Tuliskan akibat yang terjadi dari sikap dalam dua gambar di samping

Kebiasaan membaca dengan posisi berbaring, entah di tempat tidur atau sofa, memang sering kali terasa lebih nyaman untuk dilakukan. Namun, tak jarang kita mendengar nasihat untuk tidak membaca sambil tiduran karena berpotensi mengganggu kesehatan mata, seperti risiko terkena rabun jauh. Sebenarnya, apa benar posisi membaca berpengaruh pada kesehatan mata?

Dikutip dari buku Kontroversi 101 Mitos Kesehatan, posisi membaca sambil berbaring memang dapat merusak mata, tapi tidak serta-merta menyebabkan rabun jauh. Apabila memiliki keluarga yang sebagian besar menderita rabun jauh, Anda tetap berisiko meski tidak membaca dengan posisi berbaring.

Akan tetapi, posisi membaca sambil tiduran sendiri memang tidak disarankan karena jarak baca menjadi tidak ideal.

Jadi, pada saat kita berbaring telentang sambil membaca buku, mata kita akan tertuju pada sudut yang tidak biasa. Selain itu, Anda juga cenderung membaca dalam jarak yang sangat dekat ketika berbaring.

Padahal, jarak ideal membaca seharusnya berkisar 15 inci atau 30 cm dari mata kita. Sudut terbaik untuk memegang buku atau bahan bacaan juga sebaiknya terletak 60 derajat dari mata kita. Nah, jarak dan sudut terbaik tersebut tidak akan bisa dicapai jika kita membaca sambil berbaring.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan jarak dan sudut yang ideal, Anda tidak bisa membaca sambil berbaring. Ketika melakukannya, Anda harus mengorbankan jarak atau sudut pandang yang ideal, entah itu membaca lebih dekat atau tidak peduli dengan sudut mata kita.

Akibat membaca dengan jarak dan sudut yang tidak ideal

Memangnya, apa risiko dari membaca dengan jarak dan posisi yang tidak benar? Pengaruhnya adalah pada otot di sekitar mata Anda. Jika kita memegang bahan bacaan dengan posisi yang kurang tepat, hal itu dapat mengakibatkan otot di sekitar mata menegang. Kondisi ini bisa menyebabkan mata lelah alias astenopia.

Kondisi ini biasanya merupakan pertanda mata Anda kelelahan akibat dipaksa membaca dengan posisi kurang nyaman. Anda bisa merasakannya ketika mata mulai kesulitan berpindah dari kalimat satu ke kalimat lainnya saat sedang membaca.

Selasa, 11 Juli 2017 Oleh : admin

Sabtu mendatang tanggal 10 November akan kita peringati sebagai hari pahlawan. Apakah pahlawan kita yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan mengharapkan diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia ? Tentu jawabannya TIDAK. Akan tetapi sebagai generasi penerus bangsa tentunya kita harus dapat melaksanakan harapan para pahlawan kita dengan mengisi kemerdekaan yang sudah mereka rebut dengan susah payah dengan mengorbankan harta, benda, bahkan jiwa raganya.

Sewaktu saya SD, saya masih ingat dengan guru saya yang mengajar pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) yang mungkin diantara pembaca tidak tahu mata pelajaran tersebut. Dari penjelasan Beliau yang masih ku ingat adalah, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawannya”.

Tapi menurut saya, dalam situasi republik ini yang kacau balau, peringatan hari pahlawan merupakan momentum yang baik untuk meneladani pahlawan kita dan mengaplikasikannya kedalam sikap dan perilaku kita di dalam mengisi kemerdekaan ini, antara lain :

1. Semangat Nasionalisme dan Patriotisme yang tinggi.

Dewasa ini sangat sedikit dari putra putri komponen anak bangsa yang memiliki semangat nasionalisme, bahkan rasa bangga menjadi bangsa Indonesia sudah tidak ada lagi karena sedikitnya prestasi bangsa ini dimata dunia internasional. Di tingkat pemerintahanpun rasa nasionalismenya juga menurun terbukti dengan alasan ekonomi global dan untuk go publik menjadikan perusahaan milik pemerintah yang notabene untuk mensejahterakan rakyatnya dijual ke investor asing.

2. Persatuan dan Kesatuan.

Kalau dilihat sekarang rasa persatuan dan kesatuan sudah dibilang tidak ada lagi. Dari segi pemerintahan banyak kebijakan yang lebih mengutamakan golongannya saja dan tidak memperhatikan apakah kebijakan tersebut akan merugikan pihak lain. Begitu juga adanya gesekan di masyarakat seperti perkelahian pelajar maupun tawuran antar kampung sering sekali terjadi.

3. Kebersamaan dan Tanggung jawab.

Sekarang ini rasa kebersamaan juga apalagi tanggung jawab bisa dikatakan nyaris tidak ada. Sebagai contoh lihat saja suatu pemerintahan daerah banyak diantara mereka antara gubernur, bupati, maupun walikota dengan wakilnya tidak sejalan. Di samping itu juga diantara mereka kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

4. Cinta Tanah Air.

Kepedulian terhadap bumi pertiwi kita Indonesia Juga luntur, sebagai contoh orang yang mempunyai potensi demi kemajuan bangsa ini lebih memilih berkarir di luar negeri dengan alasan kurangnya perhatian pemerintah dan kecilnya gaji yang diperoleh.

5. Rela berkorban tanpa pamrih.

Terlebih lagi semangat rela berkorban yang dicontohkan para pahlawan yang rela berkorban apa saja bahkan nyawanya, sekarang boro-boro berkorban tapi justru yang dipikirkan bagaimana bisa dapat untung. Contohnya sangat banyak…..

Oleh karena itu mari kita sama-sama merenung dan bertindak sesuai dengan kapasitas kita masing-masing dalam mengisi kemerdekaan ini dengan meneladani para pahlawan kita. Bravo Indonesia…

sumber : https://www.kompasiana.com/ibnufajar75/55193403a33311d515b65952/apa-yang-harus-kita-teladani-dari-para-pahlawan

ilustrasi dampak negatif tidak adanya pemahaman keragaman dalam masyarakat Indonesia, sumber gambar: https://www.freepik.com/

Keragaman merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat terhindarkan oleh bangsa Indonesia. Seperti yang kita tahu, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keragaman suku, budaya, adat, dan agama. Lalu, apa dampak negatif tidak adanya pemahaman keragaman dalam masyarakat Indonesia?

Pemahaman mengenai keragaman bangsa Indonesia perlu diedukasikan oleh para generasi di masa kini. Sejak kecil, kita perlu memperoleh pendidikan mengenai keragaman bangsa, sehingga kita dapat saling menghargai satu sama lain.

Dampak Negatif Tidak Adanya Pemahaman Keragaman dalam Masyarakat Indonesia

ilustrasi dampak negatif tidak adanya pemahaman keragaman dalam masyarakat Indonesia, sumber gambar: https://www.freepik.com/

Mengutip buku Arif Cerdas untuk Sekolah Dasar Kelas 4 oleh Christiana Umi (2020: 252), ada beberapa dampak negatif tidak adanya pemahaman keragaman dalam masyarakat Indonesia. Beberapa dampak negatif tersebut yaitu sebagai berikut:

  • Memicu terjadinya konflik, baik konflik antarsuku, ras, maupun agama.

  • Memicu perpercahan atau disintegrasi bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam kehidupan masyarakat. Misalnya dalam lingkup ras, suku, ekonomi, status sosial, hasil kebudayaan dan lain-lain.

  • Dalam diri masyarakat tertanam sikap etnosentrisme atau perasaan yang memandang budaya milik sendiri lebih baik dari budaya dari masyarakat yang lain. Sikap ini rentan memicu perpecahan antarkelompok.

  • Memudarnya semangat nasionalisme karena tidak ada rasa persatuan antarmasyarakat

  • Menghambat pembangunan dan pemerataan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerinta

Sikap yang Perlu Dikembangkan dalam Menghadapi Keragaman Bangsa

Seperti yang kita tahu, pemahaman mengenai keanekaragaman bangsa perlu ditanamkan sejak dini, sehingga ketika dewasa tidak akan mudah tersulut oleh isu-isu yang dapat memecah belah bangsa. Keragaman ini perlu disikapi sebagai suatu kekayaan sekaligus kelebihan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki paling banyak suku, adat, dan bahasa di seluruh dunia. Hal ini merupakan aset berharga yang perlu dijaga, dirawat dan disyukuri oleh bangsa Indonesia. Konflik yang berkepanjangan antarmasyarakat hanya akan membawa kerugian bagi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, sikap dan rasa saling memiliki harus dimiliki oleh setiap individu. Sikap nasionalisme juga perlu dikembangkan agar kita dapat menyikapi perbedaan secara bijak. Dengan begitu, maka dampak negatif tidak adanya pemahaman keragaman dalam masyarakat Indonesia tidak akan terjadi.


Page 2