Apa akibat terlalu dekat dengan kucing?

Ilustrasi kucing peliharaan. (dok. pexels.com/Buenosia Carol)

Liputan6.com, Jakarta Bulu kucing ternyata memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Walaupun menjadi hewan peliharaan favorit bagi banyak orang, ternyata bahaya bulu kucing perlu diwaspadai agar bisa meminimalisir risiko kesehatan yang terjadi.

Walaupun bukanlah penyebab utama dari penyakit yang menular, bulu kucing biasanya biasa diempeli oleh bakteri dan parasit penyebab penyakit. Hal ini bisa terjadi saat kucing bermain di lingkungan yang kotor.

  • 9 Cara Merawat Kucing Anggora yang Benar, Bulunya Makin Menawan
  • Cara Merawat Kucing Persia yang Benar Agar Bulunya Tetap Indah, Cocok Bagi Pemula
  • 6 Penyakit yang Dapat Ditularkan Kucing pada Manusia

Dampak buruk bulu kucing bagi kesehatan bisa menimbulkan penyakit. Walaupun penampilan bulu kucing indah, kamu patut waspada dan selalu menjaga kebersihan saat berinteraksi dengan kucing. Ibu hamil dan orang yang menderita penyakit autoimun bahkan lebih berisiko terhadap efek bulu kucing.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (23/9/2019) tentang dampak buruk bulu kucing bagi kesehatan.

**Gempa Cianjur telah meluluhlantakkan Bumi Pasundan, mari bersama-sama meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Cianjur dengan berdonasi melalui: rekening BCA No: 500 557 2000 A.N Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih. Bantuan akan disampaikan dalam bentuk sembako, layanan kesehatan, tenda, dll. Kepedulian kita harapan mereka.

Kurap

Dampak buruk bulu kucing bagi kesehatan yang pertama adalah bisa menimbulkan kurap. Kurap merupakan suatu jenis infeksi jamur pada kulit yang salah satunya dapat ditularkan oleh kucing. Penularannya bisa terjadi saat seseorang membelai kucing. Jadi, sangat penting untuk menjaga kebersihan saat berinteraksi dengan kucing.

Reaksi Alergi

Ilustraasi foto Liputan 6

Dampak buruk bulu kucing selanjutnya tentu sudah banyak diketahui, yaitu menyebabkan reaksi alergi. Sebenarnya bukan bulu kucing yang secara langsung memicu reaksi alergi, melainkan serpihan kulit, air ludah, dan urin hewan tersebut. Namun, ketika kucing menjilat dirinya, bulunya pun akan ikut terkena air ludah tersebut.

Beberapa reaksi alergi seperti mata gatal, bersin, pilek, dan peradangan pada sinus dapat terjadi. Reaksi alergi ini merupakan rinitis alergi yang tampak seperti gejala flu. Selain itu, bulu kucing dapat memicu serangan asma akibat reaksi alergi.

ilustrasi Kucing (Sumber: Pixabay)

Penyakit cakar kucing juga merupakan salah satu dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh bulu kucing. Saat kamu mengelus bulu kucing kemudian menyeka bagian mata kamu menggunakan tangan yang sudah terkontaminasi bakteri, hal ini bisa terjadi.

Biasanya, pada lokasi cakaran atau gigitan, muncul benjolan kecil dalam jangka waktu 10 hari. Benjolan tersebut diikuti dengan gejala-gejala mual, muntah, demam, menggigil, lelah, peradangan, dan rasa nyeri pada bagian kelenjar getah bening.

Bagi orang yang mengalami gangguan daya tahan tubuh, misalnya HIV/AIDS atau sedang dalam pengobatan kemoterapi akibat kanker, bakteri ini dapat mengakibatkan kondisi yang lebih serius. Sedangkan bagi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang baik, penyakit cakar kucing ini tidak akan memberi akibat serius.

Toksoplasmosis

Ilustrasi kucing sebagai hewan peliharaan. (dok. pexels.com/Asnida Riani)

Toksoplasmosis merupakan suatu penyakit yang dapat ditularkan kucing disebabkan parasit yang disebut Toxoplasma gondii yang terdapat pada feses (kotoran) kucing yang sudah terinfeksi. Sekitar 2-3 minggu setelah terinfeksi, kucing akan mengeluarkan parasit pada kotorannya. Saat kucing menjilati bulunya, kemungkinan parasit akan tertinggal pada bulu kucing yang kemudian dapat berpindah pada manusia ketika membelainya.

Cara Mengatasi Dampak Buruk Bulu Kucing

Dalam mengatasi dampak buruk bulu kucing ini, yang paling penting adalah menjaga kebersihan. Tidak hanya menjaga kebersihan diri kamu saja, namun juga menjaga kebersihan kucing atau hewan peliharaan. Selalu cuci tangan dengan sabun antibakteri setelah menyentuh kucing kesayangan, terutama sebelum menyiapkan makanan.

Selain itu, lakukan pemeriksaan kondisi kesehatan kucing secara rutin. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui infeksi ataupun penyakit yang diderita kucing. Jika kamu memiliki alergi bulu kucing disarankan untuk tidak memelihara kucing di rumah agar tidak menyebabkan alergimu kambuh setiap saat.

Jagalah selalu kebersihan kuku kucing hingga bulu kucing agar tidak menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan kamu sebagai pemeliharanya. Jangan lupa juga untuk selalu berkonsultasi kepada dokter tentang kesehatanmu dan tentunya tentang kesehatan kucing juga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Apakah terlalu dekat dengan kucing berbahaya?

Ketika kita berinteraksi terlalu dekat dengan kucing, kita bisa berisiko tercakar kucing. Luka terbuka ini bisa terinfeksi bakteri yang membahayakan tubuh. Tak hanya cakaran kucing saja yang bisa menularkan bakteri ini, namun juga jilatan oleh lidah kucing yang ada di tangan dan kaki kita.

Apakah bulu kucing itu berbahaya?

Reaksi alergi yang muncul umumnya bisa sebabkan gejala flu, termasuk di antaranya adalah mata gatal, bersin, pilek, dan peradangan pada sinus. Selain itu, bulu kucing dapat memicu serangan asma. Penyakit Cakar Kucing (cat scratch disease). Penyakit akibat cakaran kucing umumnya tidak menyebabkan gejala.

Apakah memelihara kucing berbahaya bagi wanita?

Salah satu bahaya bulu kucing bagi wanita adalah penyakit toksoplasmosis. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii yang terdapat di tanah, air, daging mentah, atau kotoran kucing yang terinfeksi.

Kucing menyebabkan penyakit apa?

Penyakit yang ditularkan kucing ke manusia selanjutnya ada toksoplasmosis akibat infeksi parasit toxoplasma gondii. Pada manusia, penyakitnya menular dari parasit kotoran kucing atau air yang terkontaminasi kotoran. Infeksi ini berisiko demam, nyeri otot, radang, pembengkakan kelenjar getah bening.