Sebutkanlah arti duduk dalam kiasan menurut adat Minangkabau

Artikel () 24 November 2016 09:49:49 WIB

12 LARANGAN UNTUK WANITA MINANGKABAU

Oleh : Zakiah

Minangkabau,nama yg tidak saja unik namun juga menarik untuk dibahas,selain adat budayanya yg istimewa Minangkabau juga sarat dalam berbagai petatah petitih,nasehat2 serta aturan2 yang merujuk kepada ajaran agama Islam.

Minangkabau,jika dipelajari lebih dalam lagi mengandung makna yang mendalam dalam mengatur kehidupan yang agamis,tertib dan teratur dalam kesehariannya,terutama bagi kaum padusi yg seharusnya sangat bangga dilahirkan sebagai putri Minangkabau,karena padusi diminangkabau diberi kedudukan yang istimewa sebagai Bundo Kanduang atau calon Bundo kanduang,sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

 Namun begitu tidak semua wanita minang bisa menjadi Bundo kanduang,karna sebagai Bundo kanduang dia haruslah menjadi panutan bagi kaumnya,oleh karna itu di Minangkabau mempunyai aturan2 tersendiri bagi padusi dalam berprilaku,berpakaian dan bergaul,agar bisa menunjukan identitasnya sebagai wanita Minangkabau

 Ada 12 budaya larangan penting yg harus diketahui oleh seluruh wanita Minangkabau. Adanya budaya larangan ini tidak akan melekat bila tidak disosialisasikan kepada Masyarakat diminangkabau yg ada diranah maupun dirantau.

 Sebagai etnis/suku yang memegang paham matrilineal, Minangkabau meletakkan wanita dalam posisi yang sangat istimewa. Di alam Minangkabau,wanita amat sangat dihormati. Perempuan memiliki tempat dan hak suara di dalam kaum. Pendapatnya didengar, pertimbangannya diperlukan. wanita benar-benar mempunyai nilai. Jika kita larikan ke falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah penghormatan Minangkabau terhadap wanita selaras dengan penghormatan syarak/agama Islam terhadap mereka, sebagaimana termaktubnya surat khusus bernama An-Nisa (perempuan) dalam kitabullah (Al-Qur’an).

 Keistimewaan yang diberikan kepadakaum wanita Minangkabau itu tentu harus diikuti dengan serangkaian usaha untuk menjaganya. Sebab, sesuatu yang istimewa adalah sesuatu yang terjaga dan dipelihara sebaik mungkin. Oleh karena itu, para pendahulu menetapkan aturan atau pendidikan terhadap anak-anak wanita agar tetap menjaga keistimewaan mereka. Nuansa pendidikan itu disebut dengan sumbang, yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya. Sumbang ini terdiri dari 12 poin yang bisa kita bahasakan sebagai 12 budaya terlarang bagi wanita Minangkabau. Budaya dalam konteks ini berarti kebiasaan yang tidak boleh dilakukan oleh wanita Minang demi menjaga warisan budaya dari para pendahulunya.

1. *Sumbang Duduak*

 Duduk yang sopan bagi wanita Minang adalah bersimpuh, bukan bersila macam laki-laki, apalagi mencangkung atau menegakkan lutut._ Ketika duduk di atas kursi duduklah dengan menyamping, rapatkan paha. Jika berboncengan jangan mengangkang.

2. *Sumbang Tagak*

Perempuan Minangkabau dilarang berdiri di depan pintu atau di tangga. Jangan berdiri di pinggir jalan jika tidak ada yang dinanti. Sumbang berdiri dengan laki yang bukan muhrim._

3. *Sumbang Jalan*

Ketika berjalan,wanita Minang harus berkawan,. tidak boleh jalan sendiri._ Jangan berjalan tergesa-gesa apalagi mendongkak-dongkak. Jika berjalan dengan laki-laki berjalanlah di belakang. Jangan menghalagi jalan ketika bersama dengan teman sebaya.

4. *Sumbang Kato*

Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar paham maksudnya, jangan serupa murai batu atau serupa air terjun._ Jangan menyela atau memotong perkataan orang, dengarkanlah dulu hingga selesai. Berkata-katalah yang baik.

5. *Sumbang Caliak*

 Kurang tertib seorang wanita Minang ketika suka menantang pandangan lawan jenis, alihkanlah pandangan pada yang lain atau menunduk dan melihat ke bawah._ Dilarang sering melihat jam ketika ada tamu. Jangan suka mematut diri sendiri.

6. *Sumbang Makan*

 Jangan makan sambil berdiri, nyampang makan dengan tangan genggamlah nasi dengan ujung jari, bawa ke mulut pelan-pelan dan jangan membuka mulut lebar-lebar_. Ketika makan dengan sendok jangan sampai sendok beradu dengan gigi. Ingat-ingat dalam bertambah (batambuah).

7. *Sumbang Pakai*

 Jangan mengenakan baju yang sempit dan jarang. Tidak boleh yang menampakkan rahasia tubuh apalagi yang tersimbah atas dan bawah._ Gunakanlah baju yang longgar, serasikan dengan warna kulit dan kondisi yang tepat, agar rancak dipandang mata.

8. *Sumbang Karajo*

Profesi/pekerjaan perempuan Minang adalah yang ringan serta tidak rumit._ Pekerjaan sulit serahkanlah pada kaum laki-laki. Jika kerja di kantor yang rancak adalah menjadi guru.

9. *Sumbang Tanyo*

 Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut_. Simak lebih dahulu baik-baik dan bertanyalah jelas-jelas.

10. *Sumbang Jawek*

 Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab asal pertanyaan, jawablah sekadar yang perlu dijawab tinggalkan yang tidak perlu.

11. *Sumbang Bagaua*

 Jangan bergaul dengan laki-laki jika hanya diri sendiri yang wanita. Jangan bergaul dengan anak kecil apalagi ketika ikut permainan mereka. Peliharalah lidah dalam bergaul.   Ikhlaslah dalam menolong agar senang teman dengan kita.

12. *Sumbang Kurenah*

 Tidak baik berbisik-bisik saat tengah bersama. Jangan menutup hidung di keramaian.   Jangan tertawa di atas penderitaan orang lain, apalagi hingga terbahak-bahak. Jika bercanda, secukupnya saja dan diagak-agak, agar tidak tersinggung orang yang mendengar.   Jagalah kepercayaan orang lain, jangan seperti musang yang berbulu ayam.

Keistimewaan tentu harus dijaga dengan usaha yang ekstra.

 Bagai berlian yang dikurung di etalase kaca anti pecah dan bergembok, tak sembarang orang bisa menyentuhnya.

 Perempuan Minangkabau sangat berharga, bahkan jauh lebih berharga dari berlian yang dicontohkan itu

 Berharganya dan istimewanya mereka selaras dengan harga diri yang perlu mereka       pertahankan dengan teguh.

 Ketika perempuan Minang bisa menjaga semua itu. Ketika perempuan Minang mampumenjaga diri dari 12 sumbang yang telah dijelaskan di atas, dari situlah kecantikan sejatiakan memancar dan kecantikan itu sampai kapanpun takkan pernah pudar.

Sebutkanlah arti duduk dalam kiasan menurut adat Minangkabau

1. Anak nalayan mambaok cangkua, mananam ubi ditanah darek. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek.

Beban yang berat dapat dipikul, tetapi budi sedikit terasa berat.

2. Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi.

Hubungan yang erat sesama manusia bukan karena emas dan perak, tetapi lebih diikat budi yang baik.

3. Anjalai tumbuah dimunggu, sugi sugi dirumpun padi. Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi.

Pengetahuan hanya didapat dengan berguru, kemulian hanya didapat dengan budi yang tinggi.

4. Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.

Sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dengan penuh bijaksana

5. Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak hanyuik.

Suatu persoalan yang tidak didudukan dan pelaksanaannya dilalaikan.

6. Anyuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo.

Karena mengutamakan suatu urusan yang kurang penting hingga yang lebih penting tertinggal karenanya.

7. Anguak anggak geleng amuah, unjuak nan tidak babarikan.

Sifat seseorang yang tidak suka berterus terang dan tidak suka ketegasan dalam sesuatu.

8. Alua samo dituruik, limbago samo dituang.

Seorang yang mentaati perbuatan bersama dan dipatuhi bersama.

9. Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.

Seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya telah rusak.

10 Alang tukang binaso kayu, alang cadiak binaso Adat, alang arih binaso tubuah.Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak baturuik ingiran bathin nan baliku.

Seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya telah rusak.

11. Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti musim sandi Adat jangan dianjak.

Walaupun tahun silih berganti musim selalu beredar, tetapi pegangan hidup jangan dilepas.

12. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai nan buruak samo dibuang.

Yang baik sama dipakai, yang buruk sama ditinggalkan.

13. Anak-anak kato manggaduah, sabab manuruik sakandak hati, kabuik tarang hujanlah taduah, nan hilang patuik dicari.

Sekarang suasana telah baik, keadaan telah pulih, sudah waktunya menyempurnakan kehidupan.

14. Anggang nan datang dari lauik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi nan manyam buik, pumpun kuku patah pauahnyo.

Seseorang yang disambut dengan budi yang baik dan tingkah laku yang sopan, musuh sekalipun tidak akan menjadi ganas.

15. Anjalai pamaga koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau pandai bakato kato, umpamo santan jo tangguli.

Seseorang yang pandai menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang baik, akan enak didengar dan menarik orang yang dihadapi.

16. Atah taserak dinan kalam, intan tasisiah dalam lunau, inyo tabang uleklah tingga, nak umpamo langgau hijau.

Seseorang yang menceraikan istrinya yang sedang hamil, adalah perbuatan tidak baik.

17. Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam.

Seseorang yang sedang menanggung penderitaan bathin.

18. Adaik rang mudo manangguang rindu, adaik tuo manahan ragam.

Sudah lumrah seorang pemuda mempunyai suatu idaman, dan lumrah seorang yang telah tua menahan banyak karena umurnya.

19. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian.

Kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan lain.

20. Adat dipakai baru, jikok kain dipakai usang.

Adat Minang Kabau kalau selalu diamalkan dia merupakan ajaran yang bisa berguna sepanjang zaman.

21. Basuluah mato hari, bagalanggang mato rang banyak.

Suatu persoalan yang sudah diketahui oleh umum didalam suatu masyarakat.

22. Baribu nan tidak lipuah, jajak nan indak hilang.

Satu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun.

23. Bariak tando tak dalam, bakucak tando tak panuah.

Seseorang yang mengaku dirinya pandai, tetapi yang kejadiannya sebaliknya.

24. Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah.

Hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam melihat, sehingga tidak menyakiti orang lain.

25. Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang.

Setiap pekerjaan yang dikerjakan secara bersama.

26. Baguru kapadang data, dapek ruso baling kaki, baguru kapalang aja, nan bak bungo kambang tak jadi.

Suatu pengetahuan yang tanggung dipelajari tidak lengkap dan cukup, kurang bisa dimanfaatkan.

27. Bakato bak balalai gajah, babicaro bak katiak ula.

Suatu pembicaraan yang tidak jelas ujung pangkalnya.

28. Bapikia kapalang aka, ba ulemu kapalang paham.

Seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan tentang apa yang dikerjakannya.

29. Bak kayu lungga panggabek, bak batang dikabek ciek.

Suatu masyarakat yang berpecah belah, dan sulit untuk disusun dan diperbaiki.

30. Batolan mangko bajalan, mufakat mangko bakato.

Dalam masyarakat jangan mengasingkan diri, dan bertindak tanpa mufakat.

31. Bak kancah laweh arang, bapaham tabuang saruweh.

Seseorang yang besar bicaranya, dan tidak bisa merahasiakan yang patut dirahasiakan.

32. Bak balam talampau jinak, gilo ma-angguak-anguak tabuang aia, gilo mancotok kili-kili.

Seseorang yang sifatnya terlalu cepat mempercayai orang lain, tanpa mengetahui sifat orang lain tersebut.

33. Bakarih sikati muno, patah lai basimpai alun ratak sabuah jadi tuah, jikok dibukakpusako lamo, dibangkik tareh nan tarandam lah banyak ragi nan barubah.

Karena banyaknya yang mempengaruhi kebudayaan kita yang datang dari luar, kemurnian kebudayaan Adat istiadat mulai kabur dari masyarakat.

34. Batang aua paantak tungku, pangkanyo sarang sisan, ligundi disawah ladang sariak indak babungolai. Mauleh jokok mambuku, mambuhua kalau manggasan, kalau budi kelihatan dek urang, hiduik nan indak baguno lai.

Seseorang dalam masyarakat yang telah kehilangan kepercayaan, karena tindakannya yang kurang teliti dalam suatu hal. Sehingga kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.

35. Basasok bajarami, bapandam pakuburan, soko pusako kalau tadalami, mambayang cahayo diinggiran.

Kalau ajaran adat dapat didalami dan difahami, serta diamalkan oleh masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi tinggi mutunya.

36. Basasok bajarami, bapandam pakuburan.

Adalah syarat mutlak bagi satu nagari di Minang Kabau

37. Bapuntuang suluah sia, baka upeh racun sayak batabuang, paluak pangku Adat nan kaka, kalanggik tuah malambuang.

Kalau ajaran Adat Minang Kabau benar-benar dapat diamalkan oleh anggota masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat yang tinggi peradabannya dan kuat persatuannya.

38. Bajalan batolan, bakato baiyo, baiak runding jo mufakat. Turuik panggaja urang tuo, supayo badan nak salamaik.

Hormati dan turuti nasehat Ibu Bapak dan orang yang lebih tua umurnya dari kamu, Insya ALLAH hidupmu akan selamat.

39. Barakyat dulu mangko barajo, jikok panghulu bakamanakan. Kalau duduak jo nan tuo pandai nan usah dipanggakkan.

Sewaktu duduk bersama orang tua, baiak orang tua umurnya dari kita, janganlah membanggakan kepandaian kita sendiri.

40. Bakato bapikiri dulu, ingek-ingek sabalun kanai, samantang kito urang nan tahu, ulemu padi nan kadipakai.

Seseorang yang pandai dalam hidup bergaul, dia selalu umpama padi berisi, makin berisi makin tunduk, bukan membanggakan kepandaian.

41. Banyak diliek jauah bajalan, lamo hiduik banyak diraso. Kalau kito dalam parsidangan marah jo duko usah dipakai.

Didalam duduk rapat dalam suatu persidangan, tidak boleh berhati murung, dan tidak boleh bersifat marah.

42. Biopari kato ibarat, bijaksano taratik sopan, pacik pitaruah buhua arek, itu nan ijan dilupokan.

Nasehat yang baik jangan dilupakan, pegang erat-erat untuk diamalkan.

43. Barieh balabiah limo puluah, nan warieh bajawek juo, kaganti camin gujalo tubuah, paukua baying-bayang maso.

Ajaran Adat kalau didalami dia akan dapat menjadi ukuran kemajuan zaman dibidang moral manusia.

44. Baitu barieh balabiahnyo, dari luhak maso dahulu, kok tidak disigi dipanyato, lipuah lah jajak nan dahulu.

Tentang Adat Minangkabau sebagai kebudayaan daerah kalau tidak dibina dan dikembangkan, maka hilanglah kebudayaan yang asli di Minang Kabau, karena di pengaruhi kebudayaan asing.

45. Buruak muko camin dibalah.

Seseorang yang membuat kesalahan karena kebodohannya, tetapi yang disalahkannya orang lain atau peraturan.

46. Banggieh dimancik, rangkiang disaliangkan.

Marah kepada satu orang tetapi semua orang yang dimusuhi.

47. Barajo Buo Sumpu Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak pangkanyo manjadi anak rang bautang.

Kesalahan seorang anak, akan banyak tergantung kepada didikan kedua ibu bapaknya.

48. Bak cando caciang kapanehan, umpamo lipeh tapanggang.

Seseorang yang tidak mempunyai sifat ketenangan, tetapi selalu keluh kesah dan terburu buru.

49. Bak lonjak labu dibanam, umpamo kacang diabuih ciek.

Seseorang yang mempunyai sifat angkuh dan sombong, sedang dia sendiri tidak tahu ukurannya dirinya.

50. Bak ayam manampak alang, umpamo kuciang dibaokkan lidieh.

Seseorang yang sangat dalam ketakutan, sehingga kehidupannya kucar kacir.

51. Bak caro tontoang diladang, umpamo pahek ditokok juo barunyo makan, urang-urang ditanggah sawah digoyang dulu baru manggariek.

Seseorang yang tidak tahu kepada tugas dan kewajibannya sehingga selalu menunggu perintah dari atasan, tidak mempunyai inisiatif dalam kehidupan.

52. Bak sibisu barasian, takana lai takatokan indak.

Seseorang yang tidak sanggup menyebut dan mengemukakan kebenaran, karena mempunyai keragu-raguan dalam pengetahuan yang dimiliki.

53. Bak baruak dipataruahkan, bak cando kakuang dipapikekkan.

Seseorang hidup berputus asa, selalu menunggu uluran tangan orang lain, tidak mau berusaha dan banyak duduk bermenung.

54. Bak manjamua ateh jarami, jariah abieh jaso tak ado.

Pekerjaan yang dikerjakan tanpa perhitungan, sehingga menjadi rugi dan sia sia.

55. Bak balaki tukang ameh, mananti laki pai maling.

Menunggu suatu yang sulit untuk dicapai, karena kurang tepatnya perhitungan dan harapan yang tak kunjung tercapai.

56. Baulemu kapalang aja, bakapandaian sabatang rokok.

Seseorang yang tidak lengkap pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu, atau kurang pengetahuannya.

57. Bunyi kecek marandang kacang, bunyi muluik mambaka buluah.

Seseorang yang besar bicara tetapi tidak ada memberi hasil.

58. Baguno lidah tak batulang, kato gadang timbangan kurang.

Pembicaraan yang dikeluarkan secra angkuh dan sombong, tidak memikirkan orang lain akan tersinggung.

59. Bak bunyi aguang tatunkuik, samangaik layua kalinduangan.

Seseorang yang tidak bisa bicara karena banyak takut dan ragu dalam pendirian.

60. Bak itiak tanggah galanggang, cando kabau takajuik diaguang.

Seseorang yang sangat tercegang dan takjub dengan sesuatu, sehingga tidak sadarkan diri sebagai seorang manusia.

61. Bungkuak saruweh tak takadang, sangik hiduang tagang kaluan.

Seseorang yang tidak mau menerima nasehat dan pendapat orang lain, walaupun dia dipihak yang tidak benar sekalipun.

62. Bumi sampik alam tak sunyi, dio manjadi upeh racun.

Biasanya orang yang disebut dalam no.61 diatas menyusah dan menjadi batu penarung.

63. Bak umpamo gatah caia, bak cando pimpiang dilereng, iko elok etan katuju.

Sifat seorang laki-laki atau perempuan yang tidak mempunyai pendirian dan ketetapan hati dalam segala hal.

64. Basikelah anggan kanai, basisuruak jikok kanai, tasindoroang nyato kanai.

Sifat yang harus dihindarkan, seorang yang tidak mau bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

65. Budi nan tidak katinjauan, paham nan tidak kamaliangan.

Seseorang yang tidak mau kelihatan budi, dan selalu hati-hati dalam berbuat bertindak dalam pergaulan.

66. Bak basanggai diabu dingin, bak batanak ditungku duo.

Suatu pekerjaan yang sia-sia dan kurang mempunyai perhitungan.

67. Bak taratik rang sembahyang, masuak sarato tahu, kalua sarato takuik.

Seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh ketelitian dan menguasai segala persoalannya.

68. Bak galagak gulai kincuang, bak honjak galanggang tingga.

Seseorang yang berlagak pandai dalam sesuatu, tetapi yang sebenarnya kosong belaka.

69. Bak ayam lapeh malam, bak kambiang diparancahkan.

Seorang yang kehilangan pedoman hidup serta pegangan, berputus asa dalam sesuatu.

70. Bak balam talampau jinak, gilo maangguak tabuang aia, gilo mancotok kili kili.

Seseorang yang mudah dipuji sehingga kalau telah dipuji bisa terbuka segala rahasia.

71. Bagai kabau jalang kareh hiduang, parunnyuik pambulang tali, tak tantu dima kandangnyo.

Seseorang yang keras kepala tak mau menerima nasehat orang lain, sedangkan dia sendiri tak memahami tentang sesuatu.

72. Bak umpamo badak jantan, kuliek surieh jangek lah luko, namun lenggok baitu juo.

Seorang yang tidak tahu diri, sudah tua disangka muda, ingin kembali cara yang muda.

73. Bak ma eto kain saruang, bak etong kasiak dipantai.

Suatu persoalan yang tidak berujung berpangkal dan tidak ada keputusannya dalam masyarakat.

74. Barundiang siang caliak-caliak, mangecek malam agak-agak.

Berbicaralah dengan penuh hati-hati dan jangan menyinggung orang lain.

75. Bak manungkuih tulang didaun taleh, bak manyuruakan durian masak.

Suatu perbuatan jahat walaupun bagaimana dia pandai menyembunyikannya, lambat laun akan diketahui orang lain juga.

76. Bilalang indak manjadi alang, picak-picak indak jadi kuro-kuro. Walau disapuah ameh lancuan, Kilek loyang kan tampak juo.

Setiap penipuan yang dilakukan dan ditutup dengan kebaikan, dia akan kelihatan juga kemudian.

77. Bak mandapek durian runtuah, bak mandapek kijang patah.

Seseorang yang mendapat keuntungan dengan tiba-tiba, yang tidak dikira pada mulanya.

78. Bagai sipontong dapek cicin, bak mancik jatuah kabareh.

Nikmat yang diperdapat sedang orang yang bersangkutan lupa dari mana asal mulanya,dan menjadikan dia lupa diri.

79. Bak kabau dicucuak hiduang umpamo langgau di ikua gajah.

Seseorang yang selalu menurut kemauaan orang lain, tanpa mengeluarkan pendapat hatinya.

80. Bak mamaga karambia condong, bak ayam baranak itiak.

Pengetahuan seseorang yang tidak dapat dimamfaatkan dan berfaedah bagi dirinya, tetapi menguntungkan kepada orang lain.

81. Bak mangantang anak ayam, umpamo basukek baluik hiduik.

Suatu masyarakat karena kurang keahlian sulit untuk disusun dan dikoordinir.

82. Bak mahambek aia hilia, bak manahan gunuang runtuah.

Mengerjakan suatu pekerjaan berat yang harus dikerjakan bersama, dikerjakan sendirian, dan tidak mempunyai keahlian pula tentang itu.

83. Bak mancari jajak dalam aia, bak mancari pinjaik dalam lunau.

Mencari sesuatu yang mustahil didapat, walaupun sesuatu itu ada.

84. Bak manatiang minyak panuah, bak mahelo rambuik dalam tapuang.

Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan hati-hati dan teliti, karena memikirkan akibatnya.

85. Bak aia didaun kaladi, bak talua diujuang tanduak.

Sesuatu yang sulit menjaganya dalam pergaulan, kalau hilang atau jatuh hilang semua harapan, seperti kehilang budi dari seseorang.

86. Bak manggadangkan anak ula, umpamo mamaliharo anak harimau.

Seseorang yang didik dari kecil dengan ilmu pengetahuan, tetapi kelak setelah dia besar dibalas dengan perbuatan yang jahat.

87. Bak aia jatuah ka kasiak, bak batu jatuah ka lubuak.

Sesuatu persoalan yang diajukan, tetapi dilupakan buat selamnya, yang seharusnya perlu lu ditekel dengan segera.

88. Bak bagantuang di aka lapuak, bak bapijak didahan mati.

Seseorang yang mengantungkan nasib pada orang yang sangat lemah ekonomi dan pemikirannya.

89. Bak ayam indak ba induak, umpamo siriah indak ba junjuang.

Suatu masyarakat atau anak-anak yang tidak ada yang akan memimpin atau memeliharanya.

90. Bak malapehkan anjiang tasapik, bak mangadangkan anak harimau.

Seseorang yang ditolong dengan perbuatan baik diwaktu dia dalam kesempitan tetapi setelah dia terlepas dari kesulitan, dia balas dengan kejahatan.

91. Bak api didalam sakam, aia tanang mahannyuikkan.

Seseorang yang mempunyai dendam diluar tidak kelihatan, tetapi setelah terjadi kejahatan saja baru diketahui.

92. Bak tapijak dibaro angek, bak cando lipeh tapanggang.

Seseorang yang sifatnya tergesa-gesa, berbuat tanpa memikirkan akibat.

93. Bak maungkik batu dibancah, bak manjujuang kabau sikua.

Suatu pekerjaan yang sukar dikerjakan, dan kalau dikerjakan menjadi sia-sia, bahkan menimbulkan kesulitan.

94. Baban barek singguluang batu, kayu tapikua dipangkanyo.

Suatu pekerjaan yang dikerjakan tetapi tidak ada keuntungan materil yang diharapkan (sosial)

95. Bak kudo palajang bukik, umpamo gajah paangkuik lado.

Suatu pekerjaan bersama-samalah seorang dari orang yang berjasa dalam pekerjaan itu tidak diberi penghargaan sewajarnya.

96. Bak banang dilando ayam, bak bumi diguncang gampo.

Suatu kerusuhan dan kekacauan yang timbul dalam suatu masyarakat yang sulit untuk diatasi.

97. Bak baluik di gutiak ikua, bak kambiang tamakan ulek.

Seseorang yang mempunyai sifat dan tingkah laku yang kurang sopan dan tidak memperdulikan orang lain yang tersinggung karena perbuatannya.

98. Babana ka ampu kaki, ba utak ka pangka langan.

Seseorang yang mudah tersinggung dan mudah berkelahi karena hal kecil.

99. Baumpamo batuang tak bamiyang, bak bungo tak baduri.

Seseorang yang tidak mempunyai sifat malu dalam hidup, baik laki -laki dan perempuan.

100. Basilek dipangka padang, bagaluik diujuang karieh, kato salalu baumpamo, rundiang salalu bamisalan.

Pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat Minang Kabau, selalu mempunyai arti yang tersurat dan tersirat (berkias).

email kiriman rahmad putra chaniago ke