orang menganggap bahwa filsafat adalah ilmu yang ribet karena semua permasalahan harus dibahas secara detail dan dikaji hingga akarnya. Sehingga banyak orang yang kurang tertarik dengan ilmu ini. Namun, dibalik keribetannya ilmu ini memiliki banyak keunikan. Filsafat adalah satu – satunya ilmu pengetahuan yang membahas tentang pengetahuan.

Filsafat terbagi atas beberapa pengetahuan, yaitu:

  • Pengetahuan pengalaman, dalam filsafat pengalaman itu hanya bisa dirasakan namun tidak bisa diungkapkan dengan kaata – kata. Maka akan terjadi perubahan informasi rohani yang disebut pengalaman intuitif.
  • Pengetahuan ilmiah, sesuatu dapat dikatakan ilmiah jika terdapat bukti yang akurat dan telah diteliti sebelumnya.
  • Pengetahuan agama, pengetahuan ini bersumber dari objek – objek keagamaan yang dalam agama islam terdiri dari wahyu Al – Quran dan sunnah Rasul. Pengetahuan agama dapat dihasilkan melalui proses yang kompleks dan panjang. tidak hanya memerlukan keterampilan, kemampuan, dan kecerdasan. Melainkn juga membutuhkan kearifan untuk menjalankan hukum – hukum Allah di muka bumi.

Ada banyak cara untuk memahami filsafat itu sendiri. Filsafat bahkan sering kali dipadukan dengan berbagai cabang ilmu lainnya yang hakikatnya adalah untuk memahami ilmu itu sendiri.

a) Filsafat sebagai sikap
Sebagai sikap, filsafat mengajarkan kita untuk lebih deasa dalam menyikapi berbagai hal dan permasalahan yang ada. Sikap menyelidiki secara kritis, toleran, dan bersedia meninjau ulang dengan perspktif yang berbeda.

b) Filsafat sebagai metodeAdalah cara berpikir secara efektif dan mendalam. Metode ini sangat mendalam dan menyeluruh bersifat inklusif dan synoptic (garis besar).c) Filsafat sebagai kelompok persoalan

Terkait dengan persoalan dan pertanyaan-pertanyaan filsafati. Setiap orang (filsuf) berhak menjawabnya dengan argumentsi logis dan kuat.

d) Filsafat sebagai sekelompok teori
Ini ditandai dengan pemunculan filsafat yang juga seiring dengan munculnya teori-teori besar hasil pemikiran filsuf besar semisal Aristoteles, Socrates, Plato, August Comte, Karl Marx, Thomas Aquinas, dl. Besarnya kadar subyektifitas seorang filsuf dalam memaknai filsafat membuat kita sulit menentukan sistem pemikiran baku filsafat itu sendiri.

e) Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa
Mempelajari arti dan hubungan di antara konsep dasar yang dipakai setiap ilmu. Sehingga seorang filsuf berusaha menjelaskan berdasarkan kefilssafatan secara umum dan tidak berhenti pada penjelasan khusus saja.

f) Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang meneyeluruh
Berbeda dengan ilmuwan yang memandang hanya pada satu pandangan khusus suatu keilmuan, mala filsuf melihat dunia dengan pemahaman yang menyeluruh dan total. Sehingga akan diperoleh kesimpulan-kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar alam semsta dan kedudukan manusia di dalamnya serta mencari hunbungan di antaranya.

Materi 2: Filsafat dan Ilmu KomunikasiSetiap ilmu mempunyai filsafatnya. Kita mengenal adanya filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat teknik, dan demikian pula suatu filsafat komunikasi/publisitik. Filsafat suatu ilmu merupakan landasan pemikiran dari ilmu yang bersangkutan, titik tolak ilmu itu bermaksud mencapai tujuan yaitu kebenaran. Sebenarnya setiap ilmu ditujukan pada mencapai kebenaran serta pengabdiannya kepada umat manusia, hanya cara ataupun jalan bagaimana masing-masing ilmu mencapai tujuan ini adalah berbeda-beda. Berikut sedikit penjelasan mengenai filsafat dan komunikasi menurut beberapa ahli.Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Kata ini terdiri dari kata philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu timbul usaha untuk mencapai yang dicintai atau diinginkan itu. Sophia artinya kebijaksanaan, kepandaian, atau pengertian yang mendalam. Secara sederhana, menurut arti harfiahnya, filsafat boleh diartikan: cinta kepada kebijaksanaan.

Berikut definisi filsafat menurut beberapa ahli :

1) Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).

2) Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3) Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4) Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5) Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

  • Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
  • Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
  • Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)
  • Apa itu manusia ( dijawab oleh Antropologi )

Berikut definisi Komunikasi menurut beberapa ahli :

1) Onong Uchjana Effendy mengatakan: Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)

2) Raymond Ross mengatakan: Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

3) Gerald R. Miller mengatakan: Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.

4) Everett M. Rogers mengatakan: Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

5) Lasswell (1960) mengatakan : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.

2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/ pendengar (listener) / khalayak (audience) / komunikan / penafsir/ penyandi balik (decoder).

5. With What Effect?(dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara dosen dengan mahasiswanya. Dosen sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada mahasiswanya atau komunikan. Setelah itu dosen juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media). Setelah itu dosen harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Hasil AnalisisKomunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (Pembicara) kepada komunikan (Pendengar) baik secara langsung maupun tidak langsung yang dimaksudkan untuk memberikan dampak / effect kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Yang melelui lima unsure Lasswell yakni who, says what, in which channel, to whom and with what effect.Richard Lanigan dalam bukunya berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and Commentary”membahas secara khusus “analisis filsafat mengenai komunikasi”. Richard Lanigan mengatakan bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub - bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan berikut ini :• Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)• Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)• Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)• Apakah aku benar ? (Am I right ?)

Pertanyaan – pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap : Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan Logika.

Menurut Rosengreen (1983), setidaknya ada tiga paradigma besar yang melatar belakangi perkembangan teori dan penelitian studi komunikasi, antara lain :a) Paradigma klasik—yang menyangkut positivisme dan post-positifismeParadigma klasik percaya bahwa realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perspektif positivisme dapat diartikan sebagai penyamarataan suatu ilmu dengan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan post-positifisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme.b) Paradigma kritisParadigma kritis dalam menangkap suatu hal tidak hanya mau menjelaskan,melainkan mempertimbangkan, merefleksikan, menata realitas sosial dan berfikir kritis berdasarkan teori-teori yang telah ada.c) Paradigma konstruktifis.

Paradigma konsruktifis adalah penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena yang diperhatikan.

Dari berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi. Retrokira sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek.Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah pesan. Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan.

Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk memahami komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif.

Materi 3: KebenaranBerdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:1. Tingkatan kebenaran indra adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia.2. Tingkatan ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indra, diolah pula dengan rasio.3. Tingkatan filosofis, rasio dan piker murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati leh kepribadian dengan iman dan kepercayaan.

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengarti dan memahami kebenaran, sifat aslinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.

Teori – Teori Kebenaran Menurut Filsafat1. Teori correspondence yaitu menerangkan bahwa kebenaran atau suatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju / dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.2. Teori consistency yaitu teori yang merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap reliable jika kesan – kesan yang berturut – turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.3. Teori pragmatism yaitu menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau mode molving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar – benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalandan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatism adalah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan – tuntutan lingkungan.

4. Kebenaran religius yaitu kebenaran yang hanya tak cukup diukur dengan rasio dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objektiv, universal, berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tanpa kebenaran. Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebenaran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematngn kepribadinnya.Ukuran kebenaran yaitu:1. Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran;2. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain;3. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau criteria kebenaran.Jenis – jenis kebenaran:1. Kebenaran Epistimologi (berkaitan dengan pengetahuan)2. Kebenaran Ontologis (berkaitan dengan suatu yang ada / diadakan)

3. Kebenaran Semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)

Hasil AnalisisKebenaran sangat ditentukan oleh potensi subyek kemudian tingkatan validitas. Kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan di dalam penghayatan atas sesuatu itu.Kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, peristiwa, nilai – nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum. Kebenaran itu relative terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indra , ada yang berupa ide – ide yang merupakan pemahaman potensi subjek (mental, rasio, intelektual). Substansi kebenaran adalah di dalam antar aksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya. Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing – masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.Kebenaran mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:1. Tingkat kebenaran indra, yaitu tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia.2. Tingkat ilmiah, yang di dapat melalui pengalaman – pengalaman.3. Tingkat filosofis, rasio dan piker murni, ini adalah renungan yang mendalam mengolh kebenran itu sehingga semakin tinggi nilainya.4. Tingkat religius, yaitu kebenaran mutlak dari Tuhan yang maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan iman dan kepercayaan.Terdapat banyak teori yang mnjelaskan mengenai kebenaran, diantaranya adalah: Teori korespondensi, adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan – pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi (ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori – teori empiris pengetahuan. Teori koherensi atau Konsistensi, ini adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada criteria koherenatau konsistensi. Pernyataan – pernyataan ini mengikuti atau membawa pada pernyataan yang lain. Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap bnar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan – pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55), artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika. Teori Pragmatis, adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu dalil atau teori tergantung kepada peran fungsi dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan. Teori Performatif, adalah teori yang mnyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian besar muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa – apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangan dengan bukti bukti empiris.

 Teori Konsensus, suatu teori dinyatakan benar jika itu berdasarkan pada paradigm atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigm tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai consensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigm merupakan nilai – nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama.

Materi 4 : Hakikat FilsafatHatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu ( Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, 1:3 ). Langeveld juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu ( Langeveld, Menudju ke Pemikiran Filsafat, 1961:9 ).Poedjawijatna ( Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974: 11) mendefinisikan filsafta sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bkry ( Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.Apa yang diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically ( Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3 ). D.C. Mulder ( Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966: 10 ) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya. Sementara itu pengertian khusus filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks sehingga menimbulkan berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat anatara lain: Rasionalisme yang mengagungkan akal Materialisme yang mengagungkan materi Idealisme yang mengagungkan idea Hedolisme yang mengagungkan kesenangan Stoikisme yang mengagungkan tabiat salehAliran-aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing, menekankan kepada sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus di beri tempat yang tinggi misalnya ketenangan, kesalehan, kebendaan, akal dan idea.Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti berikut:1. Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis2. Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam3. Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan4. Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi5. Filsafat adalah pandangan hidup

6. Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan memyeluruh.

Struktur FilsafatHasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul banyak sekali, dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara sistematis, itulah yang disebut sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:a) Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatub) Epistemologi cara memperoleh pengetahuan ituc) Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.

Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.

Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat Spekulatif BerfilsafatSejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:’maka kita memberi pengamatanm bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat’.Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Sifat Menyeluruh Berfikir FilsafatiSeorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya. Sifat Mendasar Berfikir FilsafatiSelain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar? Sikap Spekulatif Berfikir FilsafatiTidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?

Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian.

Hasil AnalisisFilsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta dan merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Serta membahas 3 hal penting yaitu: Tuhan (Teologi). Manusia (Humanologi).

 Alam (Kosmologi).

Ciri ilmu filsafat yang membedakan dengan ilmu lain adalah: Filsafat membahas ilmu secara sinopsis (menyeluruh). Filsafat itu mendasar (radikal) atau membahas tuntas dari awal.

 Filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran.

Ada beberapa aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti: Empirisme yaitu menekankan pada pengalaman dan penghayatannya terhadap duniadan kehidupan. Rasionalisme yaitu pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat.

 Idealisme yaitu pemikiran yang berdasarka ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.

Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat Spekulatif1. BerfilsafatSejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:’maka kita memberi pengamatanm bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat’.Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.2. Sifat Menyeluruh Berfikir FilsafatiSeorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya.3. Sifat Mendasar Berfikir FilsafatiSelain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?4. Sikap Spekulatif Berfikir FilsafatiTidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?

Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian.

Materi 5 : Tema Pokok Filsafat Komunikasi• Pemikiran – Pemikiran Filsafat Komunikasi1. Pemikiran Richard LaniganKaryanya yang berjudul ommunication Models in Philosophy, Review and commentary” membahas secara khusus analisis filsafati mengenai komunikasi. Ia mengatakan bahwa filsafat sebagai disiplin ilmu biasanya dikategorikan menjadi sub – sub bidang utama menurut justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan berikut ini: Apa yang aku ketahui? (what do I know?) Bagaimana aku mengetahuinya? (how do I know it?) Apakah aku yakin? (am I sure?) Apakah ak benar? (Am I right?)Pertanyaan – pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap: Metafisika, adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal – hal sebagai berikut:1. Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;2. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;3. Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujus S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.Objek metafisika menurut Aristoteles, yakni: Ada sebagai yang ada, ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni – murninya, bahwa suatu benda itu sungguh – sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau tidak dapat diserapnya oleh panca indra. Metafisika disebut juga ontology. Epistimologi, merupakan cabang ilmu yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia ( a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).Epistimologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamentallagi bersangkutan dengan criteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi. Aksiologi, asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistimologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan denga nilai – nilai seperti etika, estetika, atau agama. Logika, berkaitan dengan telaah terhadap asas – asas dan metode penalaran secarabenar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.2. Pemikiran Stephen Little JohnPenelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan menjaga tiga tahap dan empat tema: Tahap Metatheoritical; meta mempunyai beberapa pengertian yaitu berubah dala posisi (chabged in position); di sebrang, di luar atau melebihi (beyond); di luar pengertian dan pengalaman manusia (transcending); lebih tinggi (higher). Teori menurut Wibur Schramm adalah “suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan dari padanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”. Tahap hipotetikal, adalah tahap teori di mana tampak gambaran realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan. Tahap deskriptif, tahap ini meliputi pernyataan – pernyataan actual mengenai kegiatan dan penemuat – penemuan yang berkaitan denganya.Empat tema yang dimaksud adalah: Tema epistemology (pertanyaan mengenai pengetahuan), adalah cabang filsafat yang mnyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia. Tema Ontology (pertanyaan mengenai eksistensi), adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud (nature of being) atau sifat fenomena yang ingin kita ketahui, dalam sosiologi berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Tema perspective (pertanyaan mengenai focus), suatu teori terdapat pada fokusnya. Perspektif berkorelasi dengan epistemology dan ontology disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perspektif teori. Teori komunikasi menyejikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang. Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan focus dan apa yang akan ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang diamati.

 Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai), yaitu cabang filsafat yang mengkaji nilai – nilai.

Materi 6: Manusia Sebagai Makhluk SosialKata ‘Makhluk Sosial’ mungkin sudahlah tidak asing di telinga kita. Pada saat proses kelahiran kita pun, tak lepas dari kalimat ini. Ialah dimana saat kita dilahirkan oleh ibu kita, dan pada saat itulah kita membutuhkan sosok seorang ibu untuk memperkenalkan dunia baru tersebut kepada kita. Setelah lahirnya sang anak ke dunia, orang tua lah (ibu) yang senantiasa berperan dalam proses pengenalan dunia barunya. Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan sesamanya.Secara garis besar diatas adalah merupakan suatu contoh perwujudan kita sebagai makhluk sosial.Dan pengertian makhluk sosial adalah sebagai berikut, dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan menjadi makhluk sosial yang tak pernah lepas dari bantuan orang lain. Oleh karena manusia hidup sebagai mahkluk sosial itulah, disadari maupun tidak, manusia cenderung hidup berkelompok dengan tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan mereka masing-masing.Dalam tujuannya meningkatkan taraf kesejahteraan dan kehidupan manusia, mereka cenderung hidup berkelompok yakni misalnya untuk mewujudkan kebutuhan sosialnya, terciptanya keamanan, ketertiban, keadilan, kenyamanan, kerjasama dan lain sebagainya. Dalam kehidupan berkelompok pula, manusia relatif tidak berorganisasi namun semua itu terjadi secara spontan untuk hidup berkelompok.Tidak mungkinlah manusia mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam contoh lain, saat kita telah tiada di dunia (meninggal), kitapun tentu saja membutuhkan bantuan orang lain untuk menguburkan jenazah kita. Dari berbagai contoh diatas yang telah dipaparkan, sehingga kita disebutlah manusia sebagai makhluk sosial.Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia kawan, rasa toleransi, simpati dan juga empati terhadap sesamanya. Keadaan inilah yang dapat menjadikan suatu masyarakat yang baik, harmonis dan rukun, hingga saat berinteraksi itulah mengharuskan terciptanya norma dan etika yang harus dijaga selama proses berinteraksi dengan sesamanya. Bila dalam proses tersebut kita melanggar norma-norma dan etika kesopan santunan, maka akan timbulah penyimpangan-penyimpangan sosial.Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 harkat, yakni:1. Keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (masyarakat) Dalam keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (bermasyarakat), manusia cenderung untuk memenuhi tujuan hidupnya dalam menyejahterakan kehidupannya, misalnya saja dalam hal untuk mewujudkan suatu keamanan dalam suatu tempat tinggal dan dalam berbagai hal lainnya yang tak luput dengan membutuhkan bantuan orang lain.2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam hal pangan dan lain sebagainya, manusia sebagai makhluk sosial cenderung pula berkeinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Manusia mencoba untuk memahami bagaimana suatu sumber daya alam dapat menghasilkan suatu produk untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia tersebut, sehingga dalam proses inilah diperlukannya suatu bentuk interaksi dengan alam sekitar.Adapun faktor yang akan mempengaruhi manusia dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesamanya, yakni faktor intern (dalam) dan faktor ekstern (luar).Faktor intern :a) Sikap dan gaya hidupb) Selerac) Pendapatan

d) Intensitas kebutuhan

Faktor Ekstern :a) Lingkunganb) Adat istiadatc) Kebijakan Pemerintahd) Mode/ Trende) Kemajuan teknologi dan kebudayaanf) Keadaan alam

Dari berbagai faktor diatas itulah, maka kita tak akan lepas dari interaksi sesama yang menyebabkan manusia disebut makhluk sosial.

Hasil Analisis
Tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk yang sudah dikodratkan menjadi makhluk sosial yang setiap harinya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai cirri – cirri sebagai berikut:

a) Berusaha mengendalikan diriManusia bertindak dan bersikap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Supaya tidak terjadi pelanggaran nilai dan norma di dalam masyarakat terdapat pengawasan sosial dan tekanan sosial. Karena dengan adanya pengawasan dan tekanan sosial, setiap manusia berusaha melaksanakan pengendalian diri. (sumber : LKS IPS ekonomi).b) Senang bekerja sama dan saling menolong dengan sesama anggota masyarakat lainyaSebagai makhluk sosial yang bermoral manusia memerlukan kerjasama dan saling menolong dengan sesama anggota masyarakat lainya. Manusia dalam mencapai tujuan hidupnya, tak mungkin tanpa bekerja sama dengan orang lain.Jadi manusia sebagaimakhluk sosial artinya Manusia merupakan makhluk bermasyarakat yang mematuhi nilai nilai, norma, budaya dan menjunjung tinggi kerja sama. Untuk itulah manusia disebut sebagai Homo Homini Socius yang artinya manusia sebagai kawan bagi sesamanya.Menurut Aristoteles seorang filsuf Yunani dalam bukunya yang berjudul politica menyebutkan manusia sebagai zoon politicon , Apa arti dari Zoon Politicon ? Zoon politicon berarti Makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama sama dalam satu kelompok masyarakat. Para ahli juga sering menyebut bahwa manusia sebagai Social Animal (Hewan Sosial). Manusia adalah hewan yang mempunyai naluri untuk hidup bersama. Naluri atau dorongan untuk hiduo bersama sama dalam masyarakat disebut gregoriousness.

Masyarakat Indonesia memiliki budaya kerja sama yang melekat sejak dahulu. Budaya kersa sama ini perlu dilestarikan dalam kehidupan sehari harinya sebagai salah satu perwujudan kesatuan dan persatuan untuk memenuhi kebutuhan hidup berasama di berbagai bidang.

Karakteristik manusia sebagai makhluk sosialTelah berabad – abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsure – unsure keharusan biologis, yang terdiri dari:a. Dorongan untuk makanb. Dorongan untuk mempertahankan diric. Dorongan untuk melangsungkan jenisDari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebgai seorang makhluk sosial dimana antar indivisu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran manusia sebagai makhluk sosial. Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari: Penerimaan bentuk – bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk – bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

 Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien. Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi di dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri melalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.Yang menjadi cirri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial di dalam hubunganna dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia lainnya. Secara garis besar factor – factor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal, yakni:1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana berinteraksi satu sama lain.2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia manjalankan perannya dengan menggunakan symbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui mediaum kehidupan menifestasi manusia sebagai makhluk sosial, Nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Sumber :1. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%206/HinoTamashi%20%28Alfandy%20Sulaiman%20Barkah%29.htm2. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%204/Hakikat%20Pengetahuan%20filsafat.htm3. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%203/ALFY%27S%20BLOG%20%20TEORI-TEORI%20KEBENARAN%20%28KORESPONDENSI,%20KOHERENSI%20&%20PRAGMATIS%29.htm4. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%202/Donaheli%20%20%20FILSAFAT%20KOMUNIKASI.htm5. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%202/ILADIENA%20ZULFA%20%20Filsafat%20dan%20Perkembangan%20Ilmu%20Komunikasi.htm6. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%202/Filsafat%20komunikasi%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm7. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%202/Filsafat%20komunikasi%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm8. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%201/blog_bogs%20%20Pengantar%20Filsafat%20Ilmu.htm9. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%203/TEORI%20KEBENARAN%20DALAM%20PERSPEKTIF%20FILSAFAT%20ILMU%20_%20FILSAFAT%20ILMU.htm

10. file:///D:/KAMPUS/Komunikasi/filsafat/materi%204/Elham%20Cahyantoro%20%20HAKEKAT%20FILSAFAT.htm