Bagaimana Anda telah mengembangkan dan menggunakan karunia Roh Kudus itu

Sebagai orang percaya, tentu sangat penting bagi kita memahami apa saja tujuan karunia Roh Kudus yang diberikan Tuhan. Namun hal ini sebaiknya diawali dengan pemahaman akan Roh Kudus itu sendiri. Karena masih banyak jemaat Tuhan yang belum memahami benar tentang Roh Kudus dan manifestasinya dalam kehidupan sebagai umatNya.

Karunia Roh Kudus merupakan karunia yang diturunkan Allah sendiri. Sesuai dengan firmanNya bahwa Allah akan senantiasa menyertai kita hingga akhir jaman. Dan salah satu bentuk atau manifestasi penyertaan Tuhan di kehidupan kita tentunya melalui kehadiran Roh Kudus. Namun sayangnya, masih banyak dari jemaatNya yang kurang peka akan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari sehingga seolah-olah tidak menghiraukan kehadiran Tuhan melalui perantara Roh Kudus yang berbicara dalam nurani kita. Oleh karena itu sangat penting memahami apa saja tujuan karunia Roh Kudus seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Peka Rohani

Salah satu tujuan Allah dalam memberikan karunia Roh Kudus yaitu untuk membawa umatNya supaya lebih peka rohani. Karena di sinilah cara bersekutu dengan Roh Kudus dalam kehidupan kita sehari-hari untuk menyatakan mana kebenaran dan mana yang tidak. Dengan bantuan Roh Kudus maka hati kita dapat lebih peka akan suara Allah dan kehendakNya dalam hidup kita.

2. Dekat Dengan Allah

Roh Kudus akan senantiasa menuntun kita untuk makin dekat dengan Allah. Jika kita mengikuti apa saja peranan Roh Kudus dalam gereja, maka kehidupan kita akan semakin menyerupai Allah. Dengan demikian secara tidak langsung hidup kita akan selalu dekat dengan Allah.

3. Buah Roh

Peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya juga membantu umatNya untuk tetap berbuah, terutama buah-buah Roh. Entah itu kasih, sukacita, damai sejahtera, sabar, baik, murah hati dan setia. Inilah peranan Allah melalui perantaraan Roh Kudus untuk membawa kita tetap berbuah di dalam Dia.

4. Kesetiaan

Tujuan karunia Roh Kudus termasuk juga untuk membuktikan kesetiaan Allah pada umatNya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Tuhan berjanji untuk selalu hadir bersama umatNya. Kata hadir inilah yang dinyatakan dalam perantaraan ciri-ciri orang yang dipenuhi Roh Kudus. Karena Allah yang maha hadir akan selalu menyertai dalam bentuk karunia Roh Kudus yang Dia nyatakan.

5. Memperdalam Iman

Senantiasa bersandar pada Roh Kudus dalam kehidupan akan membawa kita untuk lebih dekat dan makin dalam iman percaya kita. Saat kita setia pada Allah dan mau mendengarkan Roh Kudus yang disertakan dalam hati kita, maka iman percaya kita pada Allah akan makin bertambah. Semakin kita peka mendengar suara Allah, semakin iman kita bertumbuh juga di dalam Allah.

6. Ketaatan

Roh Kudus juga membawa kita kepada ketaatan akan firman Allah. Sehingga segala yang Allah nyatakan dalam firmanNya dapat menjadi nyata melalui hidup dan perilaku kita setiap harinya.

7. Keselamatan

Dengan cara menerima babtisan Roh Kudus, maka kita akan lebih memaknai keselamatan yang telah diberikan Allah. Karena hanya umat yang diselamatkan yang akan terus disertai olehNya melalui perantaraan Roh Kudus hingga Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya nanti.

Itulah beberapa tujuan karunia Roh Kudus yang dimaksudkan Allah kepada umatNya. Dengan memahami apa saja tujuan Roh Kudus di hidup kita, maka akan lebih mudah bagi kita jemaatNya untuk berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Sehingga hidup kita makin berbuah dan makin mencerminkan Allah. Dengan demikian maka perilaku kita sehari-hari juga makin menyerupai Allah sendiri. Amin.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Jawaban

Melalui Roma 12:3-8 dan 1 Korintus 12, Paulus amat jelas menyatakan bahwa setiap orang Kristen diberi karunia Roh, sesuai dengan kehendak Tuhan. Karunia-karunia Roh diberikan dengan tujuan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7; 14:12). Kapan saat yang tepat ketika karunia ini diberikan tidak secara khusus disebutkan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa karunia Roh diberikan pada saat kelahiran rohani; saat keselamatan dianugerahkan. Namun, ada beberapa ayat yang mengindikasikan bahwa Allah juga memberi karunia Roh itu di kemudian hari. Baik di 1 Timotius 4:14 dan 2 Timotius 1:6, Paulus merujuk pada “karunia” yang Timotius terima “oleh nubuat” pada saat dia ditahbiskan. Kemungkinan, ini mengindikasikan bahwa salah seorang penatua pada penahbisan Timotius berbicara, di bawah kuasa Allah, mengenai karunia rohani yang akan diberikan kepada Timotius untuk mendukung pelayanannya di kemudian hari. Melalui 1 Korintus 12:28-31 dan 1 Korintus 14:12-13, kita juga diberitahu bahwa Allah-lah, dan bukannya kita, yang memilih karunia. Ayat-ayat ini juga mengindikasikan bahwa tidak semua orang akan memiliki karunia tertentu. Paulus memberitahukan jemaat di Korintus jika mereka menginginkan karunia rohani, mereka harus menyingkirkan ketakjuban mereka kepada karunia-karunia yang “spektakular” atau “yang dapat dipamerkan”, dan bertekun mencari karunia-karunia yang membangun, seperti bernubuat; supaya bisa menyampaikan Firman Tuhan untuk membangun orang lain. Mengapa Paulus memberitahu mereka mencari karunia-karunia “terbaik” kalau mereka sudah mendapatkan segala yang mereka bisa dapatkan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan karunia-karunia yang “terbaik” ini? Ini membawa kita kepada keyakinan: bahwa sama seperti Salomo meminta hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin yang baik dari umat Allah, maka Allah juga akan memberi kita karunia-karunia yang dibutuhkan untuk kebaikan gereja. Perlu ditekankan bahwa karunia-karunia ini dibagikan menurut kebijaksanaan Allah, bukan karena permintaan dari kita. Kalau setiap orang di Korintus menginginkan karunia tertentu, seperti misalnya bernubuat, Allah tidak akan memberi setiap orang karunia itu, hanya karena mereka betul-betul menginginkannya. Mengapa? Di mana jadinya orang-orang lain yang dibutuhkan untuk melayani dalam peranan lain dalam tubuh Kristus? Ada satu hal yang amat jelas, perintah Allah juga diikuti pemberian kemampuan dari Allah untuk melaksanakannya. Jika Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, misalnya bersaksi, mengasihi yang tidak dapat dikasihi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan, Dia akan memampukan kita melakukan itu. Sebagian orang mungkin tidak punya “karunia” untuk menginjili misalnya, namun Allah memerintahkan semua orang Kristen untuk bersaksi dan memuridkan (Matius 28:18-20; Kisah 1:8). Kita semua dipanggil untuk menginjili, baik memiliki karunia penginjilan atau tidak. Orang Kristen yang punya tekad yang mau terus berusaha setelah mempelajari Firman Allah dan mengembangkan kemampuannya untuk mengajar, akan menjadi guru yang lebih baik dari orang yang memiliki karunia untuk mengajar tapi mengabaikan karunia itu. Sebagai kesimpulan, apakah karunia rohani diberikan kepada kita saat kita menerima Kristus, atau kita mendapatkannya melalui hidup bersama Allah? Jawabannya: kedua-duanya. Biasanya karunia rohani diberikan pada saat seseorang diselamatkan, namun juga dapat diperoleh melalui pertumbuhan rohani. Apakah keinginan hati Anda dapat diperjuangkan dan dikembangkan menjadi karunia rohani? Dapatkah Anda mengejar karunia rohani tertentu? 1 Korintus 12:31 nampaknya mengindikasikan bahwa hal itu memungkinkan jika “dengan sungguh-sungguh menginginkan karunia yang terbaik.” Anda boleh minta dari Allah karunia rohani tertentu dan dengan giat mengejarnya dengan berusaha berkembang dalam bidang itu. Pada saat bersamaan, kalau itu bukan kehendak Allah, Anda tidak akan mendapatkannya, sekeras apapun Anda mengejarnya. Allah Maha Bijak dan Tahu karunia apa yang paling tepat bagi Anda dalam kerajaanNya. Seberapapun hebatnya Anda dalam karunia yang Anda miliki, kita semua dipanggil untuk mengembangkan bidang-bidang yang dicantumkan dalam daftar karunia rohani … menunjukkan keramahan, kemurahan, melayani satu dengan yang lain, mengabarkan Injil, dan sebagainya. Saat kita berusaha melayaniNya karena kasih, demi membangun orang lain bagi kemuliaanNya, Dia akan memuliakan namaNya, menumbuhkan gerejaNya dan memberi kita pahala (1 Korintus 3:5-8, 12:31-14:1). Allah berjanji bahwa ketika kita menjadikan Dia sebagai kesenangan kita, Dia akan mengabulkan keinginan hati kita (Mazmur 37:4-5). Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan kita untuk melayani Dia dengan cara yang dapat memberi kita makna dan kepuasan.

English

Kita perlu membedakan antara karunia- karunia Roh Kudus, dengan karunia- karunia karisma Roh Kudus.

1. Karunia- karunia Roh Kudus

Karunia- karunia Roh Kudus, itu ada tujuh, seperti yang disebut dalam Yes 11:2-3. Ketujuh karunia ini diberikan kepada kita pada waktu Pembaptisan, di mana melaluinya kita menerima Roh Kudus, dan mengambil bagian dalam hidup di dalam Kristus, yang memampukan kita untuk hidup sebagai anak- anak angkat Allah. Karunia- karunia ini kemudian menerima pertambahannya oleh karena rahmat Allah yang diberikan melalui sakramen- sakramen selanjutnya, terutama Krisma (Penguatan) dan Ekaristi, dan juga dalam doa- doa, permenungan akan Sabda Allah, dan juga melalui persekutuan doa di dalam komunitas umat beriman, seperti dalam acara SHBDR (Seminar Hidup Baru dalam Roh Kudus).

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan tentang karunia- karunia Roh Kudus, sebagai berikut:

KGK 1830 Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus. Karunia ini merupakan sikap yang tetap, yang mencondongkan manusia, supaya mengikuti dorongan Roh Kudus.

KGK 1831 Ketujuh karunia Roh Kudus adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengetahuan, kesalehan, dan rasa takut akan Allah. Dalam seluruh kepenuhannya mereka adalah milik Kristus, Putera Daud (Bdk. Yes 1-2). Mereka melengkapkan dan menyempurnakan kebajikan dari mereka yang menerimanya. Mereka membuat umat beriman siap mematuhi ilham ilahi dengan sukarela. “Kiranya Roh-Mu yang baik menuntun aku di tanah yang rata” (Mzm 143:10).

“Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah … Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris; kita adalah ahli waris Allah dan rekan ahli waris Kristus” (Rm 8:14.17).

Jadi Katekismus mengajarkan bahwa karunia- karunia Roh Kudus membantu kita untuk menaati dorongan ilahi dalam diri kita, agar kita dapat hidup sebagai anak- anak Allah.

2. Manfaat karunia- karunia Roh Kudus: untuk menjadikan kita bahagia

Maka benar, bahwa jika Allah memberi karunia, pasti ada manfaatnya. Karunia- karunia Roh Kudus dimaksudkan Allah untuk menguduskan kita supaya kita dapat mencapai kebahagiaan yang sejati, yaitu kebahagiaan menurut Tuhan, dan bukan menurut manusia.

St. Agustinus dalam penjelasannya tentang khotbah di bukit (Delapan Sabda Bahagia) menghubungkan antara ketujuh karunia Roh Kudus (Yes 11:2-3) dengan ketujuh Sabda Bahagia tersebut (Mat 5:3-9), hanya urutannya terbalik. Nabi Yesaya menyebutkan karunia itu dengan urutan mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling sederhana, sedangkan Tuhan Yesus memberikan Sabda Bahagia mulai dari urutan yang paling sederhana sampai kepada yang paling tinggi. Dari tiap- tiap pasangannya, karunia Roh Kudus merupakan cara untuk mencapai Sabda Bahagia tersebut.

Demikian sekilas kutipan dari pengajaran St. Agustinus:

“Oleh karena itu, kelihatannya bagiku bahwa ketujuh karunia Roh Kudus yang disebutkan oleh Nabi Yesaya bertepatan dengan urutan- urutan ini. Namun demikian, urutannya berbeda. Di Kitab Yesaya, urutan bermula dari yang tertinggi, sedangkan dalam Sabda Bahagia, urutan dimulai dari yang ter-rendah. Dari Yesaya, dimulai dari karunia hikmat kebijaksanaan dan berakhir dengan karunia takut akan Tuhan. Tetapi ‘takut akan Allah adalah permulaan hikmat’. Maka, jika kita menanjak selangkah demi selangkah…., tingkatan pertama adalah takut akan Tuhan, kedua adalah kesalehan, ketiga adalah pengetahuan, keempat adalah keperkasaan, kelima adalah nasihat, keenam adalah pengertian dan ketujuh adalah kebijaksanaan. Takut akan Tuhan berkaitan dengan orang- orang yang rendah hati, yang kepadanya dikatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.” Ini maksudnya: Berbahagialah mereka yang tidak meninggikan diri, tidak sombong… jangan memuliakan diri sendiri. Kesalehan berkaitan dengan mereka yang lemah lembut, sebab jika seseorang dengan saleh menelaah Kitab Suci, dan tidak menyalahkan sesuatu hal yang belum ia pahami, ia menghormati Kitab Suci dan tidak melawannya. Ini adalah kelemahlembutan…. Pengetahuan berkaitan dengan mereka yang berduka cita. Orang-orang yang berduka adalah mereka yang setelah mempelajari Kitab Suci, menjadi paham akan betapa mereka telah dihindarkan dari kejahatan- kejahatan, yaitu segala kejahatan yang dulunya mereka pandang sebagai sesuatu yang baik dan berguna…. Keperkasaan berkaitan dengan mereka yang lapar dan haus, sebab mereka bekerja sambil menginginkan kegembiraan di dalam hal- hal yang sungguh- sungguh baik, dan mereka rindu untuk mengalihkan cinta mereka dari hal- hal yang sifatnya duniawi dan sementara…. Nasihat berkaitan dengan mereka yang berbelas kasihan, sebab satu- satunya obat untuk melepaskan diri dari kejahatan yang besar adalah untuk mengampuni seperti kita sendiri ingin diampuni dan untuk membantu orang lain ketika kita mampu, sama seperti kita ingin dibantu pada saat kekuatan kita sendiri tidak cukup …. Pengertian berkaitan dengan hati yang murni; ini berhubungan dengan mereka yang mempunyai mata yang bersih,….yang olehnya dapat dilihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata, apa yang tidak dapat didengar oleh telinga, dan apa yang tak pernah terpikirkan dalam hati manusia (lih. 1 Kor 2:9)…. Kebijaksanaan berkaitan dengan para pembawa damai, sebab dengan pembawa damai segala sesuatu diletakkan dalam tempatnya yang layak, dan tak ada keinginan/ hasrat yang membangkang terhadap akal budi tetapi segalanya tunduk kepada roh manusia, sebab roh taat kepada Tuhan.” ((St. Augustine, Commentary on the Lord’s Sermon on the Mount, 1,4,11, trans. by Denis Kavanagh (Washington, DC: Catholic University of America Press, 1951), p.27-28))

Kaitan antara karunia Roh Kudus dengan Sabda Bahagia ini menunjukkan kepada kita bahwa maksud karunia Roh Kudus ini diberikan adalah supaya kita yang menerimanya mencapai kebahagiaan sejati.

3. Karunia- karunia karisma Roh Kudus.

Selain karunia- karunia Roh Kudus yang pertama- tama ditujukan untuk menguduskan diri orang yang menerimanya, ada juga yang disebut sebagai karunia- karunia karisma Roh Kudus, yang bertujuan untuk menguduskan jemaat/ Gereja (lih. 1 Kor 14:12). Karunia- karunia karisma ini dijelaskan oleh Rasul Paulus secara khusus di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus yaitu 1 Kor 12 dan 1 Kor 14. Di 1 Kor 12:8-10 dikatakan bahwa karunia- karunia karisma itu adalah: berkata- kata dengan hikmat, berkata- kata dengan pengetahuan, iman, karunia untuk menyembuhkan, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia nubuat, membeda- bedakan roh, berkata- kata dengan bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh. Di 1 Kor 12:28, mungkin lebih jelas menurut urutannya, yaitu, yang tertinggi/ pertama adalah karunia sebagai rasul, sebagai nabi, sebagai pengajar, karunia melakukan mujizat, menyembuhkan, melayani, memimpin, dan untuk berkata- kata dalam bahasa roh. [Itulah sebabnya Gereja Katolik mengajarkan bahwa penilaian akan otentisitas suatu karunia karisma dan pengaturan-nya harus tunduk kepada karisma apostolik/ rasuli yang diberikan kepada Magisterium Gereja, agar karunia tersebut dapat diberdayakan di dalam kesatuan seluruh Gereja– (lihat Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)]. Di 1 Kor 14 kembali Rasul Paulus menyebutkan adanya karunia berkata- kata dalam bahasa roh, namun ia mengajarkan bahwa yang lebih penting adalah karunia untuk menafsirkannya (lih. 1 Kor 14:5,13) dan karunia nubuat untuk membangun, menasihati dan menghibur jemaat (lih. 1 Kor 14:3).

Menarik di sini untuk disimak bahwa antara 1 Kor 12 dan 1 Kor 14 adalah 1 Kor 13 yang mengajarkan tentang Kasih.  Jangan dilupakan bahwa Roh Kudus itu adalah Roh Kasih Allah Bapa dan Allah Putera. Sebab hubungan kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera menghembuskan Roh Kudus. Kasih adalah hakekat Allah, Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8), dan Roh Kudus adalah Roh Kasih itu. Maka, Nampaknya bukan kebetulan bahwa Rasul Paulus meletakkan perikop tentang Kasih di antara perikop yang mengajarkan tentang karunia- karunia karisma Roh Kudus ini. Rasul Paulus mau mengajarkan kepada kita bahwa di atas semua karunia itu, yang ter-utama dan terpenting adalah Kasih. Rasul Paulus jelas menyatakan bahwa Kasih adalah yang terutama, dalam 1 Kor 12:31, 1 Kor 13:13, dan 1 Kor 14:1. Kasih inilah yang mengingatkan bahwa jika kita diberi karunia- karunia Roh Kudus, jangan sampai kita menjadi tinggi hati dan sombong, atau menganggap diri lebih hebat dari yang lain. Sebab, “Kasih itu sabar, murah hati…. tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1Kor 13:4). Kasih yang rendah hati ini membuat seseorang yang menerima karunia Roh Kudus semakin menginginkan persatuan dan kesatuan di dalam Gereja, dan tunduk kepada pengarahan dari Magisterium Gereja yang dipercaya oleh Kristus untuk mengatur penggunaan karisma untuk membangun Tubuh Kristus.

Konsili Vatikan II mengajarkan tentang karunia- karunia karisma Roh Kudus, demikian:

“Selain itu, tidak hanya melalui sakramen- sakramen dan pelayanan Gereja saja, bahwa Roh Kudus menyucikan dan membimbing Umat Allah dan menghiasinya dengan kebajikan- kebajikan, melainkan, Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat istimewa, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira, sebab karunia- karunia tersebut sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaanya secara layak/teratur, termasuk dalam wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 12)

4. Karunia discernment/ membeda- bedakan roh

Sejauh yang saya ketahui, karunia membeda- bedakan roh (discernment) adalah penting, sebab dengan kemampuan kita membedakannya maka kita akan dapat mengetahui apakah suatu dorongan yang ada di dalam hati kita itu berasal dari Roh Kudus, dari si jahat atau dari diri kita sendiri. Dorongan yang berasal dari Roh Kudus selalu menghasilkan damai sejahtera, walaupun dapat saja terlihat sulit pada awalnya. Sedangkan dorongan yang berasal dari si jahat umumnya terlihat enak dan mudah pada awalnya, namun akhirnya tidak mendatangkan damai sejahtera.

Memang bagi seseorang yang sudah hidup diperbaharui di dalam Kristus, maka tidaklah terlalu sulit untuk membedakan hal yang baik dari yang buruk, sehingga tidaklah terlalu sulit untuk memilih satu di antara keduanya. Yang kemungkinan lebih sulit adalah untuk memilih satu keputusan dari antara dua atau lebih pilihan yang kelihatannya sama- sama baik. Untuk hal ini memang diperlukan karunia discernment untuk menentukan pilihan tersebut. Mungkin dalam hal ini, kita perlu belajar dari St. Ignatius dari Loyola, yang mengajarkan di dalam membuat keputusan, maka kita perlu memilih sesuatu yang mendatangkan kemuliaan lebih besar kepada Allah (for the greater glory of God/ ad maiorem Dei gloriam).

5. Bolehkah meminta karunia- karunia Roh Kudus?

Kitab Suci mencatat bahwa Tuhan Yesus mengajarkan agar kita meminta Roh Kudus kepada Allah Bapa, “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; …. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Luk 11:9-13). Maka tak salah jika kita memohon Roh Kudus dan memenuhi jiwa kita dengan rahmat dan karunia-Nya. Gereja memohon Roh Kudus juga dalam doa- doanya. Tentu kita ingat salah satu kidung pujian di Puji Syukur 565 yang dimulai dengan, “Datanglah, ya Roh Pencipta, hati kami kunjungilah, penuhi dengan rahmat-Mu, jiwa kami ciptaan-Mu.”

Dengan demikian, jika kita meminta Roh Kudus, dan ketujuh karunia-Nya itu adalah sesuatu yang baik, dan itu sesuai dengan kehendak-Nya; sebab sudah menjadi kehendak Tuhan agar kita dapat hidup kudus seperti Ia sendiri adalah kudus (Im 19:2; 1 Pet 1:16). Nah, karena kekudusan itu bertolak belakang dengan dosa, maka akibat yang paling langsung dari seseorang yang terkena jamahan Roh Kudus adalah ia semakin menyadari akan segala dosanya. Ini memang cocok dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dalam Injil Yohanes, “Dan kalau Ia [Roh Kudus] datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman…” (Yoh 16:8). Maka selain membawa ketujuh karunia-Nya, jika Roh Kudus datang, Ia mengakibatkan pertobatan. Dengan demikian pertobatan dan ketujuh karunia Roh Kudus itu memang dapat, atau bahkan harus kita minta kepada Tuhan.

Namun demikian, dalam hal karunia karisma Roh Kudus, agaknya kita harus menyerahkannya ke dalam tangan Allah Bapa, sebab maksud utama pemberian karunia karisma tersebut adalah untuk membangun jemaat. Tuhanlah yang paling mengetahui apa kebutuhan jemaat-Nya dan bagian apa yang dapat kita lakukan untuk dapat turut membangun jemaat-Nya. Tuhan Yesus adalah Kepala Tubuh (Kol 1:18) dan yang menciptakan Tubuh itu; Ia yang paling memahami apakah yang dibutuhkan oleh anggota- anggota-Nya. Jika dipandangNya baik maka akan diberikannya kepada kita karunia- karunia karisma itu sesuai dengan kemampuan kita.

5. Karunia- karunia yang umumnya diberikan pada saat SHBDR

Dalam Seminar Hidup Baru dalam Roh, kita diajak untuk merenungkan kasih Allah dan bagaimana agar kita dapat hidup diperbaharui di dalam Roh Kudus. Maka umumnya karunia yang diterima oleh para peserta, pertama- tama adalah pengalaman dikasihi oleh Allah dan pertobatan. Jadi kelirulah motivasi mengikuti SHBDR jika yang “diincar” adalah karunia karisma Roh Kudus. Sebab yang lebih utama adalah pengalaman rohani bersama Allah yaitu mengalami secara nyata bahwa Tuhan itu mengasihi kita dan Ia mau mengampuni kita, sebab Ia mau agar kita hidup baru di dalam-Nya.

Hidup baru di dalam Roh ini dapat ditandai dengan diberikannya karunia bahasa roh. Sepanjang pengetahuan saya karunia bahasa roh ini sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu 1) karunia berdoa dalam bahasa Roh, sering dikenal juga sebagai karunia ’senandung dalam Roh’, 2) karunia berkata-kata dalam Roh, yang dapat ditafsirkan dan memberikan pesan rohani kepada umat (lih. 1 Kor 14:27). Hal ini telah disampaikan oleh Sr. Skolastika di sini, silakan klik.

Selanjutnya tentang apa itu bahasa Roh, silakan anda klik di sini.

Nah, sedangkan karunia- karunia karisma lainnya dapat diberikan oleh Allah sesudah seseorang diperbaharui di dalam Roh Kudus, dengan cara- cara tertentu sesuai dengan kehendak-Nya.

6. Apakah karunia- karunia karisma hanya dapat diperoleh di SHBDR?

Tidak. Kami mengenal beberapa orang yang menerima karunia berdoa dalam bahasa roh pada saat mereka berdoa sendiri (melalui doa- doa pribadi). Ada yang menerimanya saat Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus, ada yang menerimanya pada saat berdoa rosario, ada yang melalui doa pribadi di gereja setelah Misa. Fr. Raniero Cantalamessa, pengkhotbah kepausan di Roma, menerima karunia bahasa roh pada saat mendoakan Ibadah Harian (the Liturgi of the Hour/ the Divine Office/ Doa Brevier), dan Mother Angelica, pendiri EWTN (Eternal Word Television Network) memperoleh karunia bahasa roh ketika ia sedang membaca dan merenungkan Kitab Suci. Jadi walaupun umumnya seseorang dapat memperoleh karunia bahasa Roh dalam SHBDR (Seminar Hidup Baru dalam Roh Kudus), namun tidak menutup kemungkinan diperolehnya karunia ini dalam doa pribadi.

Adapun karunia bahasa roh ini bukanlah segala- galanya yang seolah ‘harus’ diterima, sebagai tolok ukur apakah seseorang telah dijamah oleh Roh Kudus atau belum. Sebaliknya, yang menjadi tanda utama seseorang diperbaharui oleh Roh Kudus adalah pertobatan dan kasih, sebagai akibat dari pengalaman dikasihi oleh Tuhan dengan sedemikian hebatnya. Karunia bahasa roh- umumnya karunia berdoa dalam roh- adalah salah satu cara berdoa, yang memang dapat diberikan oleh Allah kepada kita, jika dipandang-Nya baik, terutama agar kita mengalami penggenapan ayat Rom 8:26-27, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”

Namun demikian, kenyataan bahwa Tuhan tidak memberikan karunia bahasa roh kepada semua orang, bukan berarti bahwa Roh Kudus tidak bekerja di dalam mereka. Ada banyak orang yang mungkin tidak bisa berdoa dalam bahasa roh, namun hidup mereka jauh lebih kudus daripada mereka yang telah menerima karunia dalam bahasa roh. Ini sesungguhnya yang perlu menjadi permenungan bagi setiap orang yang sudah menerima karunia bahasa roh: “bagaimana agar hidupku lebih memancarkan kasih?” Sebab firman Tuhan mengatakan kasih itu adalah yang terutama dan terpenting daripada segala karunia- karunia yang lain.

Akhirnya, marilah kita pertama- tama memohon Roh Kudus, dan selanjutnya, mari kita percayakan kepada Tuhan, untuk memberikan kepada kita segala sesuatu yang dipandang-Nya baik bagi jiwa kita dan bagi seluruh anggota Tubuh-Nya.

Bagaimana Anda telah mengembangkan dan menggunakan karunia Roh Kudus itu