Show
Kata Tuhan menurut Kamus Akbar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata "TUHAN" (ditulis dengan smallcaps) digunakan untuk menterjemahkan kata "Tetragrammaton YHWH', yaitu nama kudus Allah menurut Alkitab Ibrani, dalam anggota Kontrak Lama. Di anggota Kontrak Baru, kata "Tuhan" merupakan terjemahan kata bahasa Yunani: κύριος (kýrios atau kurios), yang berkonotasi "pemilik" (termasuk pemilik budak), "majikan" atau panggilan hormat "tuan". Sebenarnya berasal dari kata "tuan" yang menurut Kamus Akbar Bahasa Indonesia diartikan sebagai:
Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kedua kata ini adalah adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ. Keterangannya di situ, Tuhan, “arti kata ‘Tuhan’ mempunyai hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berguna atasan/penguasa/pemilik.”[2] Berbakat bahasa Remy Sylado menemukan bahwa perubahan kata "tuan" yang tuan sifatnya insani, menjadi "Tuhan" yang sifatnya ilahi itu berasal dari terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu karya Melchior Leijdecker yang terbit pada tahun 1733.[3] Dalam terjemahan sebelumnya, yaitu Kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan yang diperuntukkan bagi Isa Almasih ini diartikannya menjadi "tuan".[3] Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diartikan "Tuan" - sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere - melalui Leijdecker berubah menjadi "Tuhan" dan akhir, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih akhir-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.[3] Dengan demikian, kata "Tuhan" ini umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat tidak berkesudahan dan supranatural, kebanyakan diistilahkan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya. Hal ini mampu juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa konsep-konsep yang mirip dengan ini misalkan suatu bentuk energi atau kesadaran yang merasuki seluruh alam semesta, di mana keberadaan-Nya membuat alam semesta ada; sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi dalam semua makhluk hidup; atau apapun yang tak mampu difahami atau dijelaskan. Banyak tafsir daripada nama "Tuhan" yang bertentangan satu sama lain. Walaupun kepercayaan akan Tuhan mempunyai dalam semua kebudayaan dan peradaban, tetapi artinya berbeda-beda. Istilah "Tuan" banyak mempunyai kedekatan makna dengan kata Tuhan, dimana Tuhan juga merupakan majikan atau juragannya alam semesta. Tuhan punya abdi sedangkan Tuan punya sahaya atau budak. Kata Tuhan diistilahkan semakin dari 1.000 kali dalam Al-Qur'an,[4] sementara di dalam Alkitab kata Tuhan diistilahkan sebanyak 7677 kali.[5] Daftar inti
Konsep tentang TuhanSecara filsafat, prestasi dalam pencarian Tuhan kebanyakan berujung pada penemuan eksistensi Tuhan saja, dan tidak sampai pada substansi tentang Tuhan. Dalam istilah filsafat eksistensi Tuhan itu dikenal sebagai absolut, berbeda (distinct) dan unik. Absolut gunanya keberadaannya mutlak bukannya relatif. Hal ini mampu dipahami, bahwa pernyataan semua kebenaran itu relatif itu tidak sah. Seandainya semua itu relatif, bagaimana kita mampu mengetahui bahwa sesuatu itu relatif. Padahal yang relatif itu menjadi satu-satunya eksistensi realitas. Ibarat warna yang mempunyai di seluruh jagat ini hanya putih, bagaimana kita mampu tahu putih padahal tidak mempunyai pembanding selain putih. Dengan demikian tidak mampu disangkal mempunyainya kebenaran itu relatif, dan secara konsisten tidak mampu disangkal pula mempunyainya kebenaran mutlak itu. Dengan kemutlakannya, ia tidak akan mempunyai yang menyamai atau diperbandingkan dengan yang lain (distinct). Seandainya Tuhan mampu diperbandingkan tentu tidak mutlak lagi atau menjadi relatif. Karena tidak mampu diperbandingkan maka tuhan bersifat unik, dan hanya mempunyai ia satu-satunya. Seandainya mempunyai yang lain, berguna ia tidak lagi mutlak. Dalam gagasan Nietzsche, istilah "Tuhan" juga merujuk pada segala sesuatu yang dianggap mutlak kebenarannya. Sedangkan Nietzsche berpendapat tiada "Kebenaran Mutlak"; yang mempunyai hanyalah "Kealpaan yang tak-terbantahkan". Karenanya, ia bercakap, "Tuhan telah mati". "Kealpaan yang tak-terbantahkan" dengan "Kebenaran yang-tak terbantahkan" tidaklah memiliki perbedaan yang signifikan. Sekiranya pemikiran Nietszhe ini dimanfaatkan untuk melanjutkan ronde pencairan Tuhan, maka Tuhan itu suatu eksistensi yang tak terbantahkan. Dengan demikian eksistensi absolut, mutlak dan tak terbantahkan itu sama saja. Jadi, masalah umat manusia dalam ronde pencairan Tuhan tiada lain ronde penentuan peletakan dirinya kepada (segala) sesuatu yang diterimanya sebagai 'tak terbantahkan', atau mutlak, atau absolut. Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim Ph.D memberikan arti Tuhan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting dan dipentingkan sehingga dirinya rela didominirnya (Buku:Kuliah Tauhid). Konsekuensi eksistensi TuhanDengan kemutlakannya, Tuhan tentunya lepas sama sekali oleh tempat dan waktu. Baginya tidak dipengaruhi yang dulu atau yang akan datang. Tuhan tidak memerlukan tempat, sehingga pertanyaan tentang dimana Tuhan hanya akan membatasi kekuasaannya. Maka baginya tidak mempunyai kapan lahir atau kapan mati. Manusia dalam mencari Tuhan dengan bekal kemampuan penggunaan kecerdikannya mampu mencapai tingkat eksistensinya. Kemungkinan sejauh ini, kemutlakan Tuhan menyebabkan manusia yang relatif itu tidak mampu menjangkau substansi Tuhan. Dengan demikian informasi tentang substansi Tuhan itu apa, tentunya berasal dari Sang Mutlak atau Tuhan itu sendiri. Di dunia ini banyak agama yang mengklaim sebagai pembawa pesan Tuhan. Bahkan mempunyai agama yang dihasilkan bentuk manusia (yang relatif) termasuk pembuatan substansi Tuhan itu tentu. Karena banyaknya nama dan nasihat agama yang bervariasi tidak mungkin keseluruhan sah. Seandainya substansi mutlak ini bervariasi, maka hal itu bertentangan dengan eksistensinya yang unik. Untuk menemukan informasi tentang substansi yang mutlak, yang unik dan yang distinct itu mampu menggunakan uji autentistas sumber informasinya. Terutama terkait dengan informasi Tuhan dalam memperkenalkan dirinya kepada manusia apakah mencerminkan eksistensinya itu. Perbandingan selang konsep Tuhan dengan DewaDi dalam bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, dua konsep atau nama yang mengadakan komunikasi dengan ketuhanan, yaitu: Tuhan sendiri, dan Dewa. Penganut monoteisme kebanyakan menolak menggunakan kata Dewa di Indonesia, tetapi sebenarnya hal ini tidaklah berdasar. Sebab di Prasasti Trengganu, prasasti tertua di dalam bahasa Melayu yang ditulis menggunakan Huruf Arab (Huruf Jawi) menyebut "Sang Dewata Luhur Raya". Dewata yang dikenal orang Melayu berasal dari istilah lokal Nusantara, sama seperti Jubata/Juata/Jata yang dikenal orang Dayak yang berguna penguasa dunia bawah (dewa air). Bagaimanapun, pada masa kini, pengertian istilah Tuhan digunakan untuk merujuk Tuhan yang tunggal, sementara Dewa dianggap berisi guna salah satu dari banyak Tuhan sehingga cenderung mengacu kepada politeisme. Perbedaan Tuhan dengan dewa hanya sekedar perbedaan terjemahan bahasa, meski masing-masing punya latar balik perkembangan makna terkait dengan apresiasi masing-masing atas konsepsi Ketuhanannya. Namun, secara universal keduanya menunjuk pada eksistensi yang sama, yaitu soal 'Yang Tak Terbantahkan' Paham-paham ketuhananSungguhpun eksistensi Tuhan dipahami mutlak mempunyainya, tetapi setiap orang mempunyai kepercayaan yang berbeda mengenai penjelasan tentang Tuhan sehingga pro-kontra tentang Tuhan mampu dibedakan sebagai berikut :
Berikut paham-paham yang mampu diisikan ke salah satu dari kategori diatas, yaitu :
Teori ketuhananBerdasarkan teori atau pendekatan yang digunakan, segala sesuatu yang diajarkan ketuhanan yang beraneka penjelasan tersebut mampu dikelompokkan sebagai berikut:
Tuhan dalam Agama SamawiAgama samawi atau dikenal juga sebagai agama abrahamis atau agama langit dimaksudkan untuk menunjuk agama Yahudi, Nasrani (Kristen/Katolik) dan Islam. Di selang agama-agama ini menggunakan sebutan/panggilan yang berbeda yang dikarenakan perbedaan bahasa dan nasihatnya.
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
edunitas.com
Data Lengkap Harian COVID-19 ★ di Dunia, per Negara, per Hari Covid Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur (NTT) Corona Ngada, Bau-Bau, Malaka, Kebayoran Baru, Senayan (+ Pertanyaan & Jawaban) Kode Pos Seluruh Indonesia https://m.kodepos.nomor.net Angka Kecukupan
Gizi HOME Tautan
Apa pemahaman Anda tentang Tuhan?Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.
Apa pengertian Tuhan dari bahasa dan istilah?Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya dengan TUHAN, yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu TUH HYANG, yang memiliki arti roh atau dewa yang memiliki posisi tertinggi dalam khayangan atau surga. Tiap-tiap agama penganut paham monotheisme memiliki nama untuk Tuhan.
Apa itu Tuhan dalam Alkitab?Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata "TUHAN" (ditulis dengan smallcaps) digunakan untuk menterjemahkan kata "Tetragrammaton YHWH', yaitu nama kudus Allah menurut Alkitab Ibrani, dalam anggota Kontrak Lama.
Apa yang dimaksud satu Tuhan?Satu Tuhan banyak sebutan adalah filsafat yang berawal dari gagasan bahwa pengetahuan dan iman manusia kepada Tuhan merupakan titik awal sekaligus alpha omega (titik akhir), sehingga terdapat sejumlah persoalan mendasar yang muncul, yaitu kedekatan manusia untuk mengenal Tuhan secara benar, Tuhan Yang Absolut perlu ...
|