بسم الله الرحمن الرحيم وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – banar berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dengan kesabaran dan saling menasehati dengan kesabaran,” (Al-Ashr 1-3) BETAPA dahsyat jika dalam setiap waktu kita bisa merenungi tiga ayat pendek tersebut, mungkin dari sejak kecil kita pun sudah terbiasa untuk menghafalnya yang termasuk bagian dari surat-surat pendek. Pun demikian banyak dari kehidupan kita ini melewati yang namanya waktu (masa), seiring berganti tahun baru hijriyah beberapa hari yang lalu, kita pun banyak yang melewati untuk mensyukurinya terlebih pada momen 10 Muharram yang sangat sarat dengan sejarah. Jika kita lihat secara saksama terjemahan surat di atas karena jika benar apa yang kita lewati saat sia-sia sungguh kita benar-benar telah merugi dalam hidup ini. BACA JUGA: Namun, ada empat kriteria manusia yang tidak merugi dari penjelasan ayat tersebut dan ini secara garis besar terlihat pada ilustrasi/gambar di atas dimana tertulis; Beriman, Beramal Shaleh, Kebenaran, dan Kesabaran. Pertama, disebut dengan Beriman karena ini adalah hal pokok manusia hidup yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka wajiblah baginya untuk beriman kepada Allah. Iman pun bukan datang begitu saja, melainkan dibarengi dengan ilmu. Seperti yang tersurat dalam hadis “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah) Maka dari itu sudah sepatutnya untuk setiap muslim menuntut ilmu, belajar tentang akidah, ibadah, muamalah dan lainnya. Dalam firman Allah SWT, “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Quran itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy Syuura: 52). Sehingga kita bisa menjadi orang yang tidak merugi selamanya. Kedua, Beramal shaleh ini adalah bagian yang dari mempelajari ilmu. Dimana ilmu yang ada diamalkan, sehingga menjadi amal shaleh dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. “Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih). BACA JUGA: Di Akhir Zaman, Waktu Terasa Singkat Ketiga, Adapun kebenaran dalam hal ini adalah mengatakan yang hak (amar makruf nahi mungkar). Mungkin ini juga sering disebut dengan ajaran atau mengajarkan sesama dalam hal berdakwah. Menyampaikan setiap petunjuk dari apa yang telah Allah sampaikan kepada Malaikat lalu kepada Nabi dan Rasul-NYA. Allah SWT berfirman dalam surat Fushshilat ayat 33 yang artinya “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” Dan Rasul pun pernah bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari). Maka, bukanlah hal sepele jika kita telah memiliki sedikit ilmu petunjuk yang benar dari Allah, dengan seyogyanya kita sampaikan pada saudara-saudara kita walaupun itu satu perumpamaan satu huruf atau ayat yang kita tahu. Keempat, Lalu yang terakhir adalah kesabaran dimana ini menjadi kata yang mudah diucapakan namun pada hakikatnya banyak orang yang mengatakan kesabaran mempunyai batas, sungguh menjadi miris saat kita lihat dewasa ini. Dimana sabar menjadi salah satu kriteria bahwa kita bisa menjadi orang-orang yang tidak merugi jika mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. BACA JUGA: Ternyata, Ini Orang Paling Merugi di Dunia “Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka”. (QS. Al-An’am : 34) Terakhir, mengutip dari Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah pernah berkata, “Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar”. (Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934). [aulia87]
Oleh : Amrullah, S.Ag., M.M (Pegawai Kankemenag Kota Lubuklinggau) Sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ashr, 103: 1-3, artinya: “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” Dalam ayat tersebut Allah SWT mengawali firman-Nya kata qasam ‘sumpah’ yang menunjukkan bahwa berita atau perintah tersebut membutuhkan perhatian yang serius dan seksama. Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang diawali dengan kata sumpah berkenaan dengan waktu. Misalnya, Walfajri (Demi waktu fajar), Wadhdhuha (Demi waktu Dhuha), Wannahari idza jallaha (Demi siang apabila menampakkannya), dan Wallaili idza yaghsyaha (Demi malam apabila menutupi). Dalam Tafsir Kementerian Agama disebutkan bahwa Allah bersumpah agar manusia memperhatikan masa dan memanfaatkannya dengan baik. Adapun orang-orang yang rugi dalam ayat tersebut adalah akibat manusia yang memperturutkan hawa nafsunya. Kemudian Allah bersumpah dengan waktu yang menujukkan masa di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menunjukkan bukti kekuasaan Allah SWT terhadap alam semestanya. Dialah yang mengaturnya! Hal ini Allah tegaskan di dalam Al-Qur’an surat Fushshilat, 41: 37, artinya: “Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, mata-hari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” Setelah Allah menyebutkan manusia secara umum yang akan merugi, lalu pada ayat berikutnya Dia memberikan pengecualian (illa) jika manusia tidak mau termasuk kelompok orang-orang yang merugi. Berikut empat hal yang patut dilakukan manusia bila tidak mau merugi, yakni beriman, mengerjakan kebajikan, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. Selayaknya selaku muslim kita memiliki keimanan sejati, keyakinan yang kokoh, dan kemantapan akidah. Bahwa sekali kita mengatakan “saya beriman” maka kita harus menanggung konsekuensinya untuk mempertahankan iman tersebut jangan sampai ‘rapuh’, tidak boleh ‘goyah’ dengan gemerlapan kehidupan duniawi, dan jauhkan dari unsur ‘kemusyrikan’. Ada konsep yang telah diajarkan Rasulullah Muhammad SAW: “Qul amantu billah tsummastaqim: Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian tetaplah lurus dengan (keimananmu).” (HR Muslim) Kemudian setelah seorang muslim memiliki keimanan yang kokoh serta tidak mudah tergoyahkan dengan bujuk rayu syetan dan bisikan hawa nafsu, maka dia harus membuktikan keimanan dalam karya nyata berupa “amal shaleh”. Yaitu amal, perbuatan, ataupun kelakukan yang sejalan dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang terkamaktub di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasululullah. Antara iman dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan bagaikan dua sisi mata uang: “iman dan amal shaleh”, “amal shaleh dan iman”. Seorang muslim itu tidak cukup dengan pernyataan bahwa dia telah beriman ataupun juga tidak cukup hanya melakukan amal shaleh. Iman yang benar adalah iman yang melahirkan nilai-nilai kemuliaan dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga, masyarakat, umat dan bangsa. Demikian juga amal shaleh yang benar adalah amal shaleh yang sejalan dengan nilai-nilai iman yang senantiasa mendorong manusia untuk mengedepankan dimensi Ilahiyah tanpa melupakan dimensi insaniah, ijtimaiyah, diniyah, dan wathaniyah. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus memperhatikan orang-orang di sekeliling kita. Caranya adalah kita saling nasehat menasehati dalam mengajak kepada jalan “kebenaran” dan menyeru kepada prinsip “kesabaran”. Jalan kebenaran dan prinsip kesabaran sangatlah urgen dilakukan dalam memberdayakan potensi umat Islam agar tidak mudah larut dalam gemerlapan kehidupan duniawi yang seringkali melalaikan manusia. Jalan kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya harus kita sampaikan kepada saudara-saudara kita sesama muslim. Kemudian mereka itu juga harus kita ingatkan untuk senantiasa sabar dalam menjalankan perintah dan larangan agama. Wallahu a'lam bishshawab.
Tafsir Ringkas Kemenag Demi masa, waktu sore, atau salat Asar. Allah bersumpah dengan masa agar manusia memperhatikan masa dan memanfaatkannya dengan baik. Allah bersumpah dengan waktu sore, sebagaimana dengan waktu duha, sebagai salah satu bukti kuasa-Nya. Allah bersumpah dengan salat Asar karena keutamaanya atas salat-salat yang lain. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, baik di dunia maupun akhirat, akibat hawa nafsu yang menyelubungi dirinya. Semua manusia rugi, kecuali orang-orang yang beriman dengan sejati dan mengerjakan kebajikan sesuai ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam melaksanakan kewajiban agama, menjauhi larangan, menghadapi musibah, dan menjalani kehidupan. Tafsir Kemenag Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah. Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan." (Fussilat/41: 37) Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat. Adapun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya. Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu. Dalam ayat kedua, Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya. Dalam ayat ketiga, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain. Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya. |