Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok

Selama kita di sekolah, tentu sudah tidak asing lagi dong dengan yang namanya kerja kelompok. Hampir di semua mata pelajaran, ibu ataupun bapak gurumu pasti pernah meminta para muridnya untuk melakukan kerja kelompok.

Pada saat pembagian kelompok, seringkali kita dihadapkan dengan berbagai macam kejadian lucu bahkan menjengkelkan. Dari yang nggak mau satu kelompok sama Si A lah, bingung mau milih anggota kelompok-lah, dan masih banyak lagi hal seru lainnya.

Mau tahu hal-hal apa saja yang sering terjadi ketika sedang pembagian kelompok di sekolah? Yuk langsung kita bahas!

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/Brooke Cagle

Siapa yang akan bersedia jika disatukan dengan murid yang dikenal pemalas, tukang tidur di kelas, dan tidak ada kontribusinya jika sedang kerja kelompok. Lebih banyak bengongnya ketika belajar, juga nggak ngasih ide dan solusi sama sekali ketika sedang berdiskusi.

Sebenarnya, kamu sendiri tidak akan mau 'kan jika harus satu kelompok dengan murid seperti itu? Tapi, kalau kamu sampai menolak, bisa-bisa kamu malah kena omelan guru lagi. Duh, ikhlasin aja, ya!

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/Nikhita S

Murid yang dikenal dengan ide-ide cemerlangnya, seringkali menjadi rebutan ketika sedang ada pembagian kelompok. Tidak ada satupun yang akan menolak jika harus satu kelompok dengan murid pintar ini.

Selain bisa diandalkan dalam mengerjakan tugas, tipe murid yang satu ini juga dianggap bisa meringankan beban yang seringkali dirasakan oleh anggota kelompok lainnya. Kalau kamu sendiri, termasuk murid pintar yang sering jadi rebutan nggak?

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/tribesh kayastha

Salah satu hal terberat adalah ketika kamu diharuskan untuk mengeluarkan salah satu murid dari kelompokmu. Sulit rasanya untuk mengeluarkan murid tersebut dari kelompokmu itu.

Di satu sisi, kamu tidak ingin dia merasa tersinggung dan sakit hati karena keputusanmu. Tapi di sisi lain, mau tidak mau kamu harus mengeluarkan salah satu di antara mereka karena kelompokmu kelebihan anggota.

Baca Juga: Tanpa Les, Ini 5 Tips Agar Kamu Berprestasi Tinggi di Sekolah 

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/Capturing the human heart.

"Bu aku sama Si A aja, ya! Soalnya 'kan rumah kita deket, biar nanti ngerjainnya gampang bu!"

Entah yang dikatakannya itu benar, atau mungkin hanya akal-akalan dia saja. Yang jelas, alasan "Rumah kita deket bu!" pasti pernah kamu dengar pada saat ibu atau bapak gurumu melakukan pembagian kelompok.

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/Randy Fath

Pada saat pembagian kelompok berlangsung, rasa khawatir sering kali kamu rasakan. Takut jika anggota yang terpilih mengecewakan, takut jika anggota kelompokmu zonk semua, dan masih banyak lagi kekhawatiran lainnya. Nah, kalau kamu sendiri, hal apa sih yang paling ditakutkan ketika sedang ada pembagian kelompok di kelas?

Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
Apa hambatan yang biasanya Ibu Bapak temui dulu ketika sekolah saat melakukan kerja kelompok
unsplash/Austin Pacheco

"Sial banget sih gue bisa satu kelompok sama lo, udah pindah kelompok aja sana!" (Dengan ekspresi antara kesal dan pengen ketawa).

Paling sebel kalau sudah satu kelompok sama murid yang cerewet, nakal, dan nggak bisa diajak serius kalau lagi belajar. Apalagi kalau sama murid yang sukanya cuma numpang nama doang. Ingin rasanya aku 'menendang' orang itu.

Baca Juga: 12 Tipe Orang yang Pasti Pernah Kamu Temui Ketika Perpisahan Sekolah

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

.

Bekerja sama dalam kelompok bukan hal yang mudah bagi siswa sekolah dasar. Mendisiplinkan siswa dalam kelompok untuk bekerja sama dan saling bertukar pendapat perlu dilatihkan sejak dini. Kurikulum 2013 (Kurtilas) mengamanatkan adanya pembiasaan untuk bekerja sama. Siswa perlu diberikan pemahaman tentang berbagi ilmu dan bagaimana membantu teman lain yang kurang dapat mengikuti pelajaran. Konsep yang belum banyak diterapkan selama kurikulum sebelumnya. Belajar bersama dalam kelompok tidak hanya sekedar berbagi ilmu, namun lebih pada bagaimana seorang siswa dapat menerima dan menghargai orang lain. Kesempatan untuk menerapkan konsep ini diberikan kepada mahasiswa P2TK angkatan 2014 pada semester 3. Mahasiswa melakukan praktik mengajar di sekolah dasar yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Praktik mengajar merupakan program wajib yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa dalam mata kuliah Praktik Pembelajaran SD yang diampu oleh Dr. Ali Mustadi, M.Pd.

Penulis mendapat kesempatan untuk praktik di SD Grogol. SD Grogol  berada di Dusun Ngambah, Kelurahan Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Saat ini SD Grogol dikepalai oleh bapak Wanuri, M.Pd. SD Grogol merupakan sekolah yang memiliki banyak prestasi, baik lokal maupun nasional. Tidak salah jika SD Grogol menjadi salah satu sekolah dasar yang menerapkan Kurtilas sebagai pilot project. Melihat kondisi sekolah yang sangat bagus, penulis sebagai salah satu praktikan berusaha mengobservasi karakteristik siswa yang akan digunakan untuk praktik. Salah satu hal yang akan dilakukan adalah membentuk kelas belajar dengan memaksimalkan kerja kelompok. Mendisiplinkan siswa dengan kerja kelompok membutuhkan persiapan dan lembar kerja yang sesuai agar siswa dalam kelompok dapat bekerja sama.

Penulis mendapat kesempatan didampingi guru pamong bernama Ibu Maryati. Ibu Maryati adalah wali kelas 5C. Beliau adalah guru muda yang sangat energik dan ramah. Beliau selalu mengatakan kita belajar bersama. Hal ini yang membuat praktikan merasa nyaman berdiskusi mengenai pembelajaran dengan Ibu Maryati. Selain itu berdasarkan pengalaman teman sebelumnya yang melakukan praktik di kelas yang sama, banyak sekali catatan-catatan tentang pembelajaran yang harus dibenahi. Kelas yang digunakan untuk praktik  adalah kelas 2A dan 5C. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman untuk mengajar di kelas 2A harus menggunakan teknik yang menyenangkan. Kelas tidak dapat dibentuk menjadi kelompok diskusi dengan jumlah siswa yang banyak. Maka praktikan memilih membentuk kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

Pembentukan kelompok kecil ini membutuhkan persiapan yang tepat. Materi yang akan diajarkan berkaitan dengan pengenalan sila-sila dalam Pancasila. Pembelajaran disusun agar siswa dapat bekerja sama dalam kelompok kecil. Selain itu dibuat permainan yang membutuhkan kerja sama kelompok. Ada satu siswa yang tidak dapat menulis, maka guru meminta teman sebangkunya untuk membantu. Bukan membantu menuliskan namun membantu mendiktekan huruf-huruf penyusun kalimat yang dimaksud. Cara ini terbilang efektif membantu siswa tersebut belajar menulis. Dalam mendisiplinkan siswa bekerja dalam kelompok, LKS dibuat beragam menyeseuaikan kebutuhan. Anggota kelompok juga dibentuk dalam kelompok heterogen agar tidak ada kelompok yang paling cepat selesai. Guru sering mengingatkan agar setiap anggota kelompok menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Guru banyak mendampingi siswa yang membutuhkan perhatian khusus. Misalnya ada dua siswa yang jika mereka didudukan dalam satu kelompok akan kacau. Yang satu pandai namun konsentrasi sering pecah, yang satu jahil dan tidak bisa diam. Maka dua anak ini duduknya harus dipisah. Dengan rancangan kelompok dan LKS yang tepat maka pembelajaran di kelas 2A dapat dilakukan berbasis kelompok.Di sini praktikan menjadi yakin jika kelas rendah sekalipun jika sering dibiasakan belajar dalam kelompok-kelompok kecil maka mereka akan terbiasa bekerja sama. Guru mendampingi siswa yang menjadi penguasa, sehingga anggota kelompok tidak mau diterima pendapatnya. Siswa yang seperti ini perlu dibiasakan untuk mengurangi sifat penguasanya dengan cara mau mendengarkan pendapat anggota kelompoknya.

Pengalaman mengajar di kelas tinggi, dilaksanakan di kelas 5C. Kelas ini terdiri dari 22 siswa, satu dari siswa tersebut pernah mengalami benturan keras pada bagian kepala sehingga menyebabkan siswa tersebut lambat dalam belajar. Karena berbagai hal, siswa yang bersangkutan sering tidak diterima dalam kelompok. Siswa itu sendiri lebih banyak menyendiri dan tidak mau bergaul. Dalam kegiatan kelompok pada akhirnya siswa yang tersisih itu dapat diterima dalam kelompok, namun tetap saja menyendiri. Strategi yang selanjutnya dilakukan adalah LKS disusun untuk menampung seluruh pendapat dari setiap anggota kelompok, dan dalam presentasi seluruh anggota kelompok wajib maju presentasi mengungkapkan gagasannya. Dengan cara ini siswa yang tersisih itu terdengar suaranya.

Di kelas 5C ada juga siswa yang suka mengerjakan tugas sendiri. Jika diberi LKS diskusi, siswa itu inginnya mengerjakan semua tugas sendiri. Kebiasaan ini perlu dikurangi dengan cara meyakinkan jika pekerjaan yang dilakukan sendiri akan lama selesainya dibandingkan dengan bekerja sama dalam anggota kelompok. Tugas-tugas kelompok wajib diselesaikan oleh semua anggota kelompok. Guru memberikan tanda bintang dan penghargaan yang lain bagi kelompok yang semua anggotanya dapat memahami materi yang dipelajari. Maka siswa berlomba-lomba untuk menjelaskan konsep pada anggota kelompok yang belum paham. Cara ini terbilang efektif karena siswa menjadi mudah untuk dikendalikan dan dapat mengajari teman yang belum paham terhadap materi.

Pembelajaran dirancang agar siswa dapat menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari, meskipun masih dengan panduan guru. Karena siswa sekolah dasar belum dapat menemukan konsep secara benar-benar mandiri seperti orang dewasa. Panduan guru lebih pada persiapan LKS, sumber belajar, alat dan media untuk belajar. Guru pernah membawa kamus untuk menemukan kosakata yang belum diketahui. Siswa sangat antusias dalam menemukan makna kata yang ditanyakan. Ketika mengajarkan tentang konsep rangkaian listrik, siswa juga saling bekerja sama dalam menyusun rangkaian listrik agar lampu dapat menyala. Meskipun kegiatan-kegiatan itu sederhana, yang paling penting adalah tentang kerja sama yang dapat dilakukan oleh siswa dalam bekerja kelompok.

Guru pamong banyak memberikan masukan terkait dengan pembelajaran yang dilakukan. Teman sesama praktikan juga sering berbagi pegalaman setelah mengajar di kelas yang sama. Masukan dan pengalaman itu kemudian dijadikan bahan revisi pembelajaran selanjutnya. Terkait dengan tematik integratif, penulis juga banyak belajar dari guru pamong. Menerapkan pembelajaran tematik integratif memang tidak mudah, maka penulis menyimpulkan kegiatan praktik pembelajaran dalam mata kuliah Praktik Pembelajaran di SD sangat penting dilakukan. (Sartini, P2TK Dikdas 2014)