Makhluk Allah yang tidak tampak disebut makhluk

Informasi tentang jib dapat diperoleh melalui Alquran.

pexels

Langit berawan/ilustrasi

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendengar nama jin (jinn, dalam bahasa Arab), terbayang tentang makhluk Allah yang sangat menyeramkan, berwajah sangar, suka mengganggu manusia, lidah menjulur, dan lain sebagainya. Namun, ia tak terlihat. Karena itu disebut dengan makhluk halus.

Bahkan, banyak orang yang menyebutkan, wajah jin senantiasa sangat mengerikan. Andai bisa memilih, banyak orang yang tak ingin melihat rupanya. Pokoknya seram,” begitulah pendapat sejumlah orang tentang makhluk Allah yang satu ini.

Jin adalah jenis makhluk Allah yang tak tampak oleh mata. Karena itu, banyak orang lantas menyebutnya dengan makhluk halus, atau makhluk gaib. Sebagai orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, umat Islam wajib memercayai hal-hal yang gaib. Malaikat gaib, neraka juga gaib, dan surga juga gaib, termasuk keberadaan jin.

Karena tak terlihat, banyak manusia yang merasa tidak nyaman dengan keberadaan jin. Sebab, terkadang di antara jin tersebut ada yang suka usil dan mengganggu manusia. Namun, bagi sebagian manusia yang bisa berinteraksi dengan makhluk halus ini, mereka kerap menjadikannya sebagai teman atau bahkan meminta pertolongan. Hal inilah yang dianggap banyak orang dapat menimbulkan syirik terhadap Allah.

Jauh sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan sejak masa awal sejarah kemanusiaan, kepercayaan tentang makhluk halus (gaib) ini telah ada. Mereka bahkan memuja dan memohon pertolongan kepada makhluk-makhluk halus tersebut. Karena itu, zaman itu dikenal dengan animisme. Sedangkan, orang yang memercayai kepada segala sesuatu mempunyai kekuatan gaib disebut dengan dinamisme.

Menurut cendekiawan Muslim sekaligus pakar tafsir Alquran di Indonesia, Prof Dr HM Quraish Shihab, dalam bukunya yang berjudul Yang Halus dan Tak Terlihat: Jin Dalam Alquran memaparkan, hal pertama yang ditemukan dalam Alquran adalah uraian tentang fungsi Alquran sebagai hudan (petunjuk) bagi orang-orang bertakwa. Sedangkan, sifat pertama orang-orang bertakwa adalah yu'minuna bi al-ghaib (percaya yang gaib).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal). Sementara itu, Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve mendefinisikan jin sebagai sejenis makhluk halus yang berakal dan mempunyai keinginan-keinginan sebagaimana manusia.

Perbedaannya dengan manusia ialah jin tidak memiliki tubuh. Oleh karena itu, jin tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya, kecuali ia mengubah diri dalam bentuk lain, karena jin dapat mengubah diri dalam bentuk yang dikehendakinya, sebagaimana malaikat.

Informasi tentang makhluk jin ini dapat diperoleh melalui Alquran karena Allah-lah Yang Maha Mengetahui tentang makhluk ciptaan-Nya. Banyak sekali ayat Alquran yang redaksinya dapat dijadikan dalil untuk membuktikan adanya makhluk berwujud yang bernama jin.

Dalam Alquran dijelaskan bahwa jin diciptakan dari api yang menyala (marij) dan ia adalah ujung api yang berkobar. Marij adalah kobaran api yang bercampur dengan api hitam (sangat panas, as-samuum). Lihat Ar-Rahman [55]: 15 dan al-Hijr [15]: 27. Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api.” (QS Ar-Rahman [55]: 15).

Dari Aisyah RA, Nabi SAW bersabda, Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang berkobar, sedangkan Adam (manusia) diciptakan sebagaimana yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah).” (HR Muslim).

Oleh karena diciptakan dari api, jin mempunyai bobot yang lebih ringan dari udara dan dapat memenuhi jagad raya tanpa ada yang menghalanginya. Hal ini pula yang mendorong mereka untuk mencoba mengetahui rahasia langit. Mereka mendapati bahwa langit itu penuh dengan penjagaan yang ketat dan penuh dengan panah-panah api.

Syekh Abdul Mun’im Ibrahim dalam bukunya Ma Qabla Khalqi Adam, dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, menjelaskan bahwa jin termasuk diantara makhluk Allah yang telah diciptakan dengan kewajiban menjalankan syariat-Nya. Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” (QS Adz-Dzaariyat [51]: 56).

  • jin
  • mahluk jin
  • ayat alquran tentang jin

Makhluk Allah yang tidak tampak disebut makhluk

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Allah SWT tidak hanya menciptakan makhluk yang tampak saja. Tetapi, Allah SWT juga menciptakan makhluk yang tidak nyata, atau makhluk gaib. Seperti malaikat, jin, iblis, dan syaitan.

Sebagai makhluk gaib, wujudnya tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium, dan dirasakan oleh manusia. Dengan kata lain, tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dari keempat makhluk gaib tersebut, terdapat perbedaan-perbedaan baik dari asal penciptaan maupun sifat-sifatnya.

Beriman Kepada Malaikat Allah

Beriman kepada malaikat adalah salah satu dari rukun iman. Beriman akan adanya malaikat adalah wajib. Iman kepada malaikat ini, masuk ke dalam iman kepada sesuatu yang gaib. Orang yang mengingkari akan adanya hal ini berarti mengingkari keterangan al-Qur’an dan Rasul.

Malaikat merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dan bisa berupa berbagai bentuk. Malaikat tidak digolongkan baik laki-laki atau perempuan. Sehingga, malaikat sangat patuh dan taat kepada perintah Allah SWT dalam menjalankan tugasnya.

Dari Aisyah diriwayatkan, bahwa telah bersabda Rasulullah Saw: “Malaikat itu telah diciptakan  dari nur, dan jin diciptakan dari api. Sedangkan manusia diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian (para sahabat).” (HR. Muslim)

Jumlah malaikat yang wajib kita yakini berjumlah 10, yaitu:

Pertama, malaikat Jibril, bertugas menyapaikan wahyu kepada Nabi dan Rasul Allah. Malaikat Jibril adalah penghubung antara Allah dengan Nabi dan Rasul-Nya. (QS. Al-Baqarah: 97)

Kedua, malaikat Mikail, bertugas memberi rejeki kepada manusia. (QS. al-Baqarah: 98)

Ketiga, malaikat Israfil, bertugas meniup terompet sangkakala pada hari kiamat. (QS. al-An’am: 73)

Keempat, malaikat Izrail, bertugas sebagai pencabut nyawa. (QS. as-Sajdah: 11)

Baca Juga  Berdoa Tak Berarti Tidak Ridha dengan Kepastian Allah

Kelima, malaikat Munkar, bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup. (HR. Tirmidzi)

Keenam, malaikat Nakir, bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan manusia di alam kubur tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup. (HR. Tirmidzi)

Ketujuh, malaikat Raqib, bertugas mencatat segala amal baik yang dilakukan manusia. (QS. Qaaf: 17-18)

Kedelapan, malaikat Atid, bertugas mencatat segala amal buruk yang dilakukan manusia. (QS. Qaaf: 17-18)

Kesembilan, malaikat Malik, bertugas menjaga pintu neraka dan menyambut ahli neraka. (QS. az-Zukhruf: 77)

Kesepuluh, malaikat Ridwan, bertugas menjaga pintu surga dan menyambut ahli surga. (QS. ar-Ra’d: 23)

Memahami Makhluk Gaib Allah Lainnya

Selain malaikat, Allah juga menciptakan makhluk gaib lainnya seperti yang sering kita dengar atau kita ketahui, yaitu jin, iblis, dan syaitan. Keberadaan jin, iblis, dan syaitan masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya.

Jin, yang Terbagi Menjadi 2 Golongan

Jin diciptakan oleh Allah dari api yang sangat panas, berasal dari bahasa Arab yang berarti menutupi atau merahasiakan. Terdapat 2 golongan jin, yaitu:

Jin kafir, yaitu jin yang membangkan terhadap perintah Allah. Jin kafir adalah jin yang tidak memurnikan keEsaan Allah. Sehingga, dalam kekafiran jin itu bermacam-macam. Ada yang menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, penyembah berhala, dan lain-lain.

Jin muslim, yaitu jin yang mengakui keEsaan Allah. Jin Islam yang mendengar ayat-ayat al-Qur’an, mereka langsung mengatakan bahwa al-Qur’an itu menakjubkan dan dapat memberikan petunjuk kejalan yang benar. (QS. Jin 1-3)

Baca Juga  Inti Agama adalah Laailaahaillallah, Titik!

Iblis, yang Telah Dilaknat Oleh Allah SWT

Iblis berasal dari bahasa Arab (ablasa), yang artinya putus dari rahmat Allah atau kasih sayang Allah. Menurut riwayat, dahulu terdapat iblis bernama Naail, atau sebagian riwayat mengatakan Azazil. Setelah dikutuk Allah, ia dipanggil dengan nama iblis.

Jadi, iblis merupakan nama sesosok makhluk. Ia adalah nenek moyang dari bangsa jin, sebagaimana Adam merupakan nenek moyang umat manusia. Seperti jin yang lain, iblis diciptakan Allah dari nyala api (QS. al-A’raaf: 12). Jadi, iblis sebangsa dengan jin sebagaimana firman Allah, “Dia (iblis) adalah dari golongan jin.” (QS. al-Kahfi: 50)

Ketika Allah mengatakan, ada di antara makhluknya yang akan menjadi iblis, seluruh malaikat meminta kepada Naail agar didoakan tidak dijadikan Allah menjadi Iblis. Ia mendoakan seluruh malaikat, namun lupa mendoakan dirinya sendiri. Akhirnya, dirinyalah yang ternyata menjadi Iblis.

Naail inilah yang dilaknat dan diusir dari surga karena membangkang kepada Allah ketika diperintahkan sujud kepada Adam (QS. al-Baqarah: 34). Setelah dilaknat, ia diberi nama iblis.

Jin iblis ini dikenal sebagai jin yang angkuh, pembangkang, dan kafir kepada Allah. Hal ini diceritakan dalam al-Qur’an: 

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Kahfi: 50)

Syaitan, Sifat dari Iblis

Syaitan berasal dari bahasa Arab (syaithona) yang artinya jauh, yang mana maksudnya adalah syaitan itu sangat jauh dari kebajikan. Adapun setan merupakan sifat dari iblis. Setan bukanlah makhluk, melainkan sifat. Sama halnya dengan kata munafik atau fasik.

Baca Juga  Ilmu Kalam: Seni Apologia Terfavorit di Dunia Islam

Jadi, sebutan setan tidak hanya berasal dari golongan jin saja, tetapi juga dari golongan manusia. Sebagaimana firman Allah, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin.” (QS. al-An’am: 112)

Makna Beriman Kepada Makhluk Gaib Allah

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa beriman kepada malaikat itu erat kaitannya dengan keimanan kepada Allah SWT, dan kebenaran wahyu-Nya yang diterima oleh para Rasul untuk diteruskan kepada umat manusia.

Dari mengetahui asal dan karakter mahluk tersebut,sebagai makhluk ciptaan Allah, kita wajib mengimani adanya makhluk gaib ciptaan-Nya, yaitu malaikat dan makhluk gaib lainnya. Wallahu a’lam.

Makhluk Allah yang tidak tampak disebut makhluk