Apa yang menyebabkan menurunnya menghilangnya keanekaragaman hayati brainly?

Hilangnya keanekaragaman hayati merupakan peristiwa penurunan keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang antara lain disebabkan oleh punahnya spesies (tumbuhan atau hewan) di seluruh dunia, serta pengurangan atau hilangnya spesies secara lokal di habitat tertentu. Fenomena terakhir ini dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada apakah degradasi lingkungan yang menyebabkan hilangnya spesies tersebut dapat dipulihkan melalui restorasi ekologis atau ketahanan ekologis, atau terjadi secara permanen (misalnya akibat hilangnya lahan). Kepunahan global sejauh ini terbukti tidak dapat diubah.

Apa yang menyebabkan menurunnya menghilangnya keanekaragaman hayati brainly?

Pendemo yang mengecam hilangnya keanekaragaman hayati pada Extinction Rebellion (2018)

Hilangnya spesies secara permanen dalam lingkup global merupakan fenomena yang lebih dramatis dibandingkan perubahan komposisi spesies dalam lingkup regional. Meskipun demikian, perubahan kecil pada kondisi biodiversitas yang stabil dan sehat dapat berpengaruh dramatis pada jaring-jaring makanan dan rantai makanan. Hilangnya satu spesies dapat berdampak buruk pada keseluruhan rantai yang mengarah pada penurunan keseluruhan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang berkurang juga mengarah pada penurunan manfaat ekosistem dan pada akhirnya menimbulkan bahaya langsung bagi ketahanan pangan, yang berdampak bagi umat manusia.[1]

Faktor utama yang mengakibatkan stres biotik dan laju hilangnya biodiversitas yang semakin cepat (selain ancaman lainnya) adalah:[2]

  1. Degradasi dan hilangnya habitat. Intensifikasi pemanfaatan lahan (dan hilangnya lahan atau habitat) telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam hilangnya layanan ekologis sebagai efek langsung serta hilangnya keanekaragaman hayati.[3]
  2. Perubahan iklim melalui tekanan panas dan tekanan kekeringan.
  3. Beban nutrisi yang berlebihan dan bentuk polusi lainnya.
  4. Eksploitasi berlebihan dan penggunaan secara tidak berkelanjutan (misalnya metode penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan).
  5. Konflik bersenjata yang mengganggu kehidupan dan mata pencaharian manusia, berkontribusi pada hilangnya habitat, dan meningkatkan eksploitasi berlebihan terhadap spesies yang bernilai ekonomi, yang menyebabkan penurunan populasi dan kepunahan lokal.[4]
  6. Spesies asing invasif yang bersaing untuk suatu relung, menggantikan spesies asli.[5]
  7. Aktivitas manusia yang mengancam bentuk kehidupan lainnya. Sekitar 30% mamalia, amfibi, dan spesies burung terancam punah.[6]

  1. ^ Cardinale, Bradley; et al. (2012). "Biodiversity loss and its impact on humanity" (PDF). Nature. 486 (7401): 59–67. doi:10.1038/nature11148. PMID 22678280. ...at the first Earth Summit, the vast majority of the world’s nations declared that human actions were dismantling the Earth’s ecosystems, eliminating genes, species and biological traits at an alarming rate. This observation led to the question of how such loss of biological diversity will alter the functioning of ecosystems and their ability to provide society with the goods and services needed to prosper.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ "Global Biodiversity Outlook 3". Convention on Biological Diversity. 2010. 
  3. ^ Allan, Eric; Manning, Pete; Alt, Fabian; Binkenstein, Julia; Blaser, Stefan; Blüthgen, Nico; Böhm, Stefan; Grassein, Fabrice; Hölzel, Norbert; Klaus, Valentin H.; Kleinebecker, Till; Morris, E. Kathryn; Oelmann, Yvonne; Prati, Daniel; Renner, Swen C.; Rillig, Matthias C.; Schaefer, Martin; Schloter, Michael; Schmitt, Barbara; Schöning, Ingo; Schrumpf, Marion; Solly, Emily; Sorkau, Elisabeth; Steckel, Juliane; Steffen-Dewenter, Ingolf; Stempfhuber, Barbara; Tschapka, Marco; Weiner, Christiane N.; Weisser, Wolfgang W.; et al. (2015). "Land use intensification alters ecosystem multifunctionality via loss of biodiversity and changes to functional composition". Ecol. Lett. 18 (8): 834–843. doi:10.1111/ele.12469. PMC 4744976  . PMID 26096863. 
  4. ^ Daskin, Joshua H.; Pringle, Robert M. (2018). "Warfare and wildlife declines in Africa's protected areas". Nature. 553 (7688): 328–332. Bibcode:2018Natur.553..328D. doi:10.1038/nature25194. PMID 29320475.  Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Walsh JR, Carpenter SR, Vander Zanden MJ (2016). "Invasive species triggers a massive loss of ecosystem services through a trophic cascade". Proc Natl Acad Sci U S A. 13 (15): 4081–5. Bibcode:2016PNAS..113.4081W. doi:10.1073/pnas.1600366113. PMC 4839401  . PMID 27001838. 
  6. ^ Shah, Anup. "Loss of Biodiversity and Extinctions". Global Issues. Diakses tanggal 3 May 2019. 

  • Anup Shah (2014). "Loss of Biodiversity and Extinctions". globalissues.org. 
  • "How does Biodiversity loss affect me and everyone else?". panda.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-17. Diakses tanggal 2020-11-25. 
  • "TOPICS IN BIODIVERSITY LOSS". Global Change Project of the Paleontological Research Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-19. Diakses tanggal 2017-01-24.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • "Forests, desertification and biodiversity". United Nations Sustainable Development. Diakses tanggal 2018-03-05. 
  • "Climate Change and Biodiversity Loss". Center for Health and the Global Environment. 2017-07-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-06. Diakses tanggal 2018-03-05.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • "Harry Furzers guide to the galaxy". Harry Furzers dungeon of science information. 2018-07-19. Diakses tanggal 2018-03-05. [pranala nonaktif permanen]
  • "How Overpopulation Leads to Habitat Loss and Mass Extinction". Max Katz-Balmes. 
  • "Biodiversity loss could be making us sick – here's why". The Conversation. August 4, 2020. 
  • Global Biodiversity Outlook Convention on Biological Diversity
  • Biodiversity: Why the nature crisis matters, in five graphics. BBC, September 30, 2020

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hilangnya_keanekaragaman_hayati&oldid=21019672"

SETIAP 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia. Sudah sepatutnya kita menjaga kelestariannya dengan berbagai cara.

Data WWF dalam rentang waktu 1970 sampai dengan 2014, lebih dari 60% populasi mamalia, burung, ikan, dan reptil telah lenyap. Salah satu faktornya adalah pola makan dengan produk hewani.

Juru Kampanye Perlindungan Hewan dari Sinergia Animal Diah Pitaloka mengatakan, ketidakseimbangan ini bukan hanya beresiko membahayakan hewan. Berkurangnya ekosistem alami juga berpengaruh pada ancaman kehidupan manusia di bumi, 

"Hewan dan tumbuhan berperan penting dalam mengatur bumi yang kita tinggali melalui suhu, iklim, dan penyerbukan,” ungkap Dian. 

Dia juga menjelaskan berbagai  langkah yang mengakibatkan kurangnya populasi keanekaragaman hayati di dunia. Berikut ulasannya yang dirangkum Okezone

Mencegah hilangnya habitat

Apa yang menyebabkan menurunnya menghilangnya keanekaragaman hayati brainly?

Berdasarkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), 80% lahan pertanian di dunia digunakan untuk hewan ternak. Hal ini menyebabkan kerusakan yang signfikan terhadap hutan hujan, yang membahayakan satwa liar yang menjadi salah satu penyebab utama deforestasi di Hutan Amazon di Brazil dan Hutan Cerrado.

"Indonesia mengimpor kedelai dari Brazil untuk diberi makan ke hewan ternak. Saat kita mengurangi konsumsi produk daging, kita mengurangi permintaan jenis produk tersebut sehingga mengurangi beban lahan yang dipakai. Produksi sayur-sayuran untuk konsumsi manusia membutuhkan lahan yang jauh lebih sedikit,” jelas Dian.

Tidak ada lagi pemusnahan hewan liar 

Para peternak menganggap hewan liar sebagai ancaman untuk produksi. Contohnya bison, kangguru, zebra dan kerbau bersaing dengan hewan ternak untuk merumput, serta ular dan keluarga kucing besar yang memangsa hewan ternak. 

Jangan biarkan hewan liar kelaparan 

Untuk menjaga hewan liar jauh dari lahannya, para peternak membangun pagar yang dapat menghalangi rute migrasi jutaan hewan. Jika mereka tidak dapat melanjutkan migrasinya, banyak hewan yang dapat sekarat karena dehidrasi atau kelaparan. Tentunya keadaan tidak harus seperti ini.

Polusi air 

Mayoritas air yang dikonsumsi oleh hewan ternak kembali ke alam dalam bentuk pupuk cair, zat yang sarat akan patogen, logam berat, residu obat, hormon, antibiotik.

Berdasarkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB  (FAO) limbah tersebut menyerap banyak oksigen yang menyebabkan adanya pertumbuhan ganggang berlebih di danau, waduk, atau daerah pesisir. Selain oksigen, ganggang juga menghasilkan toksin yang mengancam spesies lain untuk bertahan hidup. 

Cegah terjadinya perubahan iklim 

Hewan ternak berkontribusi sebanyak 14,5% sampai 18% jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa peternakan hewan berperan secara signifikan dalam perubahan iklim dan juga kerusakan lingkungan sebagai dampaknya,” ungkap Dian. 

Mengurangi tekanan biota laut 

Berdasarkan Unesco, jika tidak ada perubahan, di tahun 2100 lebih dari setengah dari spesies biota laut berada dalam ancaman kepunahan. Penyebabnya karena terjadi penangkapan ikan yang berlebihan.