Sediaan setengah padat yang mengandung lebih dari 50 bahan padat adalah

 sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical (menurut FI.IV)  salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung (Menurut Anief)

 Pasta adalah sediaan kaku yang mengandung sejumlah besar padatan halus seperti seng oksida dan pati yang tersuspensi dalam salep. digunakan untuk lesi terbatas seperti pada lichen simplex, eksim kronis, atau psoriasis. Pasta kurang oklusif daripada salep dan dapat digunakan untuk melindungi kulit yang meradang, lichenified, atau excoriated. (British Formulary Bag-2 Nasional)

 Daya adsorbs pasta lebih besar  Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian. Sehingga cocok untuk luka akut.  Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.  Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.  Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.  Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.  Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan  Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local  Konsentrasi lebih kental dari salep  Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.

 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.  Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis  Dapat menyebabkan iritasi kulit

A. Penetrasi Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relatif lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya Stratum korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel), penetrasi transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)

B. Disolusi Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam pelarut. Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi molekul solut pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi permuk aan memasuki pelarut.

C. Difusi Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

a. Basis Hidrokarbon Karakteristik :  Tidak diabsorbsi oleh kulit  Inert  Tidak bercampur dengan air  Daya adsorbsi air rendah  Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan absorbsi obat melalui kulit. Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin, Paraffin substitute, paraffin ointment Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment

b. Basis Absorbsi Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair. Terbagi :  Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak. Terdiri atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.  Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

c. Larut Air Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta. d. Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

1. Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Sebagai bahan dasar salep digunakan vaselin dan paraffin cair. Bahan tidak berlemak seperti Glycerinum, Mucylago atau sabun biasa digunakan untuk antiseptik atau pelindung kulit. KKomposisi salep ini memungkinkan penyerapan dan pelepasan cairan berair yang tidak normal di kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding jumlah serbuk padatnya, maka untuk menghomogenkan lemak-lemak tersebut harus dilelehkan terlebih dahulu.

 Acidi salicylici Zinc Oxydy Pas (F.N 1978) R/ Acidi Salicylici 2 Zinci Oxydi 25 Amyli Tritici 25  Pasta Zinci Oxydi R/ Zyncy Oxydi 25 Amily Tratici 25 Vaselin Flavi 50

Pada Zinc Oxyda dibuat dengan cara menggerus kemudian mencampurkan 25% dari masing-masing Zinc Oxyda dan Amylum dengan Vaselin putih. Hasil produksi ini berupa salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh serta mampu mengabsorbsi upa air jenuh lebih besar dan biasa digunakan sebagai astringen dan pelindung. Pasta juga sering digunakan menjadi pembawa untuk bahan obat lainnya.

 Resorcinoly Sulfuricy Pasta R/ Resorcinoli 5 Sulfur 5 Zinci Oxydi 40 Cetramacologi Cetostearyakoholi 12 Paraffin Liquid 10 Vaselin Flavi Ad 100

Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan ternyata lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi yang lebih rendah dari salep. Oleh karena itu, pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk karat, mengelembung dan mengeluarkan cairan.

2. Pasta kering  Mengandung ± 60% zat padat (serbuk). Contoh resep pasta kering : R/ Bentonit 1 Sulf Praecip 2 Zinci Oxydi 10 Talci 10 Icthamoli 0,5 Glycerini Aquae aa 5 s.ad.us.ext

3. Pasta pendingin Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan salep 3 dara. Contoh resep : R/ Zinci Oxyde Olei Olivie Calcii Hydroxidi Solutio aa 10

4.Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)  Merupakan campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi yang digunakan sekarang ini adalah pasta gigi triaminsolon yang merupakn preparat antiinflamasi yang dipakai secara topikal pada mukosa di selaput gigi.

 Pembuatan Skala labor. Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk menggerus dan mengahluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut, bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral sebagai cairan untuk melembutkan pasta. Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.

Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode : 1. Pencampuran  Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. 2. Peleburan  Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk. Bahan dasar pasta :  vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.

Pembuatan :  bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.

Pembuatan pasta pendingin Contoh resep : R/ Zinci Oxyde Olei Olivie Calcii Hydroxidi Solutio aa 10 Cara pembuatan :  Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no Setelah itu tambahkan dalam mortir Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan minyaknya sekaligus, diaduk baik-baik sampai diperoleh masa yang homogen.  Tipe emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian minyak kira-kira 3% diganti dengan Cera alba. Penggerusan jangan lama- lama, karena dapat terjadi pecahnya emuls.  Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum (1 tetes per 5 gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua Calcis akan terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu ditambah ZnO dan dicampur baik-baik.

Aluminium powder BP 200 Zinc Oxide BP400 Liquid Parafin BP400 Teknik pembuatan 1. Ayak Aluminium powder dan ZnO 2. Gerus keduanya tambahkan parafin cair aduk sampai sediaan menjadi halus. Formula ini berfungsi melindungi dan mencegah penguapan sekitar kolostomi dan ileostomi.

Zinc oxide BP 60 Coal Tar60 Emulsifying wax BP50 Starch BP380 Yellow soft paraffin BP450

1. Lebur vaselin kuning dan emulsifyng wax 2. Campur dan aduk sampai homogen 3. Campur bahan obat serbuk 4. Masukkan hasil leburan ke no.3 aduk ad homogen 5. Terakhir masukkan coal tar gerus ad homogen. Note: Emulsifying wax ditambahkan untuk mendispersikan coal tar. Kegunaan: antipruritic

— Penentuan bahan yang berkualitas — Tes sterilisasi awal — Sterilisasi terminal dari pasta — Filtrasi agar jenih — Pengerjaan penampilan — Penggunaan LAF — Uji stabilitas obat — Tonisitas — Viscositas — Pengemasan — Pemeriksaan hasil dengan teliti

Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil (laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil.

Dalam praktek yang lebih sederhana,  Pembuatan sediaan semipadat dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang umum terdapat di laboratorium seperti beaker glass, mortir, steamper, spatula, sumber panas, penangas air, cawan porselin, dan hand homogenizers.  Dalam skala yang lebih besar, dapat menggunakan stirrers, agitators, heating kettles, homogenizers, electric mortar and pestle dan colloid mills.

1) Pengamatan organoleptis Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur. 2) Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga pasta yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur C. 1. Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass 2. Tutup dengan obyek glass yang lain 3. Amati homogenitasnya menggunakan lup.

3) Uji Viskositas Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental, surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel.

4) Uji Stabilitas Fisik Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.

Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994). Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia.

1. Studi real time : 0, 6, 12, 24, dan 36 bulan atau lebih 2. Studi dipercepat 0,1,2,3, 6 bulan atau lebih 3. Uji jangka panjang 25 0 C C /60% RH + 5% / 12 bulan 4. Uji dipercepat 40 0 C C /75% RH + 5% / 6 bulan

 Dilakukan penyimpanan di suhu kamar, pada waktu-waktu tertentu (3 hari, 1 minggu, 2 minggu, 1 bulan)  Diuji daya sebar, daya lekat, daya proteksi, pH pada waktu-waktu tsb  Dicek stabilitas fisiknya terjadi pemisahan atau tidak, cek viskositas, perubahan warna, bau

 Cek stabilitas kimia cek kadar zat aktif dg HPLC, spektrofotometer, dll  Cek tidak ada cemaran mikroba (uji mikrobiologi)

5) Pemeriksaan konsistensi Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan semisolid.

6) Pengukuran diameter globul rata-rata Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100x.

7) Penetapan kadar zat aktif Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

8) Keseragaman sediaan  Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan (POM,1995).

9) pH Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai.

 Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku disbanding salep.  Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)  Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.  Cocok untuk luka akut.  Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.

 Antiseptik  Melindungi kulit