Takdir allah yang tidak dapat diubah oleh siapapun disebut takdir

Ilustrasi meninggal dunia. Foto: Shutter Stock

Segala ketetapan dalam kehidupan manusia ditentukan oleh takdir. Secara bahasa, takdir berasal dari kata qadara (قدر، يقدر، تقديرا) yang berarti ukuran terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, takdir adalah segala sesuatu yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi, yang telah ditentukan oleh Allah SWT, entah itu sesuatu yang baik maupun yang buruk.

Dalam Islam, takdir dibedakan menjadi dua macam yakni takdir mu’allaq dan takdir mubram. Mengutip buku Aqidah dan Akhlak Untuk Kelas IX MTs oleh Taofik Yusmansyah (2006), takdir mu'allaq adalah takdir yang masih bisa diusahakan dan sangat erat kaitannya dengan ikhtiar dan doa manusia.

Contohnya kejadian masa depan yang akan dihadapi oleh manusia. Jika seseorang ingin memperoleh keberhasilan, upaya dan doa harus selalu digencarkan. Jika ingin menjadi dokter, maka ia harus sekolah di fakultas kedokteran, belajar dengan giat, dan berdoa memohon kemudahan.

Sedangkan takdir mubram adalah takdir yang tidak bisa diubah lagi dan merupakan ketetapan final Allah. Apa maksudnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Pengertian Takdir Mubram, Contoh, dan Cara Menyikapinya

Ilustrasi gunung meletus. Foto: Pxfuel

Mengutip buku Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas XII oleh Bachrul Ilmy, takdir mubram ialah ketetapan Allah kepada makhluk-Nya yang tidak akan mengalami perubahan. Ketetapan ini sifatnya final, tidak bisa diubah dengan upaya dan doa layaknya takdir mu’allaq. Misalnya, kematian seseorang dan terjadinya bencana alam.

Allah SWT berfirman dalam Surat an-Nisa ayat 74 yang berbunyi:

اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

Takdir mubram sifatnya tidak bisa ditawar. Takdir ini akan menimpa siapapun yang Allah kehendaki, baik yang beriman ataupun tidak.

Contoh lain dari takdir mubram ialah jenis kelamin ketika seseorang dilahirkan ke dunia, dari ibu mana ia akan dilahirkan, dan di mana ia akan meninggal dunia.Takdir ini semata-mata terjadi atas kehendak (iradah) dan kekuasaan (qudrah) Allah.

Ilustrasi gempa Foto: GETTY IMAGES/Ulet Ifansasti

Termasuk pula dalam kategori takdir mubram adalah segala musibah dan bencana yang terjadi seperti gempa bumi, kekeringan, gunung meletus, dan lain-lain. Untuk menghadapi takdir ini manusia bisa memilih antara bersyukur atau tidak, jika takdir itu berupa nikmat ataupun sesuatu yang menyenangkan. Dan bersabar atau tidak, jika takdir itu berupa sesuatu yang tidak menyenangkan.

Tentunya sikap yang paling baik adalah bersabar ketika mendapat musibah dan bersyukur saat menerima nikmat. Sebab, Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada orang yang bersabar dan bersyukur.

Sedangkan mengingkari musibah atau bencana yang ditimpakan bukanlah sikap yang baik. Semua itu sudah dituliskan oleh Allah SWT di dalam kitab-Nya (Lauh Mahfudz), jauh sebelum alam semesta diciptakan.

Manusia tidak bisa menolaknya atau bahkan berharap musibah itu lenyap seketika. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Hadid ayat 22 yang artinya:

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya, Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah''

Takdir allah yang tidak dapat diubah oleh siapapun disebut takdir
ilustrasi masjid. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/Naufal MQ

Merdeka.com - Seluruh peristiwa yang ada di alam raya dari sisi kejadiannya dalam kadar atau ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu disebut dengan takdir. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa takdir, termasuk manusia.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Allah SWT yang telah ditetapkan sejak zaman azali. Akan tetapi manusia tetap berusaha serta bertawakal, selebihnya diserahkan kepada Allah SWT.

Sedangkan secara istilah, takdir merupakan segala yang terjadi, sedang terjadi serta akan terjadi yang telah ditetapkan oleh Allah SWT baik yang baik maupun yang buruk. Segala sesuatu yang terjadi atas rencananya pasti serta tentu, namun manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga.

Berikut adalah pengertian dan macam takdir yang ada dalam agama Islam yang patut Anda ketahui.

2 dari 4 halaman

Takdir secara bahasa berasal dari kalimat Qoddaro – Yuqoddiru – Taqdiiroon artinya ketentuan, ukuran, ketetapan, rumusan, untuk referensi, seperti disajikan pada surat berikut:

"Yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (AlFurqaan:2).

Dari beberapa ayat al-Qur'an, dapat ditelusuri definisi takdir, baik secara etimologi maupun terminologi. Mengutip M. Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, kata takdir (takdir) terambil dari kata qaddara berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar, atau ukuran, sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.

Al-Raghib mengatakan: “qadar berarti kemampuan atau penguasaan ilmu, yang mencakup juga kehendak. Dengan qadar tersebut terwujud sesuatu yang sesuai dengan pengetahuan dan kehendak tersebut.”

Takdir menurut istilah, dapat diartikan sebagai suatu peraturan tertentu yang telah dibuat oleh Allah Swt., baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya, untuk undang-undang umum atau kepastian-kepastian yang dikaitkan di dalamnya, antara sebab dan akibat (causaliteit). Sehingga seluruh ciptaan ini mampu atau dapat berinteraksi antara yang satu dengan yang lain, yang kemudian melahirkan kualitas-kualitas atau kejadian-kejadian tertentu.

Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Alquran dan hadis. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.

3 dari 4 halaman

Para ulama berpendapat bahwa macam takdir terdiri dari dua macam, yaitu: takdir mubram dan takdir mu’allaq. Berikut penjelasan selengkapnya;

1. Takdir Mubram

Macam takdir yang pertama yaitu takdir Mubram. Takdir Mubram adalah suatu ketentuan yang bersifat pasti dan tidak dapat diubah oleh siapapun.

Ini juga dikenal dengan takdir mutlak, seperti contoh bahwa takdir manusia pasti mati. Kematian adalah salah satu rahasia terbesar dalam kehidupan manusia. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ia akan mati, dan dalam keadaan bagaimana ia akan mati.

Tapi, siapapun manusia itu pasti akan mengalami kematian, "Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".(Yasiin:38).

2. Takdir Muallaq

Macam takdir yang kedua yaitu takdir Muallaq. Takdir Muallad adalah suatu ketentuan berdasarkan situasi dan kondisi, seperti jika seseorang rajin belajar, maka ia akan pandai. Tapi, jika ia malas, maka ia akan bodoh.

Orang yang rajin bekerja akan kaya, dan yang malas berusaha akan miskin, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Ar-Rad:11). 

Takdir Muallaq masih dapat berubah melalui upaya, ikhtiar, dan doa sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Manusia diwajibkan mempergunakan tenaga, akal pikirannya untuk berusaha mencapai kehendak dan keinginan disertai dengan segala syarat-syarat dan perhitungan sebab-akibat.

4 dari 4 halaman

Mengutip dari Jurnal Mudarissuna Intitut Agama Islam Negeri Metro, dengan beriman kepada takdir dengan benar, seseorang akan giat berusaha dan berjuang dalam menjalani kehidupannya. Sebab tanpa adanya usaha dan perjuangan sesuai tujuan, apapun hal yang diinginkan tidak akan tercapai.

Selain itu, manusia juga harus berpijak pada Sunnatullah. Dengan memahami takdir dalam bentuk yang tepat, manusia akan terhindar dari kejerumusan berupa bencana ataupun kesengsaraan.

Maka dari itu, seseorang harus beribadah, berusaha, serta berjuang dengan bertumpu pada Sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah. Upaya tersebut agar cita-cita yang sedang diperjuangkannya dapat tercapai sesuai dengan rencana tanpa keluar dari ajaran agama.

[edl]