Apa saja salat sunah muakkad yang dikerjakan secara berjamaah

Ilustrasi Sholat Sunnah Muakkad. Foto: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Muslim wajib melaksanakan ibadah fardhu (wajib) maupun sunnah. Ibadah sunnah dilaksanakan guna menyempurnakan ibadah wajib.

Melansir buku Fikih Empat Madzhab oleh Syaikh Abdurrahman Al Juzairi, menurut Ulama Malikiyah sunnah adalah apa yang diperintahkan oleh pembuat syariat, kemudian perintah tersebut memiliki keagungan nilai dan ditegaskan untuk ditempatkan kepada para jamaah atau pengikutnya.

Sementara hukum melaksanakan ibadah sunnah adalah apabila ibadah tersebut dikerjakan, maka seseorang akan mendapatkan pahala. Sedangkan jika tidak dikerjakan, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan dosa.

Dalam praktiknya, ibadah sunnah dibagi menjadi dua yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakad. Berdasarkan tinjauan ilmu Ushul Fiqh, sunnah muakkad adalah amalan sunnah yang dilakukan untuk menyempurnakan suatu ibadah wajib dan dianjurkan dilakukan sebab tingkatannya hampir mendekati ibadah wajib.

Sunnah muakkad dianggap sebagai cara menyempurnakan suatu ibadah. Sebab, ketika seseorang melaksanakan ibadah fardhu, bisa saja ada bagian-bagian sunnah yang tidak ia kerjakan sehingga mengurangi pahalanya.

Contohnya ketika seseorang mengerjakan sholat fardhu lalu tidak membaca surat pendek, maka sholat akan tetap sah namun tidak sempurna. Sehingga, dengan mengerjakan sholat rawatib (sholat yang termasuk ibadah sunnah muakkad), maka diharapkan pahalanya dapat melengkapi sunnah membaca surat pendek yang ia tinggalkan.

Sunnah muakkad juga dapat dipahami sebagai suatu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Hanya sekali atau dua kali saja beliau meninggalkannya untuk menunjukkan kepada umatnya bahwa ibadah tersebut tidaklah wajib.

Ilustrasi Sholat Sunnah Muakkad. Foto: Freepik

Contoh Ibadah Sunnah Muakkad

Dikutip dari laman NU Online.or.id, berikut contoh pelaksanaan ibadah sunnah muakkad yang berupa sholat sunnah.

Shalat rawatib bisa menjadi penyempurna ibadah sholat fardhu, di antaranya meliputi:

  • Dua rakaat sebelum melaksanakan sholat subuh (qabliyah)

  • Dua rakaat sebelum melaksanakan sholat dzuhur (qabliyah)

  • Dua rakaat sesudah melaksanakan sholat dzuhur (ba’diyah)

  • Dua rakaat sesudah melaksanakan sholat maghrib (ba’diyah)

  • Dua rakaat sesudah melaksanakan sholat isya (ba’diyah)

Adapun sholat malam yang hukum melaksanakannya adalah sunnah muakkad, yaitu:

  • Sholat Tarawih di bulan Ramadhan

  • Sholat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha

3. Shalat Tahiyatul Masjid

Salat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika seseorang memasuki masjid.

Sholat dhuha dilakukan seseorang ketika memasuki waktu dhuha. Waktu dhuha yakni ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya hingga mulai memasuki waktu dzuhur.

Ilustrasi Sholat Sunnah Muakkad. Foto: Freepik

Ketentuan Melaksakan Sholat Sunnah Muakkad

  • Tidak didahului oleh adzan dan iqomah, kecuali sholat rawatib.

  • Dilaksanakan sendirian (munfarid), kecuali sholat dua hari raya.

  • Diawali dengan niat sesuai jenis sholatnya.

  • Dilaksanakan dua rakaat dengan satu salam.

  • Melaksanakan sholat sunnah di tempat yang berbeda dari sholat wajib.