Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus
Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Rotavirus

Show
Klasifikasi virus
Groups

I: Virus dsDNAII: Virus ssDNAIII: Virus dsRNAIV: Virus (+)ssRNAV: Virus (−)ssRNAVI: Virus ssRNA-RT

VII: Virus dsDNA-RT

Virus merupakan parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan sebab virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup sebab virus tidak memiliki perlengkapan selular bagi bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi berpihak kepada yang benar protein yang dipergunakan bagi memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan jumlah jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage dipergunakan bagi jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup sebab dia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas sama sekali jika tidak berada dalam sel inang. Sebab karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, berpihak kepada yang benar pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Etimologi

Kata virus bersumber dari bahasa latin virion yang faedahnya racun, yang pertama kali dipergunakan di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Rumusan "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali dipergunakan tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan

  • Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan beradanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal sebab terserang virus Smallpox.
  • Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal merupakan virus Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga sebab Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami selanjutnya merupakan pelopor penggunaan vaksin.
  • Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Perwakilan penyakit harus berada di dalam setiap kasus penyakit
  2. Perwakilan harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
  3. Ketika kultur perwakilan muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka dia bisa menimbulkan penyakit
  4. Perwakilan yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang dia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Sebab tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang semakin kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
  • Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut mempunyai bentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa perwakilan infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi sebab kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]
  • Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya merupakan bakteri yang sangat kecil.[2]
  • Gagasan Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenali sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]
  • Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker disebabkan sebab sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
  • Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
  • Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus merupakan organisme subselular yang sebab ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya semakin kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat genom virus dapat mempunyai bentuk linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari empat bagi yang terkecil hingga dengan beberapa ratus bagi yang terbesar.[10][9] Bahan genetik biasanya virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan biasanya merupakan RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang menjadi lapisan pelindung tersebut dinamakan kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa mempunyai bentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang semakin kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari jumlah subunit protein yang dinamakan kapsomer.[9][10]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral mengandung asam nukleat dan ekor bagi menginfeksi inang.

Bagi virus mempunyai bentuk heliks, protein kapsid (biasanya dinamakan protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang lebih kurang 1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini dinamakan nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus cacar cairan memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan bagi membentuk kapsid virus sferik dipastikan dengan koefisien T, yaitu lebih kurang 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein bagi membentuk kapsid.[12] Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang bersumber dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Berada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut dipergunakan oleh fag bagi menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus dinamakan virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus

Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan bermacam akibat bagi inangnya.[15] berada yang berbahaya, namun juga berada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu agung.[15]

  1. Infeksi Akut
    infeksi akut merupakan infeksi yang berjalan dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berakibat fatal.[15] Akibat dari infeksi akut adalah :
    * Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
    * Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
    * Berlanjut bagi infeksi kronis[15]
    * Kematian[15]
  2. Infeksi Kronis
    Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga berada resiko gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
    * Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
    * Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
    * Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV

    * Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus

Pelekatan virus merupakan anggota interaksi awal selang partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik selang molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa jenis virus memerlukan molekul yang lain bagi anggota pelekatan yaitu koreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat mempunyai bentuk protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki semakin dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute bagi berikatan dengan sel.[16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

  • molekul immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • aliran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya merupakan bagi mengikatkan sel bagi substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain bagi berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe yang lain menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang berada pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.[19]beradanya asam sialat pada nyaris semua jenis sel menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan jumlah tipe sel.[19]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel.[20] Anggota ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

  • Translokasi partikel virus
Anggota translokasi relatif jarang terjadi di selang virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami aci, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
anggota endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai perlintasan masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah dipergunakan bagi pengikatan reseptor.[22]
  • fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Anggota fusi virus berenvelop dengan membran sel berpihak kepada yang benar secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Diperlukan beradanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel

Tahap ini terjadi setelah anggota penetrasi dimana kapsid virus berpihak kepada yang benar seluruhnya maupun sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam bentuk kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berjalan cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20] bagi virus yang lain, tahap ini merupakan anggota multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kumpulan seperti pengelompokan [[David Baltimore].[24] Anggota ekspresi gen akan menentukan semua anggota infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kumpulan ini dibagi menjadi dua kelompok :
  1. Replikasi terjadi di pokok dan relatif tergantung bagi faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting bagi transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan biasanya tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].
  • Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan bentuk utas ganda intermediate sebagai cetakan bagi sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
  • Kelas III : RNA Utas Ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah bagi berproduksi monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae[24]
  • Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan bagi membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein dewasa. Contoh : Picornaviridae[24]
  • Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe :
  1. Genom tidak mempunyai segmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi merupakan transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase bagi berproduksi monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan bagi replikasi genom.[24]
  2. Genom mempunyai segmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA bagi masing-masing gen virus dihasilkan oleh transkriptase virus.[24]
  • Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template bagi reverse transkriptase menjadi DNA.[24]
  • Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kumpulan ini bergantung bagi reverse transkriptase, tetapi tidak sama dengan retrovirus, anggotanya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan

Perakitan merupakan anggota pengumpulan komponen-komponen virion pada anggota khusus di dalam sel.[20] Selama anggota ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Anggota ini tergantung bagi anggota replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi bagi virus yang berbeda-beda. Contoh : anggota perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu anggota perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid bagi berproduksi produk yang dewasa.[20] protease virus dan enzim seluler yang lain biasanya terlibat dalam anggota ini.[20]

Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

  • bagi virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan anggota yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
  • bagi virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , anggota ini dikenali sebagai budding.[20]

Anggota pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan prosedur penyebaran, dan genomik fungsional.[25]

  • Klasifikasi virus berdasarkan morfologi
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kumpulan, yaitu :[25]
  1. Virus DNA
  2. Virus RNA
  3. Virus berselubung
  4. Virus non-selubung
  • Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan prosedur penyebaran
Berdasarkan tropisme dan prosedur penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
  1. Virus Enterik
  2. Virus Respirasi
  3. Arbovirus
  4. Virus onkogenik
  5. Hepatitis virus
  • Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional
Virus di klasifikan menjadi 7 kumpulan berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini dinamakan juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
  1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus

Virus RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kumpulan yang tergolong dalam kumpulan ini merupakan virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kumpulan ini merupakan Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

Retroviridae

Retroviridae merupakan virus mempunyai bentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang bermanfaat bagi mengubah RNA menjadi DNA.[26][27]DNA yang dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya sebab virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal merupakan genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya merupakan HIV 1 dan 2.[26]

Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili ini bisa menyebabkan jumlah penyakit pada manusia, di selangnya merupakan penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.[28]

Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA mempunyai segmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini merupakan virus ini memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan anggota virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29] Neuraminidase memerankan bagi melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]

Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kumpulan yaitu :

  1. Influenza tipe A
    Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi bermacam spesies berpihak kepada yang benar manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift. [29]
    Antigenic drift merupakan terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang berada tidak dapat mengenalinya lagi. Peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.[29]
    Antigenic shift merupakan munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan sebab penggabunggan genetik selang manusia dengan virus hewan atau dengan transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. sebab tidak berada atau sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
  2. Influenza tipe B
  3. Influenza tipe C
  4. Tick-Borne Influenza
    virus ini merupakan virus yang bersumber dari kutu.[29]
Arboviruses

Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang bersumber dari kumpulan Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :

  1. Togaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kumpulan ini merupakan Rubellavirus.[30]
  2. Flaviviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kumpulan ini merupakan Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
  3. Bunyaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kumpulan ini merupakan California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
  4. Reoviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kumpulan ini merupakan reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[30]

Virus DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kumpulan yang tergolong dalam kumpulan ini merupakan virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kumpulan ini merupakan Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]

Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kumpulan virus berukuran agung dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kumpulan ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

  1. Alpha Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kumpulan Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten persisten disebabkan sebab kemampuan genom virus ini bagi berintergrasi dengan sel inang.[31] jika keadaan inang sedang lemah, maka berada kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
    contoh dari virus ini merupakan Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
  2. Beta Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kumpulan beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
    contoh dari virus ini merupakan Cytomegalovirus.[31]
  3. Gamma Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kumpulan ini bisa menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
    contoh dari virus ini merupakan Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering dinamakan Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kumpulan ini merupakan virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]

Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini merupakan virus ini memiliki morfologi agung dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kumpulan ini merupakan Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal sebab menimbulkan pandemik yang sangat agung diseluruh dunia.[33] kini virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus berada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen berpihak kepada yang benar (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan prosedur pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen bagi sel yang sakit (paru-paru).[15] Meskipun demikian, biasanya virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat dikenali sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak berada makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang aliran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini memuat beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.[15]

Penyakit hewan akibat virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya merupakan new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan akibat virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya merupakan tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya merupakan virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya merupakan virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia akibat virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus merupakan pilek (yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan selang kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga berada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab bagi penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus bagi menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya prosedur penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan bisa menyebabkan kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah agung.[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang diasumsikan paling berbahaya merupakan filovirus.[34] Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34] Filovirus merupakan virus mempunyai bentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah agung tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, peristiwa ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati anggota yang sulit dan mahal.[35] Sebab itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan sarana prasarana agung dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga pandai dari bermacam bidang, misalnya teknisi, pandai biologi molekular, dan pandai virus.[35] Biasanya anggota ini dipertontonkan oleh lembaga kenegaraan atau dipertontonkan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

Pencegahan dan pengobatan

Sebab biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya bagi bereproduksi, virus sangat sulit bagi dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang diasumsikan paling efektif merupakan vaksinasi, bagi merangsang kekebalan alami tubuh terhadap anggota infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.[36]

Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik merupakan resistansi bakteri terhadap antibiotik.[36] Sebab itulah diperlukan pemeriksaan semakin lanjut bagi memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[36]

Lihat pula

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Referensi

  1. ^ a b Templat:Vcite web
  2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Yogyakarta: Kanisius. pp. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Retrieved 2009-03-13. 
  3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
  4. ^ Creager, A.N.H. (2002). The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku) (Edisi ke-2 ed.). Chicago: University of Chicago Press. pp. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Retrieved 2009-03-26. 
  5. ^ a b c d Rous P (1911). "A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells" (pdf). J Exp Med 13: 397–399. 
  6. ^ a b Shope RE (1933). "Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology" (pdf). J Exp Med 58: 607. 
  7. ^ a b c Stanley WM (1933). "Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus" (pdf). Science 81: 644–645. 
  8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56. 
  9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
  10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997), Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). "Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis" (pdf). Journal of General Virology 81: 1413–1429. 
  17. ^ a b c d e Olson NH (1992). "Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule" (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507–511. 
  18. ^ a b Yongning H. (2000). "Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus" (pdf). PNAS 97: 79–84. 
  19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). "Glycan Receptor for Influenza Virus" (pdf). The Open Antimicrobial Agents Journal 2: 26–33. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London: Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press, ISBN 978-1-58829-288-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-80566-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)g
  32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)

Pranala luar

  • (Inggris) Perpustakaan Online tentang virus
  • (Inggris) Wong's Virology
  • (Inggris) Apa itu virus?

Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, p2k.kpt.co.id, wiki.edunitas.com, dsb.


Page 2

Virus
Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Rotavirus

Klasifikasi virus
Groups

I: Virus dsDNAII: Virus ssDNAIII: Virus dsRNAIV: Virus (+)ssRNAV: Virus (−)ssRNAVI: Virus ssRNA-RT

VII: Virus dsDNA-RT

Virus yaitu parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut dikarenakan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Pada umumnya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan dijadikan adun protein yang dipakai untuk benar isinya bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus pada umumnya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan jumlah jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage dipakai untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas sama sekali jika tidak benar dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, adun pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Etimologi

Kata virus bermula dari bahasa latin virion yang berfaedah racun, yang pertama kali dipakai di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Ruang lingkup "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali dipakai tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan

  • Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan demikianlah keadaanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
  • Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal yaitu virus Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian adalah pelopor penggunaan vaksin.
  • Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme adalah penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Perwakilan penyakit wajib benar di dalam setiap kasus penyakit
  2. Perwakilan wajib dapat diisolasi dari inang dan dapat ditumbuhkan secara in vitro
  3. Ketika kultur perwakilan muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia dapat menimbulkan penyakit
  4. Perwakilan yang sama dapat di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti dijadikan sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut dikarenakan oleh bakteri yang bertambah kecil dari pada umumnya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
  • Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berwujud sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa perwakilan infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak susut setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan adalah contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]
  • Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya yaitu bakteri yang sangat kecil.[2]
  • Gagasan Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang sekarang diketahui sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga adalah virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]
  • Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker dikarenakan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut adalah penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous disebut Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
  • Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope adalah model kanker pertama pada manusia yag dikarenakan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
  • Wendell Stanley adalah orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan adalah Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage.[8] Bakterofage adalah virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus yaitu organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya bertambah kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berwujud linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil hingga dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[10][9] Bahan genetik banyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan banyakan yaitu RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang dijadikan lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid dapat berwujud bulat (sferik), heliks, polihedral, atau wujud yang bertambah kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari jumlah subunit protein yang disebut kapsomer.[9][10]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral mengandung asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Untuk virus berwujud heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang lebih kurang 1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus cacar cairan memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini dapat bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam wujud simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik dipilihkan dengan koefisien T, yaitu lebih kurang 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[12] Seperti virus wujud heliks, kapsid beberapa jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun pada umumnya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang bermula dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Benar pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut dipakai oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus

Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai dampak bagi inangnya.[15] benar yang berbahaya, namun juga benar yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga dampak yang dibuat tidak terlalu agung.[15]

  1. Infeksi Akut
    infeksi akut adalah infeksi yang berlanjut dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berdampak fatal.[15] Dampak dari infeksi akut adalah :
    * Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
    * Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
    * Berlanjut untuk infeksi kronis[15]
    * Kematian[15]
  2. Infeksi Kronis
    Infeksi kronis adalah infeksi virus yang berkepanjangan sehingga benar resiko gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
    * Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
    * Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
    * Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV

    * Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus

Pelekatan virus adalah babak interaksi awal selang partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik selang molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk babak pelekatan yaitu koreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berwujud protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki bertambah dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.[16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

  • molekul immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[17] Molekul tersebut adalah molekul adhesi yang fungsi normalnya yaitu untuk mengikatkan sel untuk substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang benar pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.[19]demikianlah keadaanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza dapat berikatan dengan jumlah tipe sel.[19]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel.[20] Babak ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

  • Translokasi partikel virus
Babak translokasi relatif jarang terjadi di selang virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami aci, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
babak endositosis adalah mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak dibutuhkan protein virus spesifik selain yang telah dipakai untuk pengikatan reseptor.[22]
  • fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Babak fusi virus berenvelop dengan membran sel adun secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Dibutuhkan demikianlah keadaanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel

Tahap ini terjadi setelah babak penetrasi dimana kapsid virus adun seluruhnya maupun beberapa dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam wujud kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlanjut cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20] untuk virus lainnya, tahap ini adalah babak multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompokan seperti pengelompokan [[David Baltimore].[24] Babak ekspresi gen akan menentukan semua babak infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kelompokan ini dibagi dijadikan dua kelompok :
  1. Replikasi terjadi di isi dan relatif tergantung untuk faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting untuk transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan banyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].
  • Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan wujud utas ganda intermediate sebagai cetakan untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
  • Kelas III : RNA Utas Ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah untuk berproduksi monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae[24]
  • Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae[24]
  • Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi dijadikan dua tipe :
  1. Genom tidak mempunyai segmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi yaitu transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase untuk berproduksi monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan untuk replikasi genom.[24]
  2. Genom mempunyai segmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dibuat oleh transkriptase virus.[24]
  • Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse transkriptase dijadikan DNA.[24]
  • Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kelompokan ini bergantung untuk reverse transkriptase, tetapi tidak sama dengan retrovirus, babaknya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan

Perakitan adalah babak pengumpulan komponen-komponen virion pada anggota khusus di dalam sel.[20] Selama babak ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Babak ini tergantung untuk babak replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : babak perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu babak perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan

Pematangan adalah tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dibuat oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk berproduksi produk yang matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya pada umumnya terlibat dalam babak ini.[20]

Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

  • untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan adalah babak yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
  • untuk virus berselubung, dibutuhkan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , babak ini diketahui sebagai budding.[20]

Babak pelepasan partikel virus kemungkinan dapat merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan beberapa lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan prosedur penyebaran, dan genomik fungsional.[25]

  • Klasifikasi virus sesuai morfologi
Sesuai morfologi, virus dibagi sesuai jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) dijadikan 4 kelompokan, yaitu :[25]
  1. Virus DNA
  2. Virus RNA
  3. Virus berselubung
  4. Virus non-selubung
  • Klasifikasi virus sesuai tropisme dan prosedur penyebaran
Sesuai tropisme dan prosedur penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
  1. Virus Enterik
  2. Virus Respirasi
  3. Arbovirus
  4. Virus onkogenik
  5. Hepatitis virus
  • Klasifikasi virus sesuai genomik fungsional
Virus di klasifikan dijadikan 7 kelompokan sesuai alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
  1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus

Virus RNA

Virus RNA adalah virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini yaitu virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini yaitu Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

Retroviridae

Retroviridae adalah virus berwujud ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan dijadikan enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berfaedah untuk mengubah RNA dijadikan DNA.[26][27]DNA yang dibuat nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut dikarenakan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal yaitu genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya yaitu HIV 1 dan 2.[26]

Picornaviridae adalah berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili ini dapat menyebabkan jumlah penyakit pada manusia, di selangnya yaitu penyakit polio yang dikarenakan oleh Poliovirus dan flu ringan yang dikarenakan oleh Rhinovirus.[28]

Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae adalah virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA mempunyai segmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini yaitu virus ini memiliki protein permukaan yang adalah antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin adalah anggota virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29] Neuraminidase mempunyai peran untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]

Virus ini di klasifikasikan dijadikan empat kelompokan yaitu :

  1. Influenza tipe A
    Influenza tipe A adalah virus yang menginfeksi berbagai spesies adun manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift. [29]
    Antigenic drift yaitu terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang benar tidak dapat mengenalinya lagi. Peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.[29]
    Antigenic shift yaitu munculnya subtipe barus virus influenza yang dikarenakan karena penggabunggan genetik selang manusia dengan virus hewan atau dengan transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak benar atau sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
  2. Influenza tipe B
  3. Influenza tipe C
  4. Tick-Borne Influenza
    virus ini adalah virus yang bermula dari kutu.[29]
Arboviruses

Arbovirus adalah singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang bermula dari kelompokan Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi dijadikan empat famili yaitu :

  1. Togaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu Rubellavirus.[30]
  2. Flaviviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
  3. Bunyaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
  4. Reoviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[30]

Virus DNA

Virus DNA adalah virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini yaitu virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini yaitu Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]

Herpesviridae

Herpesviridae adalah kelompokan virus berukuran agung dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

  1. Alpha Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan Alpha herpesvirus pada umumnya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten persisten dikarenakan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka benar kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
    contoh dari virus ini yaitu Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
  2. Beta Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan beta herpesvirus pada umumnya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
    contoh dari virus ini yaitu Cytomegalovirus.[31]
  3. Gamma Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
    contoh dari virus ini yaitu Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae

Parvoviridae adalah virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan adalah virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus adalah virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompokan ini yaitu virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]

Poxviridae

Poxviridae adalah virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini yaitu virus ini memiliki morfologi agung dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompokan ini yaitu Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat agung diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus benar yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah dijadikan gen adun (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan prosedur pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipromosikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen untuk sel yang sakit (paru-paru).[15] Meskipun demikian, banyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat diketahui sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak benar makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut dikarenakan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini benar isinya beberapa jenis penyakit yang dikarenakan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani dampak ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang susut.[15]

Penyakit hewan dampak virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya yaitu new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet, dikarenakan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan dampak virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya yaitu tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya yaitu virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya yaitu virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia dampak virus

Contoh paling umum dari penyakit yang dikarenakan oleh virus yaitu pilek (yang dapat saja dikarenakan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang dikarenakan virus HIV), dan demam herpes (yang dikarenakan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga dikarenakan beberapa oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan selang kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga benar beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab untuk penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya prosedur penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan dapat menyebabkan kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah dampak wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah agung.[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang diasumsikan paling berbahaya yaitu filovirus.[34] Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34] Filovirus yaitu virus berwujud panjang seperti cacing, yang dalam jumlah agung tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, peristiwa ini dijadikan epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus pada umumnya melewati babak yang sulit dan mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit dampak virus membutuhkan sarana agung dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga pakar dari berbagai bidang, contohnya teknisi, pakar biologi molekular, dan pakar virus.[35] Pada umumnya babak ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

Pencegahan dan pengobatan

Karena pada umumnya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang diasumsikan paling efektif yaitu vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap babak infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala dampak infeksi virus.[36]

Penyembuhan penyakit dampak infeksi virus pada umumnya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik yaitu resistansi bakteri terhadap antibiotik.[36] Karena itulah dibutuhkan pemeriksaan bertambah lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit dikarenakan oleh bakteri atau virus.[36]

Lihat pula

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Referensi

  1. ^ a b Templat:Vcite web
  2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Yogyakarta: Kanisius. pp. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Retrieved 2009-03-13. 
  3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
  4. ^ Creager, A.N.H. (2002). The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku) (Edisi ke-2 ed.). Chicago: University of Chicago Press. pp. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Retrieved 2009-03-26. 
  5. ^ a b c d Rous P (1911). "A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells" (pdf). J Exp Med 13: 397–399. 
  6. ^ a b Shope RE (1933). "Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology" (pdf). J Exp Med 58: 607. 
  7. ^ a b c Stanley WM (1933). "Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus" (pdf). Science 81: 644–645. 
  8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56. 
  9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
  10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997), Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). "Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis" (pdf). Journal of General Virology 81: 1413–1429. 
  17. ^ a b c d e Olson NH (1992). "Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule" (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507–511. 
  18. ^ a b Yongning H. (2000). "Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus" (pdf). PNAS 97: 79–84. 
  19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). "Glycan Receptor for Influenza Virus" (pdf). The Open Antimicrobial Agents Journal 2: 26–33. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London: Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press, ISBN 978-1-58829-288-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-80566-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)g
  32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)

Pranala luar

  • (Inggris) Perpustakaan Online tentang virus
  • (Inggris) Wong's Virology
  • (Inggris) Apa itu virus?

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 3

Virus
Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Rotavirus

Klasifikasi virus
Groups

I: Virus dsDNAII: Virus ssDNAIII: Virus dsRNAIV: Virus (+)ssRNAV: Virus (−)ssRNAVI: Virus ssRNA-RT

VII: Virus dsDNA-RT

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular bagi bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan dijadikan adun protein yang dipakai bagi benar isinya bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan jumlah macam organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage dipakai bagi macam yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas sama sekali jika tidak benar dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, adun pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), binatang (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Etimologi

Kata virus bersumber dari bahasa latin virion yang berfaedah racun, yang pertama kali dipakai di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Ruang lingkup "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali dipakai tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan

  • Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan demikianlah keadaanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
  • Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
  • Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Perwakilan penyakit harus benar di dalam setiap kasus penyakit
  2. Perwakilan harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
  3. Ketika kultur perwakilan muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia bisa menimbulkan penyakit
  4. Perwakilan yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti dijadikan sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang bertambah kecil dari biasanya dan tidak dapat diamati dengan mikroskop.
  • Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berwujud sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa perwakilan infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak susut setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]
  • Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.[2]
  • Gagasan Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini diketahui sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]
  • Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
  • Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada binatang lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
  • Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya bertambah kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar diamati dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berwujud linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari empat bagi yang terkecil hingga dengan beberapa ratus bagi yang terbesar.[10][9] Bahan genetik banyakan virus binatang dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan banyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang dijadikan lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berwujud bulat (sferik), heliks, polihedral, atau wujud yang bertambah kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari jumlah subunit protein yang disebut kapsomer.[9][10]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral mengandung asam nukleat dan ekor bagi menginfeksi inang.

Bagi virus berwujud heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang lebih kurang 1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus cacar cairan memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam wujud simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan bagi membentuk kapsid virus sferik dipilihkan dengan koefisien T, yaitu lebih kurang 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein bagi membentuk kapsid.[12] Seperti virus wujud heliks, kapsid beberapa macam virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa macam virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada binatang memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang bersumber dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Benar pula beberapa macam bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut dipakai oleh fag bagi menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus

Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai dampak bagi inangnya.[15] benar yang berbahaya, namun juga benar yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga dampak yang dibuat tidak terlalu agung.[15]

  1. Infeksi Akut
    infeksi akut merupakan infeksi yang berlanjut dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berdampak fatal.[15] Dampak dari infeksi akut adalah :
    * Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
    * Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
    * Berlanjut kepada infeksi kronis[15]
    * Kematian[15]
  2. Infeksi Kronis
    Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga benar resiko gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
    * Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
    * Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
    * Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV

    * Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus

Pelekatan virus merupakan babak interaksi awal selang partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik selang molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa macam virus memerlukan molekul lainnya bagi babak pelekatan yaitu koreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berwujud protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki bertambah dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute bagi berikatan dengan sel.[16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

  • molekul immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah bagi mengikatkan sel kepada substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain bagi berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang benar pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.[19]demikianlah keadaanya asam sialat pada hampir semua macam sel menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan jumlah tipe sel.[19]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel.[20] Babak ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

  • Translokasi partikel virus
Babak translokasi relatif jarang terjadi di selang virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami aci, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
babak endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah dipakai bagi pengikatan reseptor.[22]
  • fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Babak fusi virus berenvelop dengan membran sel adun secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Diperlukan demikianlah keadaanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel

Tahap ini terjadi setelah babak penetrasi dimana kapsid virus adun seluruhnya maupun beberapa dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam wujud kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlanjut cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20] bagi virus lainnya, tahap ini merupakan babak multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompokan seperti pengelompokan [[David Baltimore].[24] Babak ekspresi gen akan menentukan semua babak infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kelompokan ini dibagi dijadikan dua kelompok :
  1. Replikasi terjadi di isi dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting bagi transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan banyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].
  • Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan wujud utas ganda intermediate sebagai cetakan bagi sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
  • Kelas III : RNA Utas Ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah bagi berproduksi monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae[24]
  • Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan bagi membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae[24]
  • Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi dijadikan dua tipe :
  1. Genom tidak mempunyai segmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase bagi berproduksi monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan bagi replikasi genom.[24]
  2. Genom mempunyai segmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA bagi masing-masing gen virus dibuat oleh transkriptase virus.[24]
  • Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template bagi reverse transkriptase dijadikan DNA.[24]
  • Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kelompokan ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan retrovirus, babaknya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan

Perakitan merupakan babak pengumpulan komponen-komponen virion pada anggota khusus di dalam sel.[20] Selama babak ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Babak ini tergantung kepada babak replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi bagi virus yang berbeda-beda. Contoh : babak perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu babak perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dibuat oleh pemecahan spesifik protein kapsid bagi berproduksi produk yang matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam babak ini.[20]

Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

  • bagi virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan babak yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
  • bagi virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , babak ini diketahui sebagai budding.[20]

Babak pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan beberapa lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsional.[25]

  • Klasifikasi virus berdasarkan morfologi
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan macam asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) dijadikan 4 kelompokan, yaitu :[25]
  1. Virus DNA
  2. Virus RNA
  3. Virus berselubung
  4. Virus non-selubung
  • Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
  1. Virus Enterik
  2. Virus Respirasi
  3. Arbovirus
  4. Virus onkogenik
  5. Hepatitis virus
  • Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional
Virus di klasifikan dijadikan 7 kelompokan berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
  1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus

Virus RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini adalah Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

Retroviridae

Retroviridae merupakan virus berwujud ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan dijadikan enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berfaedah bagi mengubah RNA dijadikan DNA.[26][27]DNA yang dibuat nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]

Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili ini mampu menyebabkan jumlah penyakit pada manusia, di selangnya adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.[28]

Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA mempunyai segmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan anggota virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29] Neuraminidase mempunyai peran bagi melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]

Virus ini di klasifikasikan dijadikan empat kelompokan yaitu :

  1. Influenza tipe A
    Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies adun manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift. [29]
    Antigenic drift adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang benar tidak dapat mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.[29]
    Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan karena penggabunggan genetik selang manusia dengan virus binatang atau dengan transmisi langsung dari binatang unggas ke manusia. karena tidak benar atau sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
  2. Influenza tipe B
  3. Influenza tipe C
  4. Tick-Borne Influenza
    virus ini merupakan virus yang bersumber dari kutu.[29]
Arboviruses

Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang bersumber dari kelompokan Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi dijadikan empat famili yaitu :

  1. Togaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah Rubellavirus.[30]
  2. Flaviviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
  3. Bunyaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
  4. Reoviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[30]

Virus DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]

Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kelompokan virus berukuran agung dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

  1. Alpha Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini bagi berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka benar kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
    contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
  2. Beta Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
    contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[31]
  3. Gamma Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan ini mampu menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
    contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompokan ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]

Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki morfologi agung dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompokan ini adalah Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat agung diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus benar yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah dijadikan gen adun (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).[15] Meskipun demikian, banyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat diketahui sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, binatang, dan tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak benar makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini benar isinya beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi binatang dan tumbuhan.[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani dampak ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang susut.[15]

Penyakit binatang dampak virus

Penyakit tetelo, yakni macam penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni macam penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni macam penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan dampak virus

Penyakit mosaik, yakni macam penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni macam penyakit yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya adalah virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia dampak virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga disebabkan beberapa oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan selang kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga benar beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus bagi menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah dampak wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah agung.[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[34] Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34] Filovirus adalah virus berwujud panjang seperti cacing, yang dalam jumlah agung tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini dijadikan epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati babak yang sulit dan mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit dampak virus membutuhkan fasilitas agung dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga pakar dari berbagai aspek, contohnya teknisi, pakar biologi molekular, dan pakar virus.[35] Biasanya babak ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya bagi bereproduksi, virus sangat sulit bagi dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, bagi merangsang kekebalan alami tubuh terhadap babak infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala dampak infeksi virus.[36]

Penyembuhan penyakit dampak infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik.[36] Karena itulah diperlukan pemeriksaan bertambah lanjut bagi memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[36]

Lihat pula

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Referensi

  1. ^ a b Templat:Vcite web
  2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Yogyakarta: Kanisius. pp. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Retrieved 2009-03-13. 
  3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
  4. ^ Creager, A.N.H. (2002). The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku) (Edisi ke-2 ed.). Chicago: University of Chicago Press. pp. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Retrieved 2009-03-26. 
  5. ^ a b c d Rous P (1911). "A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells" (pdf). J Exp Med 13: 397–399. 
  6. ^ a b Shope RE (1933). "Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology" (pdf). J Exp Med 58: 607. 
  7. ^ a b c Stanley WM (1933). "Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus" (pdf). Science 81: 644–645. 
  8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56. 
  9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
  10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997), Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). "Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis" (pdf). Journal of General Virology 81: 1413–1429. 
  17. ^ a b c d e Olson NH (1992). "Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule" (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507–511. 
  18. ^ a b Yongning H. (2000). "Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus" (pdf). PNAS 97: 79–84. 
  19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). "Glycan Receptor for Influenza Virus" (pdf). The Open Antimicrobial Agents Journal 2: 26–33. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London: Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press, ISBN 978-1-58829-288-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-80566-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)g
  32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)

Pranala luar

  • (Inggris) Perpustakaan Online tentang virus
  • (Inggris) Wong's Virology
  • (Inggris) Apa itu virus?

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 4

Virus
Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Rotavirus

Klasifikasi virus
Groups

I: Virus dsDNAII: Virus ssDNAIII: Virus dsRNAIV: Virus (+)ssRNAV: Virus (−)ssRNAVI: Virus ssRNA-RT

VII: Virus dsDNA-RT

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular bagi bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan dijadikan adun protein yang dipakai bagi benar isinya bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan jumlah macam organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage dipakai bagi macam yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas sama sekali jika tidak benar dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, adun pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), binatang (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Etimologi

Kata virus bersumber dari bahasa latin virion yang berfaedah racun, yang pertama kali dipakai di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Ruang lingkup "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali dipakai tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan

  • Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan demikianlah keadaanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
  • Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
  • Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Perwakilan penyakit harus benar di dalam setiap kasus penyakit
  2. Perwakilan harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
  3. Ketika kultur perwakilan muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia bisa menimbulkan penyakit
  4. Perwakilan yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti dijadikan sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang bertambah kecil dari biasanya dan tidak dapat diamati dengan mikroskop.
  • Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berwujud sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa perwakilan infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak susut setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]
  • Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.[2]
  • Gagasan Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini diketahui sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]
  • Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
  • Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada binatang lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
  • Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya bertambah kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar diamati dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berwujud linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari empat bagi yang terkecil hingga dengan beberapa ratus bagi yang terbesar.[10][9] Bahan genetik banyakan virus binatang dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan banyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang dijadikan lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berwujud bulat (sferik), heliks, polihedral, atau wujud yang bertambah kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari jumlah subunit protein yang disebut kapsomer.[9][10]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral mengandung asam nukleat dan ekor bagi menginfeksi inang.

Bagi virus berwujud heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang lebih kurang 1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus cacar cairan memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam wujud simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan bagi membentuk kapsid virus sferik dipilihkan dengan koefisien T, yaitu lebih kurang 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein bagi membentuk kapsid.[12] Seperti virus wujud heliks, kapsid beberapa macam virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa macam virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada binatang memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang bersumber dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Benar pula beberapa macam bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut dipakai oleh fag bagi menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus

Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai dampak bagi inangnya.[15] benar yang berbahaya, namun juga benar yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga dampak yang dibuat tidak terlalu agung.[15]

  1. Infeksi Akut
    infeksi akut merupakan infeksi yang berlanjut dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berdampak fatal.[15] Dampak dari infeksi akut adalah :
    * Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
    * Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
    * Berlanjut kepada infeksi kronis[15]
    * Kematian[15]
  2. Infeksi Kronis
    Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga benar resiko gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
    * Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
    * Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
    * Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV

    * Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus

Pelekatan virus merupakan babak interaksi awal selang partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik selang molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa macam virus memerlukan molekul lainnya bagi babak pelekatan yaitu koreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berwujud protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki bertambah dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute bagi berikatan dengan sel.[16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

  • molekul immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah bagi mengikatkan sel kepada substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain bagi berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang benar pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.[19]demikianlah keadaanya asam sialat pada hampir semua macam sel menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan jumlah tipe sel.[19]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel.[20] Babak ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

  • Translokasi partikel virus
Babak translokasi relatif jarang terjadi di selang virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami aci, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
babak endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah dipakai bagi pengikatan reseptor.[22]
  • fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Babak fusi virus berenvelop dengan membran sel adun secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Diperlukan demikianlah keadaanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel

Tahap ini terjadi setelah babak penetrasi dimana kapsid virus adun seluruhnya maupun beberapa dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam wujud kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlanjut cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20] bagi virus lainnya, tahap ini merupakan babak multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompokan seperti pengelompokan [[David Baltimore].[24] Babak ekspresi gen akan menentukan semua babak infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kelompokan ini dibagi dijadikan dua kelompok :
  1. Replikasi terjadi di isi dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting bagi transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan banyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].
  • Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan wujud utas ganda intermediate sebagai cetakan bagi sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
  • Kelas III : RNA Utas Ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah bagi berproduksi monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae[24]
  • Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan bagi membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae[24]
  • Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi dijadikan dua tipe :
  1. Genom tidak mempunyai segmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase bagi berproduksi monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan bagi replikasi genom.[24]
  2. Genom mempunyai segmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA bagi masing-masing gen virus dibuat oleh transkriptase virus.[24]
  • Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template bagi reverse transkriptase dijadikan DNA.[24]
  • Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kelompokan ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan retrovirus, babaknya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan

Perakitan merupakan babak pengumpulan komponen-komponen virion pada anggota khusus di dalam sel.[20] Selama babak ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Babak ini tergantung kepada babak replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi bagi virus yang berbeda-beda. Contoh : babak perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu babak perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dibuat oleh pemecahan spesifik protein kapsid bagi berproduksi produk yang matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam babak ini.[20]

Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

  • bagi virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan babak yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
  • bagi virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , babak ini diketahui sebagai budding.[20]

Babak pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan beberapa lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik fungsional.[25]

  • Klasifikasi virus berdasarkan morfologi
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan macam asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) dijadikan 4 kelompokan, yaitu :[25]
  1. Virus DNA
  2. Virus RNA
  3. Virus berselubung
  4. Virus non-selubung
  • Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
  1. Virus Enterik
  2. Virus Respirasi
  3. Arbovirus
  4. Virus onkogenik
  5. Hepatitis virus
  • Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional
Virus di klasifikan dijadikan 7 kelompokan berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
  1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus

Virus RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini adalah Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

Retroviridae

Retroviridae merupakan virus berwujud ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan dijadikan enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berfaedah bagi mengubah RNA dijadikan DNA.[26][27]DNA yang dibuat nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]

Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili ini mampu menyebabkan jumlah penyakit pada manusia, di selangnya adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.[28]

Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA mempunyai segmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan anggota virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29] Neuraminidase mempunyai peran bagi melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]

Virus ini di klasifikasikan dijadikan empat kelompokan yaitu :

  1. Influenza tipe A
    Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies adun manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift. [29]
    Antigenic drift adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang benar tidak dapat mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.[29]
    Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan karena penggabunggan genetik selang manusia dengan virus binatang atau dengan transmisi langsung dari binatang unggas ke manusia. karena tidak benar atau sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
  2. Influenza tipe B
  3. Influenza tipe C
  4. Tick-Borne Influenza
    virus ini merupakan virus yang bersumber dari kutu.[29]
Arboviruses

Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang bersumber dari kelompokan Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi dijadikan empat famili yaitu :

  1. Togaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah Rubellavirus.[30]
  2. Flaviviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
  3. Bunyaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
  4. Reoviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini adalah reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[30]

Virus DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]

Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kelompokan virus berukuran agung dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

  1. Alpha Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini bagi berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka benar kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
    contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
  2. Beta Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
    contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[31]
  3. Gamma Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan ini mampu menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
    contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompokan ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]

Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki morfologi agung dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompokan ini adalah Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat agung diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus benar yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah dijadikan gen adun (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).[15] Meskipun demikian, banyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat diketahui sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, binatang, dan tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak benar makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini benar isinya beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi binatang dan tumbuhan.[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani dampak ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang susut.[15]

Penyakit binatang dampak virus

Penyakit tetelo, yakni macam penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni macam penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni macam penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan dampak virus

Penyakit mosaik, yakni macam penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni macam penyakit yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya adalah virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia dampak virus

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga disebabkan beberapa oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan selang kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga benar beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus bagi menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah dampak wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah agung.[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[34] Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34] Filovirus adalah virus berwujud panjang seperti cacing, yang dalam jumlah agung tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini dijadikan epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati babak yang sulit dan mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit dampak virus membutuhkan fasilitas agung dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga pakar dari berbagai aspek, contohnya teknisi, pakar biologi molekular, dan pakar virus.[35] Biasanya babak ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

Pencegahan dan pengobatan

Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya bagi bereproduksi, virus sangat sulit bagi dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, bagi merangsang kekebalan alami tubuh terhadap babak infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala dampak infeksi virus.[36]

Penyembuhan penyakit dampak infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik.[36] Karena itulah diperlukan pemeriksaan bertambah lanjut bagi memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[36]

Lihat pula

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Referensi

  1. ^ a b Templat:Vcite web
  2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Yogyakarta: Kanisius. pp. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Retrieved 2009-03-13. 
  3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
  4. ^ Creager, A.N.H. (2002). The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku) (Edisi ke-2 ed.). Chicago: University of Chicago Press. pp. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Retrieved 2009-03-26. 
  5. ^ a b c d Rous P (1911). "A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells" (pdf). J Exp Med 13: 397–399. 
  6. ^ a b Shope RE (1933). "Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology" (pdf). J Exp Med 58: 607. 
  7. ^ a b c Stanley WM (1933). "Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus" (pdf). Science 81: 644–645. 
  8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56. 
  9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
  10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997), Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). "Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis" (pdf). Journal of General Virology 81: 1413–1429. 
  17. ^ a b c d e Olson NH (1992). "Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule" (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507–511. 
  18. ^ a b Yongning H. (2000). "Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus" (pdf). PNAS 97: 79–84. 
  19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). "Glycan Receptor for Influenza Virus" (pdf). The Open Antimicrobial Agents Journal 2: 26–33. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London: Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press, ISBN 978-1-58829-288-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-80566-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)g
  32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)

Pranala luar

  • (Inggris) Perpustakaan Online tentang virus
  • (Inggris) Wong's Virology
  • (Inggris) Apa itu virus?

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 5

Virus
Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Rotavirus

Klasifikasi virus
Groups

I: Virus dsDNAII: Virus ssDNAIII: Virus dsRNAIV: Virus (+)ssRNAV: Virus (−)ssRNAVI: Virus ssRNA-RT

VII: Virus dsDNA-RT

Virus yaitu parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut dikarenakan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Pada umumnya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan dijadikan adun protein yang dipakai untuk benar isinya bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus pada umumnya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan jumlah jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage dipakai untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas sama sekali jika tidak benar dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, adun pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Etimologi

Kata virus bermula dari bahasa latin virion yang berfaedah racun, yang pertama kali dipakai di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Ruang lingkup "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali dipakai tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan

  • Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan demikianlah keadaanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
  • Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal yaitu virus Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian adalah pelopor penggunaan vaksin.
  • Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu bahwa mikroorganisme adalah penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
  1. Perwakilan penyakit wajib benar di dalam setiap kasus penyakit
  2. Perwakilan wajib dapat diisolasi dari inang dan dapat ditumbuhkan secara in vitro
  3. Ketika kultur perwakilan muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia dapat menimbulkan penyakit
  4. Perwakilan yang sama dapat di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut
  • Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti dijadikan sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut dikarenakan oleh bakteri yang bertambah kecil dari pada umumnya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
  • Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berwujud sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa perwakilan infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak susut setelah beberapa kali ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan adalah contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]
  • Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya yaitu bakteri yang sangat kecil.[2]
  • Gagasan Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang sekarang diketahui sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga adalah virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]
  • Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker dikarenakan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut adalah penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan oleh Rous disebut Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
  • Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope adalah model kanker pertama pada manusia yag dikarenakan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
  • Wendell Stanley adalah orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan adalah Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]
  • Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan bakteriofage.[8] Bakterofage adalah virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus yaitu organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya bertambah kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berwujud linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil hingga dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[10][9] Bahan genetik banyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan banyakan yaitu RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang dijadikan lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid dapat berwujud bulat (sferik), heliks, polihedral, atau wujud yang bertambah kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari jumlah subunit protein yang disebut kapsomer.[9][10]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral mengandung asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Untuk virus berwujud heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang lebih kurang 1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

Virus cacar cairan memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini dapat bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam wujud simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik dipilihkan dengan koefisien T, yaitu lebih kurang 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[12] Seperti virus wujud heliks, kapsid beberapa jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun pada umumnya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein dan glikoprotein yang bermula dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Benar pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut dipakai oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus

Macam-macam infeksi virus

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai dampak bagi inangnya.[15] benar yang berbahaya, namun juga benar yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga dampak yang dibuat tidak terlalu agung.[15]

  1. Infeksi Akut
    infeksi akut adalah infeksi yang berlanjut dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berdampak fatal.[15] Dampak dari infeksi akut adalah :
    * Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
    * Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
    * Berlanjut untuk infeksi kronis[15]
    * Kematian[15]
  2. Infeksi Kronis
    Infeksi kronis adalah infeksi virus yang berkepanjangan sehingga benar resiko gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
    * Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
    * Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
    * Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV

    * Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus

Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus

Pelekatan virus adalah babak interaksi awal selang partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik selang molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk babak pelekatan yaitu koreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berwujud protein (biasanya glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki bertambah dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.[16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

  • molekul immunoglobulin-like superfamily
  • reseptor terkait membran
  • saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1).[17] Molekul tersebut adalah molekul adhesi yang fungsi normalnya yaitu untuk mengikatkan sel untuk substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang benar pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.[19]demikianlah keadaanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza dapat berikatan dengan jumlah tipe sel.[19]

Penetrasi

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di membran sel.[20] Babak ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

  • Translokasi partikel virus
Babak translokasi relatif jarang terjadi di selang virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami aci, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
  • Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
babak endositosis adalah mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak dibutuhkan protein virus spesifik selain yang telah dipakai untuk pengikatan reseptor.[22]
  • fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Babak fusi virus berenvelop dengan membran sel adun secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Dibutuhkan demikianlah keadaanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel

Tahap ini terjadi setelah babak penetrasi dimana kapsid virus adun seluruhnya maupun beberapa dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam wujud kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlanjut cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20] untuk virus lainnya, tahap ini adalah babak multistep yang melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

Apakah virus influenza memiliki RNA untuk mensintesis partikel baru

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompokan seperti pengelompokan [[David Baltimore].[24] Babak ekspresi gen akan menentukan semua babak infeksi virus (akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kelompokan ini dibagi dijadikan dua kelompok :
  1. Replikasi terjadi di isi dan relatif tergantung untuk faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
  2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting untuk transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan banyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].
  • Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan wujud utas ganda intermediate sebagai cetakan untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
  • Kelas III : RNA Utas Ganda
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah untuk berproduksi monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae[24]
  • Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae[24]
  • Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi dijadikan dua tipe :
  1. Genom tidak mempunyai segmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi yaitu transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA polimerase untuk berproduksi monosistronik mRNA yang juga sebagai cetakan untuk replikasi genom.[24]
  2. Genom mempunyai segmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dibuat oleh transkriptase virus.[24]
  • Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse transkriptase dijadikan DNA.[24]
  • Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kelompokan ini bergantung untuk reverse transkriptase, tetapi tidak sama dengan retrovirus, babaknya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan

Perakitan adalah babak pengumpulan komponen-komponen virion pada anggota khusus di dalam sel.[20] Selama babak ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Babak ini tergantung untuk babak replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : babak perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu babak perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan

Pematangan adalah tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dibuat oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk berproduksi produk yang matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya pada umumnya terlibat dalam babak ini.[20]

Pelepasan

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

  • untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan adalah babak yang sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
  • untuk virus berselubung, dibutuhkan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati membran , babak ini diketahui sebagai budding.[20]

Babak pelepasan partikel virus kemungkinan dapat merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan beberapa lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus

Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan prosedur penyebaran, dan genomik fungsional.[25]

  • Klasifikasi virus sesuai morfologi
Sesuai morfologi, virus dibagi sesuai jenis asam nukleat dan juga protein membran terluarnya (envelope) dijadikan 4 kelompokan, yaitu :[25]
  1. Virus DNA
  2. Virus RNA
  3. Virus berselubung
  4. Virus non-selubung
  • Klasifikasi virus sesuai tropisme dan prosedur penyebaran
Sesuai tropisme dan prosedur penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
  1. Virus Enterik
  2. Virus Respirasi
  3. Arbovirus
  4. Virus onkogenik
  5. Hepatitis virus
  • Klasifikasi virus sesuai genomik fungsional
Virus di klasifikan dijadikan 7 kelompokan sesuai alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
  1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
  2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
  3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
  4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
  5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
  6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
  7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus

Virus RNA

Virus RNA adalah virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini yaitu virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini yaitu Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

Retroviridae

Retroviridae adalah virus berwujud ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan dijadikan enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berfaedah untuk mengubah RNA dijadikan DNA.[26][27]DNA yang dibuat nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut dikarenakan salah satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal yaitu genus Lentivirus, yang contoh spesiesnya yaitu HIV 1 dan 2.[26]

Picornaviridae adalah berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili ini dapat menyebabkan jumlah penyakit pada manusia, di selangnya yaitu penyakit polio yang dikarenakan oleh Poliovirus dan flu ringan yang dikarenakan oleh Rhinovirus.[28]

Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae adalah virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA mempunyai segmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini yaitu virus ini memiliki protein permukaan yang adalah antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin adalah anggota virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29] Neuraminidase mempunyai peran untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]

Virus ini di klasifikasikan dijadikan empat kelompokan yaitu :

  1. Influenza tipe A
    Influenza tipe A adalah virus yang menginfeksi berbagai spesies adun manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic drift dan antigenic shift. [29]
    Antigenic drift yaitu terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang benar tidak dapat mengenalinya lagi. Peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.[29]
    Antigenic shift yaitu munculnya subtipe barus virus influenza yang dikarenakan karena penggabunggan genetik selang manusia dengan virus hewan atau dengan transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak benar atau sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
  2. Influenza tipe B
  3. Influenza tipe C
  4. Tick-Borne Influenza
    virus ini adalah virus yang bermula dari kutu.[29]
Arboviruses

Arbovirus adalah singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang bermula dari kelompokan Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi dijadikan empat famili yaitu :

  1. Togaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu Rubellavirus.[30]
  2. Flaviviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu Hepatitis C virus dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
  3. Bunyaviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu California encephalitis virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
  4. Reoviridae
    contoh virus yang termasuk dalam kelompokan ini yaitu reovirus yang menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare epidemik pada anak-anak.[30]

Virus DNA

Virus DNA adalah virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompokan yang tergolong dalam kelompokan ini yaitu virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompokan ini yaitu Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]

Herpesviridae

Herpesviridae adalah kelompokan virus berukuran agung dengan materi genetik DNA utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :

  1. Alpha Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan Alpha herpesvirus pada umumnya menyebabkan penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten persisten dikarenakan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka benar kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
    contoh dari virus ini yaitu Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
  2. Beta Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan beta herpesvirus pada umumnya menyebabkan penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
    contoh dari virus ini yaitu Cytomegalovirus.[31]
  3. Gamma Herpesvirus
    Virus yang termasuk dalam kelompokan ini dapat menyebabkan penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
    contoh dari virus ini yaitu Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae

Parvoviridae adalah virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan adalah virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus adalah virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompokan ini yaitu virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]

Poxviridae

Poxviridae adalah virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini yaitu virus ini memiliki morfologi agung dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompokan ini yaitu Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat agung diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Peranan Virus dalam Kehidupan

Beberapa virus benar yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah dijadikan gen adun (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor ­biologi pada Purdue's School of Science telah menemukan prosedur pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipromosikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember ­2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen untuk sel yang sakit (paru-paru).[15] Meskipun demikian, banyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat diketahui sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak benar makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut dikarenakan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini benar isinya beberapa jenis penyakit yang dikarenakan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani dampak ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang susut.[15]

Penyakit hewan dampak virus

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya yaitu new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet, dikarenakan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan dampak virus

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya yaitu tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya yaitu virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya yaitu virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia dampak virus

Contoh paling umum dari penyakit yang dikarenakan oleh virus yaitu pilek (yang dapat saja dikarenakan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang dikarenakan virus HIV), dan demam herpes (yang dikarenakan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga dikarenakan beberapa oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan selang kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga benar beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab untuk penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya prosedur penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan dapat menyebabkan kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah dampak wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah agung.[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang diasumsikan paling berbahaya yaitu filovirus.[34] Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34] Filovirus yaitu virus berwujud panjang seperti cacing, yang dalam jumlah agung tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, peristiwa ini dijadikan epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]

Diagnosis di laboratorium

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus pada umumnya melewati babak yang sulit dan mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit dampak virus membutuhkan sarana agung dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga pakar dari berbagai bidang, contohnya teknisi, pakar biologi molekular, dan pakar virus.[35] Pada umumnya babak ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

Pencegahan dan pengobatan

Karena pada umumnya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang diasumsikan paling efektif yaitu vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap babak infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala dampak infeksi virus.[36]

Penyembuhan penyakit dampak infeksi virus pada umumnya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik yaitu resistansi bakteri terhadap antibiotik.[36] Karena itulah dibutuhkan pemeriksaan bertambah lanjut untuk memastikan apakah suatu penyakit dikarenakan oleh bakteri atau virus.[36]

Lihat pula

  • Mikrobiologi
  • Prion
  • Virologi

Referensi

  1. ^ a b Templat:Vcite web
  2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005). Virologi Tumbuhan (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku). Yogyakarta: Kanisius. pp. hlm. 17. ISBN 9792111808, 9789792111804. Retrieved 2009-03-13. 
  3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
  4. ^ Creager, A.N.H. (2002). The life of a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku) (Edisi ke-2 ed.). Chicago: University of Chicago Press. pp. hlm. 119. ISBN 0226120260, 9780226120263. Retrieved 2009-03-26. 
  5. ^ a b c d Rous P (1911). "A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable from the tumor cells" (pdf). J Exp Med 13: 397–399. 
  6. ^ a b Shope RE (1933). "Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the histopathology" (pdf). J Exp Med 58: 607. 
  7. ^ a b c Stanley WM (1933). "Isolation of a crystalline protein possessing the properties of tobacco mosaic virus" (pdf). Science 81: 644–645. 
  8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of Viral Protein and Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology 36: 39–56. 
  9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
  10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997), Viral Infections of Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing Corporation, ISBN 0-306-44856-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). "Cellular receptors for viruses: links to tropism and pathogenesis" (pdf). Journal of General Virology 81: 1413–1429. 
  17. ^ a b c d e Olson NH (1992). "Structure of a human rhinovirus complexed with its receptormolecule" (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507–511. 
  18. ^ a b Yongning H. (2000). "Interaction of the poliovirus receptor with poliovirus" (pdf). PNAS 97: 79–84. 
  19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). "Glycan Receptor for Influenza Virus" (pdf). The Open Antimicrobial Agents Journal 2: 26–33. 
  20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications, England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell Publishing, ISBN 2007019839  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London: Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana Press, ISBN 978-1-58829-288-9  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-80566-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6  (lihat di Penelusuran Buku Google)g
  32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York: Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic Press, ISBN 978-0-12-746642-2  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-6591-0  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)
  36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4  (lihat di Penelusuran Buku Google)

Pranala luar

  • (Inggris) Perpustakaan Online tentang virus
  • (Inggris) Wong's Virology
  • (Inggris) Apa itu virus?

Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.