Apa kritikan tentang film 5 elang


Apa kritikan tentang film 5 elang

SAAT Playstation, game online, atau di handphone bikin anak-anak kecanduan, masihkah ekstra kurikuler praja muda karana (pramuka) diminati anak zaman sekarang?

Film ini ingin membuktikan kalau pramuka lebih mengasyikkan dari semua game yang hanya mengandalkan jemari. Hebatnya lagi, film ini menyajikannya dengan asyik! Film ini, Lima Elang, dibuat untuk memperingati 50 tahun Gerakan Pramuka yang jatuh pada 14 Agustus lalu. Namun dirilis bertepatan dengan momen libur Lebaran.

Lima Elang berkisah tentang Baron (Christoffer Nelwan), bocah SD yang tinggal di Jakarta dan gemar bermain mobil RC. Suatu hari, ia harus mengikuti orangtuanya (David Chalik dan Fera Rahmi) pindah ke Balikpapan, Kalimantan Timur. Di sekolah barunya, Baron cenderung menyendiri dan menolak bergaul dengan teman-temannya. Padahal, ada Rusdi (Iqbaal D. Ramadhan) yang menawarkan persahabatan. Di sekolah ini, Rusdi dikenal sangat aktif mengikuti kegiatan pramuka. Ia menjadikan pramuka sebagai pegangan utama hidupnya. Pramuka dari sekolah mereka hendak mengikuti perkemahan, namun jumlah anggotanya kurang. Rusdi berniat mengajak Baron bergabung. Namun Baron menolak. Selain tidak berminat pada pramuka, ia ingin berlibur ke Jakarta untuk mengikuti kompetisi mobil RC. Tapi Rusdi pantang menyerah. Dengan cerdiknya, ia mendatangi rumah Baron dan bertemu kedua orangtuanya. Rusdi membawa surat yang menyatakan Baron terpilih menjadi wakil dalam perkemahan pramuka. Ayah Rusdi bangga mendengar anaknya aktif di kegiatan kepramukaan. Baron tak kuasa menolak. Ia akhirnya mau ikut. Meski sebenarnya ia berencana kabur dari perkemahan karena mau menonton pameran mobil RC di Balikpapan yang dihelat bebarengan dengan acara perkemahan.

Selain Baron dan Rusdi, dari sekolah mereka juga ada Anton (Teuku Rizky Muhammad), Aldi (Bastian Bintang Simbolon), Rio dan Chandra. Sayang Rio dan Chandra harus dipulangkan karena terkena cacar. Di bumi perkemahan ini, Baron dkk berkenalan dengan Sindai (Monica Sayangbati). Ia gadis tangguh yang sering dimanfaatkan anggota regunya yang semua beranggotakan pramuka putri. Dalam suatu permainan, Baron dkk harus menjelajahi hutan yang lebat. Di sinilah Rusdi dan Anton diculik komplotan penebang hutan liar pimpinan Arip Jagau (Egi Fedly). Baron, Aldi dan Sindai yang berencana kabur, akhirnya berjuang menyelamatkan Rusdi dan Anton dari tangan Arip Jagau dan anak buahnya.

*** Berbeda dengan film sejenis yang kebanyakan mengusung konflik keluarga atau mencoba menyampaikan pelajaran hidup, Lima Elang mengambil latar pramuka. Tema ini lekat dengan kehidupan anak sekolah. Orangtua yang mendampingi buah hatinya, bisa mengenang saat-saat mengikuti kegiatan pramuka di sekolah dulu. Memang, “drama” juga dihadirkan sebagai bumbu. Diceritakan bagaimana Rusdi yang begitu optimis dan bersemangat, ternyata memiliki kisah kelam. Ia sudah lama tidak mendengar kabar dari ayah kandungnya.

Ada pula kisah Aldi yang mengikuti perkemahan demi mendekati Sandra, pramuka putri yang satu regu dengan Sindai. Rudy Soedjarwo, selaku sutradara dan Salman Aristo sebagai penulis cerita dan skenario menyajikan konflik dengan rapi. Transisi bagaimana Baron yang awalnya anti pramuka sampai menyatu dengan Rusdi dkk tersusun dengan apik, tidak mengada-ada.

Namun mendekati ending, Lima Elang terkesan kedodoran. Alih-alih menggali konflik yang sudah terbangun, malah muncul cerita penculikan. Penculikan yang terjadi di akhir film sedikit menyamarkan semangat pramuka dan persahabatan yang sudah terbangun apik. Mau tak mau, penonton akan membandingkan dengan film Petualangan Sherina yang juga menyodorkan cerita penculikan. Keunggulan lain, banyak angle indah ditampilkan Rudy dalam film ini. Misal, kamera mengambil gambar serangga di hutan sebagai fokus, dengan latar anak-anak pramuka yang sedang bertualang di hutan. Rudi juga piawai mengarahkan aktor-aktornya yang kebanyakan baru pertama main film.Aktor-aktris cilik tampil natural, membuat film terasa begitu hidup. Kelanjutan filmnya patut dinantikan. Karena di akhir film, terlihat tanda-tanda akan dibuatkan sekuel. Oke, tepuk pramuka buat Rudy dan Salman! PROK, PROK, PROK! PROK, PROK, PROK!

oleh : (ray/ade)

disadur dari :

http://www.tabloidbintang.com

-7.797224 110.368797

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 10 are not shown in this preview.

tirto.id - Lima Elang sudah bisa disaksikan di Mola TV. Berdurasi 87 menit, Lima Elang bisa ditonton untuk segala umur dan cocok untuk hiburan keluarga.

Film yang rilis 2011 ini bercerita tentang petualangan para anggota pramuka.

Para pemain yang bergabung di antaranya Christoffer Nelwan, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Bastian Bintang Simbolon, Teuku Rizky Muhammad, dan Monica Sayangbati.

Lima Elang berada dalam arahan sutradara Rudi Soedjarwo dan penulis naskah Salman Aristo.

Film bergenre drama petualangan ini diproduseri oleh Shanty Harmayn, Salman Aristo, dan Kemal Arsjad.

Dalam ajang Festival Film Indonesia 2011, film ini mendapat pengharagaan dalam kategori Penata Suara Terbaik (Khikmawan Santosa).

Selain Lima Elang, Rudi Soedjarwo juga merupakan sutradara Denting Kematian (2020), Kembalinya Anak Iblis (2019), 13: The Haunted (2018), Stay with Me (2016), Algojo: Perang Santet (2016), Pasukan Kapiten (2012), Langit Ke 7 (2012), Batas (2011), Garuda di Dadaku 2 (2011), Hantu Rumah Ampera (2009), dan Kambing Jantan (2009).

Untuk Salman Aristo, beberapa film terakhir yang dia tulis di antaranya Kuambil Lagi Hatiku (2019), Bumi Manusia (2019), Bukaan 8 (2017), Satu Hari Nanti (2017), Talak 3 (2016), Athirah (2016), Ada Cinta Di SMA (2016), Ayat-Ayat Adinda (2015), Skakmat (2015), Cinta Dalam Kardus (2013), dan Negeri 5 Menara (2012).

Sinopsis Lima Elang

Beberapa kondisi membuat Baron dan orangtuanya pindah dari Jakarta menuju Balikpapan.

Perpindahan tidak selalu menyenangkan, setidaknya untuk Baron. Kala itu dia masih cukup kecil dan labil.

Sejak pindah ke Balikpapan, Baron lebih sering menutup diri dari lingkungan barunya. Dia hanya bermain mobil remote control seorang diri.

Pada sebuah kegiatan di sekolah, Baron harus mewakili sekolahnya dalam perkemahan Pramuka.

Sebenarnya Baron tidak begitu bersemangat untuk mengikuti acara ini. Terlebih dia satu tim dengan orang-orang yang dia anggap aneh.

Ada Rusdi, anak pramuka supel namun kelewat optimistis dan kerap kali membuat Baron jengkel. Adapula Anton si ahli api, dan Aldi yang temperamental. Perkemahan pun dimulai.

Di salah satu kegiatan perkemahan, tim Baron bertemu dengan Sindai, gadis perkasa yang hidup di hutan.

Sindai banyak membantu tim Baron dalam menjelajahi hutan lebat dalam salah satu permainan perkemahan.

Sayangnya ada suatu masalah yang cukup berbahaya. Di tengah hutan mereka bertemu dengan pembalak liar.

Mereka menculik Rusdi dan Anton. Baron, Aldi, dan Sindai yang tadinya hendak kabur harus mengurungkan niatnya. Mereka perlu melakukan penyelamatan terhadap dua teman mereka.

Baca juga:

  • Serial Romulus dan Kiprah Matteo Rovere dalam Film Sejarah Roma
  • Mengenal Pentingnya Menonton Film Sesuai Usia Anak

Baca juga artikel terkait LIMA ELANG atau tulisan menarik lainnya Sirojul Khafid
(tirto.id - jul/wta)


Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Kontributor: Sirojul Khafid

Subscribe for updates Unsubscribe from updates