Sifat-sifat kayu adalah sifat-sifat spesifik kayu yang dihasilkan dari proses pertumbuhan. Dengan demikian maka sifat-sifat kayu sangat beraneka ragam karena selama proses pertumbuhannya dipengaruhi oleh banyak faktor: Faktor-faktor tersebut adalah: a. Asal atau lokasi tempat tumbuh (alam, tanaman, letak geografi, jenis baru) b. Letak kayu di dalam satu batang (arah radial dan aksial, gubal dan teras, kayu awal dan akhir, batang dan cabang) c. Asalnya dari beberapa batang (umur, diameter) d. Bentuk dan kondisi batang pohon (normal dan abnormal, kayu reaksi, adanya mata kayu) e. Kecepatan tumbuh pohon (riap, zat dalam kayu) f. Pengaruh lingkungan (bonita, jenis tanah, iklim, hama dan penyakit, intensitas matahari, lebar tajuk, pengaruh angin, letak dalam hutan) g. Adanya perlakuan silvikultur (pemupukan, jarak tanam, perlakuan pemeliharaan dan penjarangan, teknik penanaman, adanya sadapan) h. Tindakan pemuliaan pohon (genetik dan macam-macam perlakuan pemuliaan) Tanaman pohon yang tumbuh dari bibi yang unggul, ditanam dan dipelihara dengan baik diharapkan dapat menghasilkan kayu dengan sifat-sifat yang memadai. Sifat-sifat kayu ada 3 macam yaitu sifat fisika, sifat mekanika dan kimia kayu Berikut ini diberikan informasi singkat satu persatu: 1. Sifat Fisik KayuSifat fisika kayu merupakan satu bagian daripada sfiat-sifat kayu, yaitu sifat-sifat fisika, sifat mekanika dan sifat kimia kayu. Sifat fisika kayu adalah spesifik karena peranan faktor dalam dari pada struktur kayu sangat menentukan, di samping peran lingkunan dimana kayu tersebut berada. Yang termasuk siat fisika kayu ini antara lain adalah: kadar air kayu, penyusutan atau perubahan dimensi kayu, berat jenis kayu, sifat elektrisnya, sifat-sifat resonasi dan akustiknya, daya apung dan layang, sifat energi dan sebagainya. Tiga sifat kayu yang dianggap mendasar yaitu: 1. Kadar Air Kayu yaitu banyaknya air dalam sepotong kayu yang dinyatakan secara kuantitatif dalam persen terhadap berat kering tanurnya. 2. Perubahan dimensi kayu, kondisi kayu sangat ditentukan oleh kandungan air didalam kayu tersebut. Kandungan air kayu dapat berkurang dapat pula bertambah. 3. Berat jenis kayu, adalah nilai perbandingan berat suatu kayu terhadap volume air/akuades yang sama dengan kayu tersebut. 4. Sifat fisik kayu lainnya 2. Sifat Mekanika KayuSifat mekanika kayu atau mekanika kayu, sering disebut uga dengan kekuatan kayu yaitu: sifat-sifat kayu yang dihubungkan dengan kemampuan kayu dalam menahan suatu beban atau muatan yang diberikan kepada kayu tersebut. Dalam berbagai penggunaan kayu, kekuatan kayu sangat penting untuk diketahui, terutama jenis-jenis kayu yang diperdagangkan dan kegunaannya untuk konstruksi/bangunan. a. Penetapan Sifat Mekanika KayuGaya-gaya yang mengenai (diberikan) pada kayu dapat berupa: 1. Gaya-gaya yang dapat memperbesar dimensi kayu 2. Gaya-gaya yang dapat memperkecil dimensi kayu 3. Gaya-gaya yang dapat menggeser dimensi kayu. Penetapan mekanika kayu biasanya setelah melalui pengujian (test standar) Adapun macam-macam tes/pengujian: 1. Keteguhan lengkung statik 2. Keteguhan tekan 3. Keteguhan pukul 4. Keteguhan sorong/geser 5. Keteguhan tarik 6. Keuletan kayu 7. Kekerasan kayu 8. Keteguhan belah b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan KayuKekuatan kayu tergantung pada faktor-faktor: 1. Suhu lingkungan 2. Sifat struktur anatomi kayu 3. Berat jenis 4. Kadar air 5. Lamanya pemberian gaya/muatan 6. Umur pohon dan kecepatan tumbuhnya c. Hubungan Kelas Kuat dan Penggunaan KayuSesuai dengan pengertian kekuatan kayu, maka kelas kuat kayu adalah kelas penggolongan kekuatan kayu. Dasar penggolongannya adalah hasil pemberian beban/muatan (yang diwujudkan dalam lengkung mutlak dan tekanan mutlak) pada berat jenis yang sesuai. Untuk keperluan praktek, beberapa kegunaan kayu tertentu harus mendapat dukungan kekuatan kayu misalnya: 1. Kegunaan kayu untuk bahan bangunan adalah:
2. Kegunaan kayu untuk plywood adalah:
3. Kegunaan kayu untuk bahan mebel kerajinan, adalah:
3. Sifat Kimia KayuSifat kimia kayu adalah sifat-sifat kayu yang berkaitan dengan kandungan zat kimia dalam kayu. Kimia kayu atau komponen kimia penyusun kayu, dibutuhkan keberadaannya dalam industri kimia yang mengolah kayu. Sebagai contoh yang nyata adalah industri rayon, seluloid, pulp & kertas dan sebagainya. Industri-industri ini memanfaatkan komponen kimia yang ada untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Komponen kimia kayu dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu: a. Komponen penyusun dinding sel, seperti: karbohidrat dan lignin b. Komponen pengisi rongga sel: zat ekstraktif. a. Komponen Penyusun Dinding SelAdalah komponen kimia yang menyatu di dalam dinding sel. Tersusun atas banyak komponen yang tergabung dalam karbohidrat dan lignin. Karbohidrat yang telah bebas dari lignin dan ekstraktif disebut juga dengan holoselulosa. Holoselulosa sebagian besar tersusun atas selulosa dan hemiselulosa. Selulosa merupakan komponen terbanyak dalam menyusun kimia kayu, dan secara umum merupakan komponen yang bermanfaat.
b. Komponen Pengisi Rongga SelZat pengisi rongga sel sering disebut dengan komponen ekstraneus, yang dominan diisi oleh zat ekstraktif. Zat ekstraktif merupakan kumpulan banyak zat seperti: gula, tepung/pati, tanin, resin, pektin, zat warna kayu, asam-asam, minyak-minyak, lemak dalam kayu dan sebagainya. Ada dua keungkinan kondisi ekstraktif ini yaitu: a. apabila tersusun lebih banyak jenis karbohidratnya maka suatu jenis kayu mudah diserang cendawan dan serangga lain perusak kayu, dan perlu diawetkan secara tradisional atau buatan apabila dikehendaki masa pakai yang lebih lama. b. Apabila tersusun lebih banyak jenis minyal-minyak, asam-asam dan garam-garam yang bersifat racun, maka kayu mempunyai sifat keaweten dan belum/tidak perlu diawetkan lagi, tetapi kalau masih ingin diawetkan dapat dilakukan dengan pengawetan buatan (kimawi). Daftar PustakaAnonim, 198c. Wood Handbook-Wood As an Engineering Material. United States Dept. of. Agriculture. Frest Service. Agric. Handbook 72. Washington Haygreen J.G dan J.L. Bowyer. 1989. Forest Product and Wood Science. Penerbit Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta Kasmudjo.2001a. Pengantar Teknologi Hasil Hutan Bag I. Identifikasi Kayu dan Sifat-sifat Kayu. Bag. Penerbian Fak. Kehutanan UGM. Yogyakarta. —-, 2010. Teknik Jitu Memilih Kayu untuk Aneka Penggunaan. Penerbit Cakrawala Media. Yogyakarta Martawijaya A.I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawiro. 1981. AtlasKayu Indonesia. Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. BP2P. Bogor. Martawijaya A.I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A Prawiro, K. Kadar 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. BP2H. Bogor. Panshin, A.J dan Carl de Zeeuw. 1974, Text Book of Wood Technology. Vol.I.Third.Ed. Mc. Graw-Hill Book Co. New York. Soenardi, 1976, Diktat Ilmu Kayu. Bagian Penerbitan Fak. Kehutanan UGM. Yogyakarta Zobel. B.J and Buijtenen. 1989. Wood Variation, Its Causes and Control. Springer-Verlag-Berlin Heildeberg-New York-Londong-Paris-Tokyo. Sumber: Judul: Teknologi Hasil Hutan Suatu Pengantar (Identifikasi Kayu, Sifat-Sifat Kayu, Teknologi Pengolahan Hasil Hutan, Potensi dan Prospek) Penulis: Kasmudjo Penerbit: Cakrawala Media
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut. FAKTOR-FAKTOR PERUSAK DALAM PENGAWETAN KAYU Keawetan kayu dikatakan rendah, bila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet. Dalam hal ini perlu diketahui apakah factor penyebabnya. Adapun factor penyebab kerusakan digolongkan menjadi:Penyebab non-makhluk hidup terdiri dari:
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU
JENIS PENGAWETAN KAYU
A. Pengawetan metode sederhana :
Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik:
2. Bahan pengawet larut minyak: Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
3. Bahan pengawet berupa minyak: Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain dalam arti mudah dan praktis. TEKNIK PENGAWETAN KAYU Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang, perlu juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern). Menyiapkan kayu yang akan diawetkan: Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak mungkin ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
CARA PENGAWETAN KAYU
URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
1. Metode Rendaman Keuntungan :
Kerugian :
Kerugian :
3. Metode Pelaburan dan Penyemprotan Keuntungan :
Kerugian :
4. Metode Pembalutan Keuntungan :
Kerugian :
5. Metode Vakum dan Tekanan
Kerugian :
PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYU Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
Page 2
|