Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Oleh:

Cahyadi Kurniawan Kijing-kijing atau batu penutup makam bekas pemakaman umum bermunculan lagi di lokasi genangan Waduk Gajah Mungkur yang mengering di Dusun Pondok, Desa Sumberejo, Wuryantoro, Sabtu (14/9/2019)./JIBI-Solopos

Bisnis.com, WONOGIRI — Volume air di lahan genangan Waduk Gajah Wonogiri terus menyusut seiring dengan musim kemarau yang tidak kunjung berakhir.

Kawasan genangan yang mengering itu menampakkan pemandangan sekaligus kenangan akan masa-masa ketika waduk itu belum dibangun. Ada jalan yang bisa dilintasi dan memperpendek jarak antara Eromoko—Baturetno.

Tak hanya itu, surutnya air waduk tersebut juga memperlihatkan lagi bekas perkampungan yang ditenggelamkan termasuk bekas kuburan. Bekas kuburan bisa ditemui di banyak lokasi genangan mulai dari Wuryantoro, Baturetno, hingga Nguntoronadi yang terkenal dengan sebutan Betal Lawas.

Baca Juga : NOSTALGIA GAJAH MUNGKUR, Jembatan Bawah Waduk Muncul Kembali

Pantauan Solopos.com di salah satu lokasi bekas makam di Kecamatan Wuryantoro, Sabtu (14/9/2019), lokasi makam itu cukup mudah dijangkau. Dari perempatan Pasar Wuryantoro masuk ke jalan samping pasar ke selatan.

Jalannya cukup lebar dan penuh batuan sisa aspal yang remuk. Sampai di sana, terdapat bekas jembatan sungai yang menjadi batas Kelurahan Wuryantoro dengan Desa Sumberejo sebelum waduk dibangun.

Sampai di ujung, pemandangan dasar waduk yang mengering menjelma menjadi hamparan lahan padi dan jagung yang menghijau. Di sela-sela pemandangan itu terlihat sumur-sumur bekas milik warga.

Baca Juga : Musim Kemarau: Debit Air Waduk di Jateng Susut 24 persen

Semakin jauh masuk ke lahan genangan yang surut itu tampaklah bekas makam di Dusun Pondok, Kelurahan Wuryantoro. Saat itu, Pondok menjadi bagian dari Wuryantoro.

Kini, wilayah itu masuk ke Desa Sumberejo. Namun, proyek Waduk Gajah Mungkur menenggelamkan dusun itu. Setengah warganya ikut transmigrasi dan sisanya memilih bergeser 3 kilometer ke kampung sebelahnya.

Nama kampung itu Dusun Pondoksari, Desa Sumberejo, Wuryantoro. “Dulu simbah-simbah saya sempat dimakamkan di sana, tapi sama keluarga terus dipindah ke pemakaman baru sekitar 1 kilometer lebih dari lokasi makam ini. Pemindahan itu karena ada proyek waduk,” kenang Sudiyatmo, 52, warga Pondoksari, Sumberejo, Wuryantoro, saat ditemui Solopos.com, Sabtu (14/9/2019).

Dia menerangkan bahwa di dekat permakaman Pondoksari masih ada beberapa makam lain yang berdekatan. Hal itu lantaran kawasan itu dulunya bekas perkampungan. Saat kemarau, makam itu biasanya muncul ke permukaan.

Kondisinya beragam ada yang masih utuh ada pula yang tinggal batu-batu nisan berserakan. “Sangat jarang ada keluarga yang ziarah ke sini. Mungkin sudah pada transmigrasi. Sebagian makam juga ada yang dipindahkan meski ada pula yang dibiarkan,” ujar Sudiyatmo.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Source: Solopos

Editor: Zufrizal

WONOGIRI, KOMPAS.com – Waduk Gajah Mungkur surut pada akhir musim kemarau pada bulan September 2019 ini. Surutnya waduk ini ternyata memunculkan kembali kenangan permukiman masa lalu yang pernah ada di sana.

Memang sebelum Waduk Gajah Mungkur ada, wilayahnya merupakan kawasan permukiman yang terdiri dari tujuh kecamatan, yakni Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.

Baca juga: Waduk Gajah Mungkur Surut, Makam Hingga Jembatan Lawas Muncul Kembali

Hal itu memang benar adanya. Saat KompasTravel menyusuri dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut di Kecamatan Wuryantoro Hari Minggu (8/9/2019) lalu, tampak beberapa peninggalan permukiman masa lalu di sana.

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau
Lihat Foto

KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA

Bagian Waduk Gajah Mungkur yang surut di musim kemarau. Terdapat beberapa peninggalan masa lalu seperti jembatan, sumur, hingga fondasi bagunan lawas yang bisa ditemukan di sekitar lingkaran.

Akses menuju dasar Waduk Gajah Mungkur yang KompasTravel lewati adalah dari Pasar Wuryantoro ke arah selatan. Jika musim kemarau, jalan itu akan mencapai dasar waduk yang surut. Sebaliknya jika musim hujan, jalan akan terputus oleh air waduk.

Peninggalan infrastruktur hingga permukiman

KompasTravel menemukan peninggalan infrastruktur berupa jalan hingga jembatan yang dulu merupakan jalan utama Wonogiri menuju Kecamatan Pracimantoro. Masih tampak sisa aspal dan jembatan yang bahkan bisa dilalui kendaraan.

Sementara itu, tampak pula beberapa peninggalan permukiman masa lalu yang telah ditinggalkan sekitar 39 tahun yang lalu.

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau
Lihat Foto

KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA

Makam lawas yang muncul kembali saat Waduk Gajah Mungkur Surut. (8/9/2019)

Peninggalan masa lalu itu beragam berupa fondasi rumah, bekas tiang rumah, sumur, hingga makam. Meski demikian, keberadaannya sudah tidak lagi utuh karena senantiasa tergerus oleh air waduk saat musim hujan.

Selebihnya dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut dimanfaatkan oleh warga masyarakat untuk menanam padi karena kondisinya yang masih cukup basah. Bagian yang tidak menjadi sawah juga berubah menjadi padang rumput hijau yang menyegarkan mata.

Saksi hidup saat Waduk Gajah Mungkur merupakan permukiman

Ternyata masyarakat yang menanam padi di areal persawahan tersebut beberapa di antaranya dulu merupakan warga permukiman yang terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur.

KompasTravel bertemu dengan seorang warga bernama Darti yang dulunya merupakan warga Desa Pondok Sari. Kini desa itu sudah tidak ada karena menjadi bagian Waduk Gajah Mungkur. Kini, ia merupakan warga Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri.

Baca juga: Wisata Wonogiri, Bersantai di Pantai Sembukan yang Masih Sepi

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau
Lihat Foto

KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA

Makam Lawas yang Muncul Kembali saat Waduk Gajah Mungkur Surut (28/9/2018).

WONOGIRI, KOMPAS.com – Waduk Gajah Mungkur merupakan salah satu ikon Kabupaten Wonogiri. Waduk ini membentang seluas sekitar 8.800 hektar yang mencakup tujuh kecamatan, yakni Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.

Waduk Gajah Mungkur berada sekitar 6 kilometer sebelah selatan Kota Wonogiri. Waduk besar ini biasanya terlihat saat perjalanan dari Kota Wonogiri menuju Kecamatan Pracimantoro atau Baturetno.

Baca juga: Pesona “Sunrise” di Watu Cenik Wonogiri yang Bisa Membuatmu Terpana

Selain bermanfaat untuk pengendali banjir, pertanian, perikanan, hingga wisata, Waduk Gajah Mungkur juga bersejarah. Pembangunan waduk yang dimulai tahun 1976 silam ini menenggelamkan kawasan permukiman di tujuh kecamatan.

Masyarakat terdampak pun banyak yang direlokasi melalui transmigrasi bedhol desa ke beberapa wilayah di Sumatera.

Namun meski sudah ditinggalkan sejak sekitar 39 tahun yang lalu, sisa permukiman masa lalu di Waduk Gajah Mungkur masih bisa dijumpai hingga kini.

Saat musim kemarau, debit air Waduk Gajah Mungkur akan berkurang. Hal itu ternyata membuat beberapa peninggalan permukiman masa lalu di sana kembali terlihat.

KompasTravel mencoba untuk menelusuri peninggalan masa lalu yang tampak kembali saat Waduk Gajah Mungkur surut pada Hari Minggu sore (8/9/2019) di Kecamatan Wuryantoro.

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau
Lihat Foto

KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA

Bagian Waduk Gajah Mungkur yang surut di musim kemarau. Terdapat beberapa peninggalan masa lalu seperti jembatan, sumur, hingga fondasi bagunan lawas yang bisa ditemukan di sekitar lingkaran.

Akses jalan menuju waduk yang KompasTravel gunakan ada di sebelah timur Pasar Wuryantoro. Jalan itu mengarah ke selatan yang nantinya akan menuju kawasan Waduk Gajah Mungkur.

Saat puncak musim hujan, jalan tersebut akan langsung mengarah ke air waduk. Jalan pun seolah terputus oleh air.

Sementara ujung jalan satunya ada di sisi Selatan waduk yang terhalang oleh Waduk Gajah Mungkur.

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau

Bagaimana kondisi Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau
Lihat Foto

Google Maps

Tangkapan layar Google Maps tentang kondisi jalan sebelah timur Pasar Wuryantoro yang langsung mengarah ke Waduk Gajah Mungkur pada musim hujan. Foto diambil Mei 2015.