Prinsip-prinsip pembelajaran penanaman nilai cinta lingkungan bagi anak usia dini

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap tindakan guru atau orang tua dalam melakukan suatu kegiatan pendidikan seyogyanya dilandasi oleh keputusan profesional yang diambil berdasarkan informasi dan pengetahuan yang sekurang-kurangnya meliputi 3 hal, yaitu apa yang diketahui tentang proses belajar dan perkembangan anak, apa yang diketahui tentang kekuatan, minat dan kebutuhan setiap individu anak di dalam kelompoknya, serta pengetahuan tentang konteks sosial kultural di mana anak hidup.

Hal yang perlu menjadi bahan pemahaman para guru dan orang tua dalam rangka menentukan pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar adalah pengetahuan tentang teknik membentuk tingkah laku anak. Teknik-teknik itu meliputi teknik memahami, mengabaikan, mengalihkan perhatian, keteladanan, hadiah, perjanjian, membentuk, merubah lingkungan rumah, memuji, mengajak, menantang, menggunakan akibat yang wajar dan alamiah, sugesti, meminta, peringatan atau isyarat, kerutinan dan kebiasaan, menghadapkan suatu problem, memecahkan perselisihan, menentukan batas-batas aturan, menimpakan hukum, penentuan waktu dan jumlah hukuman, serta menggunakan pengendalian secara fisik.

Pada usia Taman Kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh cognitive motivation aspects dan affective motivation aspects. Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous. Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan hetero-nomous karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.

Moralitas anak Taman Kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan orang lain (sosialisasi), cara berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan kebiasaan makan. Demikian pula, sikap dan perilaku anak dapat memperlancar hubungannya dengan orang lain. Penanaman moral kepada anak usia Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan berbagai cara dan lebih disarankan untuk menggunakan pendekatan yang bersifat individual, persuasif, demokratis, keteladanan, informal, dan agamis. Beberapa program yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan mengembangkan perilaku moral anak di antaranya dengan bercerita, bermain peran, bernyanyi, mengucapkan sajak, dan program pembiasaan lainnya.

  Perkembangan moral dan etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya. Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak Taman Kanak-kanak adalah adanya keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya. Hal yang bersifat substansial tentang pengembangan moral anak usia Taman Kanak-kanak di antaranya adalah pembentukan karakter, kepribadian, dan perkembangan sosialnya. Guru Taman Kanak-kanak harus menguasai strategi pengembangan emosional, sosial, moral dan agama bagi anak Taman Kanak-kanak. Guru Taman Kanak-kanak perlu untuk senantiasa mengadakan penelitian tentang pengembangan dan inovasi dalam bidang pendidikan bagi anak usia dini.

Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, melaksanakan/ menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai moral Menurut Piaget anak berpikir tentang moralitas dalam 2 cara/tahap, yaitu cara heteronomous (usia 4-7 tahun ), di mana anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia dan cara autonomous (usia 10 tahun keatas) di mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu diciptakan oleh manusia. Menurut Kohlberg, perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada level/tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat-akibat yang bersifat fisik dan hedonistik. Ada 4 area perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan atau pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan fisik, sosial emosional, kognitif dan bahasa. 

 Anak Indonesia memiliki perkembangan moral yang tidak jauh berbeda dengan anak di dunia pada umumnya. Faktor-faktor pembentuk munculnya perbedaan moral manusia diantaranya kenyataan hidup, tantangan yang dihadapi, dan harapan yang dicita-cita oleh komunitas manusia itu sendiri. Masalah yang paling penting dalam pendidikan moral bagi anak Indonesia adalah bagaimana upaya kita sebagai seorang guru Taman Kanak-kanak agar setiap perbedaan yang muncul dapat kita arahkan menjadi suatu materi pendewasaan sikap dan perilaku anak dalam sosialisasinya. Tidak ada salahnya kita sisipkan pendidikan multikultur kepada anak usia Taman Kanak-kanak sesuai dengan tingkat dan pemahaman mereka. 

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, maka dapat penulis rumuskan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :

1.      Apa hakikat aplikasi pengembangan moral di lembaga PAUD ?

2.      Apa hakikat penanaman nilai-nilai cinta lingkungan ?

3.      Apa hakikat penanaman nilai-nilai cinta tanah air ?

4.      Apa peran guru dalam pengembangan moral di lembaga PAUD ?

5.      Bagaimana penanaman nilai-nilai cinta lingkungan dan tanah air ?

1.3. Tujuan

            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui hakikat aplikasi pengembangan moral di lembaga PAUD.

2.      Untuk mengetahui hakikat penanaman nilai-nilai cinta lingkungan.

3.      Untuk mengetahui hakikat penanaman nilai-nilai cinta tanah air.

4.      Untuk mengetahui peran guru dalam pengembangan moral di lembaga PAUD.

5.      Untuk mengetahui penanaman nilai-nilai cinta lingkungan dan tanah air pada anak usia dini.



BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aplikasi Pengembangan Moral di Lembaga PAUD

2.1.1 Hakikat Aplikasi Pengembangan Moral di Lembaga PAUD

Pengembangan moral anak di taman kanak-kanak adalah suatu upaya pendidikan yang bertujuan mengenalkan aturan kehidupan manusia dalam konteks hubungan sosial di antara sesama manusia sejak dini. Upaya ini bukan saja seiring dengan kehidupan berbudaya, tetapi jauh lebih penting lagi sebagai proses regenerasi peradaban dalam rangka pelestarian etika, norma, dan nilai-nilai luhur kehidupan manusia sejak dini. Itulah urgensinya yang menyebabkan aplikasi pengembangan moral di lembaga PAUD menjadi suatu hal strategis dan tepat dilaksanakan.

Salah satu contoh aplikasi pengembangan moral di lembaga PAUD adalah mereka didekatkan dengan berbagai kegiatan yang kreatif dan menyenangkan, tetapi senantiasa diwarnai oleh pendekatan moral yang dimunculkan dalam bentuk kegiatan rutin ataupun spontan dan terprogram dengan baik. Anak diajak mengenal teman seusianya, saling memberi, meminjamkan sesuatu kepada yang membutuhkannya, dan membiasakan peduli serta sikap berterima kasih terhadap kebaikan orang lain. Tidak ubahnya konteks kehidupan mereka seperti sebuah miniatur kehidupan umat manusia.

Kehidupan anak-anak dalam konteks ilmu sosial tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Mereka memiliki naluri untuk bergaul, berteman, bersosialisasi, dan bermain bersama. Dunia mereka memang masih terbatas dari apa yang mereka ketahui dan belum memiliki banyak pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat abstrak. Bermain adalah dunia mereka, pekerjaan mereka dan aktivitas rutin mereka. Namun, kita jangan pernah menganggap bahwa dalam bermain itu tidak ada manfaatnya. Tidak jarang saat ini kita banyak menemukan orang tua yang melarang atau mengurangi hak anak untuk bermain dengan berbagai alasan. Mulai dari harus membantu pekerjaan orang tuanya, ingin memperoleh prestasi macam-macam dengan tambahan berbagai aktivitas les, dan karena takut anaknya mendapat pengaruh negatif dari pergaulan dalam bermain tersebut.

Adapun pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak (K.Prent, et al dalam Soenarjati 1989 : 25). Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila (Amin Suyitni, dalam Soenarjati 1989 : 25). Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.Terkait dengan persoalan moral, para ahli psikologi dan ahli filsafat tidak didapatkan kata sepakat mengenai persoalan apa sebenarnya yang membentuk suatu masalah moral.

Namun demikian sebagian para ahli sependapat bahwa masalah moral akan muncul manakala terjadi suatu pertentangan ataupun konflik mengenai persolan tujuan, rencana, hasrat ataupun keinginan serta harapan manusia. Kepekaan seseorang mengenai kesejahteraan dan hak orang lain merupakan pokok persoalan ranah moral. Kepekaan tersebut mungkin tercermin dalam kepedulian seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi orang lain, dan dalam orientasinya terhadap pemilikan bersama serta pengalokasian sumber pada umumnya. Ketika anak-anak berhadapan pada pertentangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka diharapkan teori developmental dapat mengatasinya. Dengan kata lain, teori ini memusatkan perhatian secara khusus pada bagaimana cara anak-anak menghadapi pertentangan tersebut.

Selain itu, proses yang mereka lakukan dalam menyelesaikan permasalahan moral dapat untuk memotivasi agar memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan untuk merasa tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang lain (Marthin L. Hoffman, 1992: 470).Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai secara komprehensif seperti telah dituliskan di muka. Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan mengatasi konflik, dan perilaku yang baik, jujur, dan penyayang (kemudian dinyatakan dengan istilah ”bermoral”). Tujuan utama pendidikan moral adalah menghasilkan individu yang otonom, memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan moral mengandung beberapa komponen yaitu: pengetahuan tentang moralitas, penalaran moral, perasaan kasihan dan mementingkan kepentingan orang lain, dan tendensi moral (Darmiyati Zuchdi, 2003:13).

2.1.2 Program Kegiatan Aplikasi Moral di Lembaga PAUD

Pelaksanaan program kegiatan aplikasi moral di lembaga PAUD adalah wujud dari pentingnya manusia sejak usia dini mengenal arti dari aturan kehidupan di dunia ini. Sekecil apapun ruang lingkup kehidupan manusia niscata memerlukan aturan agar dalam perjalanannya mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban hidup. Kita perlu mengenal setiap orang di sekitar kita, baik dari jenis kelamin, sifat, watak maupun karakter dasarnya. Dengan pemahaman seperti itu, manusia diharapkan dapat hidup selaras, serasi dan seimbang ketika bersosialisasi dengan sesamanya.

Pengetahuan kita tentang hakikat anak didik dalam kaitannya dengan pembentukan karakteristik ini penting dalam memprediksikan atau memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan/dibuat, bahan yang dibutuhkan, interaksi apa yang perlu ada, atau pengalaman apa yang harus anak rasakan secara aman, cara menjaga kegiatan tersebut agar sesuai dengan prinsip kesehatan bagi anak, cara menarik minat anak, dan mendesain suatu kegiatan yang menantang anak, tetapi dapat dicapai oleh anak itu sendiri.

Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.

Esensi lain yang perlu menjadi bahan pemahaman guru dan para orang tua dalam menentukan berbagai kegiatan dan pendekatan yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar adalah pengetahuan tentang teknik membentuk tingkah laku anak yang sesuai nilai-nilai moral. Teknik-teknik itu meliputi hal berikut :

1.      Memahami

Tingkah laku anak harus dipahami guru dengan sewajarnya walaupun tampak mengesalkan, menjengkelkan dan merepotkan. Akan tetapi, bukan berarti guru menyetujui sepenuhnya, melainkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2.      Mengabaikan

Tingkah laku yang tidak pantas dihilangkan dengan cara mengabaikan, misalnya iika anak merengek-rengek. Dengan catatan, sejauh itu tidak berbahaya, orang tua harus konsisten dengan sikapnya dan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga walau membutuhkan kesabaran dan keteguhan. Jangan pernah membiarkan adanya oknum dari anggota keluarga yang memberikan sikap kontradiktif dengan kita. Sangatlah kurang bijaksana apabila di hadapan anak ada model bahan perlindungan negatif bagi diri anak yang pada akhirnya akan turut membentuk kepribadian ganda anak.

3.      Mengalihkan perhatian

Mengalihkan kegiatan anak dari kegiatan negatif dengan cara mengajukan pertanyaan ke arah lain, mengajak melakukan sesuatu dan menyuruh melakukan kegiatan lain.

4.      Keteladanan

Keteladanan lebih efektif daripada kata-kata pengaruh. Tingkah laku orang tua dan guru lebih penting dari usaha orang tua yang dilakukan secara sadar untuk mengajar anak. Anak lebih memerlukan teladan daripada kritik.

5.      Hadiah

Makin banyak orang tua atau guru tentang kesenangan anak, makin efektif cara menentukan jenis hadiah. Ada dua cara memberikan hadiah, memberi tahu anak bahwa ia akan diberi hadiah bila ia bertingkah laku positif dan memberikan hadiah setelah anak bertingkah laku positif tanpa diberi tahu terlebih dahulu.

6.      Perjanjian

Mengadakan persetujuan formal yang tertulis antara anak dan orang tua atau guru sehingga tuntutan lebih jelas dan berisi syarat-syarat tingkah laku dan hadiah. Ini diperlukan untuk anak yang tidak atau kurang mempunyai motivasi dan menghindari percekcokan.

7.      Membentuk

Mengubah tingkah laku anak yang cukup kompleks dengan cara membagi tugas menjadi komponen-komponen, melakukan secara bertahap, mengatur tingkat kesulitan tugas, dan memberi hadiah untuk setiap komponen. Contohnya anak memakai pakaian seragam sekolah sendiri dengan rapi.

8.      Mengubah lingkungan rumah

Mencegah tingkah laku negatif lebih efektif daripada memperbaikinya. Ini dilakukan dengan cara menambah, mengurangi, dan merapikan kembali lingkungan di sekitar anak.

9.      Memuji

Dorongan yang cukup kuat pada setiap orang adalah ingin dianggap penting. Pujian memberikan rasa berharga, mampu, dan percaya diri pada anak. Hal ini sangat penting pada anak yang rendah diri dan pemalu. Tingkah laku positif apabila tidak diuji akan melemah atau hilang.

10.  Mengajak

Caranya dengan memengaruhi anak untuk melakukan sesuatu yang membangkitkan perasaan, dorongan dan cita-cita daripada logika/intelektual. Strategi yang dapat dilakukan adalah kata-kata mengimbau, dramatisasi serta meningkatkan kualitas ajakan.

11.  Menantang

Memberi tantangan yang bersifat bersahabat lebih efektif terhadap anak yang dianggap mampu, tetapi kurang motivasi, dan sangat efektif untuk anak balita. Cara ini cocok dilakukan untuk tugas-tugas sederhana.

12.  Menggunakan akibat yang wajar dan alamiah

Membiarkan anak untuk belajar mengalami

13.  Sugesti

Memasukkan sesuatu pikiran ke dalam jiwa anak. Sugesti tidak melakukan tekanan sehingga anak bebas untuk melakukan sikap. Lebih efektif bila yang memberikannya

14.  Meminta

Mengimbau anak untuk melakukan sesuatu bagi orang tua. Anak akan memenuhi permintaan bila ada hubungan positif antara orang tua dan anak. Orang tua harus bersedia menerima jawaban “ya” atau “tidak” walaupun saat memerintah jawaban yang dikehendaki orang tua adalah “ya” orang tua yang bijak akan lebih sedikit menggunakan perintah dan lebih sering menggunakan permintaan, sugesti atau ajakan.

15.  Peringatan atau isyarat

Peringatan bias isyarat verbal atau nonverbal dan harus dibedakan dengan omelan. Peringatan bersifat objektif, sedangkan omelan bersifat emosional.

16.  Kerutinan dan kebiasaan

Kegiatan ini merupakan penanaman disiplin sehari-hari. Kebiasaan harus dilaksanakan dengan konsisten, baik oleh orang tua maupun anak. Penyimpangan terhadap aturan ini jangan ditoleransi.

17.  Menghadapkan suatu problem

Beritahukan kepada anak secara jelas bahwa tingkah laku mereka menimbulkan suatu masalah yang tidak menyenangkan orang lain.

18.  Memecahkan perselisihan

Penyelesaian konflik dengan teman-teman yang lain lebih efektif dengan argumentasi yang logis daripada penyelesaian dengan berkelahi.

19.  Menentukan batas-batas aturan

Agar batasan efektif, perlu mengacu hal-hal berikut ini:

a.       Jangan terlalu banyak pembatasan

b.      Batasan harus jelas dan spesifik

c.       Aturan harus konsisten

d.      Berkatalah dengan kata yang menunjukkan cara positif

e.       Beri suatu tenggat

f.       Bangunlah hubungan timbal balik

g.      Harapkanlah kerelaan

h.      Bertahap

i.        Berikan kesempatan anak untuk memberi pertimbangan

j.        Tinjauan berkala

k.      Mendesak

l.        Beri pujian

m.    Beri umpan balik

n.      Beri pilihan

o.      Tingkatkan pengaturan diri sendiri

p.      Buatlah suatu pernyataan positif daripada yang negatif

q.      Menggunakan permintaan

r.        Menggunakan pengurangan secara bertahap

s.       Disertai keyakinan

20.  Menimbulkan hukuman

Hukuman terdiri atas hukuman saat melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan, pencabutan suatu kesenangan, dan menimpakan kesakitan baik kejiwaan maupun fisik.

Berikut ini adalah pedoman dalam menjatuhkan hukuman :

a.       Jelas dan terang

b.      Menunjukkan alternatif yang dapat diterima

c.       Tingkah lakunya yang dicela bukan anaknya

d.      Konsisten

e.       Kembangkan suatu hubungan yang bersifat kasih sayang

f.       Kumpulkan semua fakta

g.      Penggunaan hukuman hanya sebagai usaha terakhir

h.      Waktu yang secepatnya

i.        Beri hadiah untuk tingkah laku yang positif

j.        Perhatikan efek hukuman bagi anak

k.      Melibatkan anak

l.        Tenang dan objektif

m.    Adil

n.      Tidak ada hukuman ganda

o.      Harus bersifat pribadi

p.      Usahakan pencegahan

q.      Gabungkan dengan dukungan pada anak

r.        Turut mengalami

s.       Berilah suatu peringatan

t.        Hindari kecenderungan untuk menjadi orang tua yang sempurna

21.  Penentuan waktu dan jumlah hukuman

Penjatuhan hukuman akan lebih baik jika segera dilakukan ketika perbuatan salah itu dilakukan dan jangan menunda-nunda hukuman. Anak akan lebih cepat mempelajari suatu tingkah laku baru, jika mereka diberi penguatan berupa sanksi, setiap mereka melaksanakan tingkah laku itu. Hal yang terbaik adalah pemberian penguatan sebanyak mungkin sampai dia menguasai dan memiliki tingkah laku tertentu dan selanjutnya berilah penguatan itu sekali-kali saja.

22.  Menggunakan pengendalian secara fisik

Metode ini hanya dapat digunakan jika segala teknik untuk mempengaruhi anak telah dilakukan dan menemui kegagalan. Sewaktu menggunakan paksaan secara fisik, orang tua harus tetap tenang dan teguh. Tunjukkan ketetapan hati dan bukan permusuhan. Hindari suara teriakan dan tatapan mata yang melotot. Jelaskan alasan menggunakan paksaan fisik, yaitu orang tua telah memberi peringatan akan konsekuensi-konsekuensinya tetapi anak melanggarnya terus.

2.1.3 Penerapan Pengembangan Moral di Lembaga PAUD

Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Suyanto,  2005: 67). Mengingat moralitas merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perkembangan moralnya.

Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Goleman (1997) dan Megawangi (2004) dalam Aisyah dkk. (2007: 8.41 – 8.42), bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman kanak-kanak. Menurut Schweinhart (Aisyah dkk., 2007: 8.42), pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak selanjutnya.

Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi (Aisyah, 2007: 8.45), pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

1)      Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.

2)      Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal secara baik anak didiknya.

3)      Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.

4)      Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

Dalam kaitannya dengan penerapan pengembangan moral di lembaga PAUD, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, program ini akan dapat dilaksanakan dengan banyak alternatif. Mulai dari program terintegrasi, program sisipan, ataupun program khusus. Contoh penerapan pengembangan moral dan nilai-nilai agama bagi anak usia dini dapat diwujudkan dalam berbagai macam variasi kegiatan berikut :

1.      Kegiatan rutin sehari-hari (bersalaman dengan guru, dan teman saat datang ke sekolah)

2.      Menyapa dengan salam keselamatan pada pagi hari, siang hari, sore hari dan saat waktu tertentu

3.      Bermain bersama di luar kelas dengan membiasakan budaya antre saat menggunakan mainan bergantian

4.      Belajar membantu teman dengan meminjamkan barang atau mainan yang dibutuhkan teman

5.      Berdoa sebelum melakukan segala sesuatu

6.      Memanfaatkan metode bercerita dan mendongeng sebagai wahana penanaman moral kepada anak secara tersembunyi

7.      Memanfaatkan buku cerita dengan penekanan pengenalan nilai moral kehidupan

8.      Memanfaatkan peringatan keagamaan dan melibatkannya sebagai momentum untuk mendekatkan dan memberi pengalaman nyata kepada anak dalam penanaman moral dan nilai-nilai agama.

2.2. Aplikasi Penanaman Nilai-Nilai Cinta Lingkungan

2.2.1.  Hakikat Aplikasi Penanaman Cinta Lingkungan

Terdapat suatu kondisi tempat kehidupan manusia yang menyenangkan, penuh pesona, memancing pertanyaan dan dapat dinikmati. Alam dunia dan seisinya adalah lingkungan terbesar bagi manusia termasuk anak usia dini. Pengalaman dan pengetahuan baru akan mudah di peroleh anak apabila mendapatkan kesempatan menikmati lingkungan di sekitar hidupnya.

Dari lingkungan anak akan mampu menangkap banyak pengetahuan dan pengalaman nyata dan berbagai kesempatan untuk bertanya tentang alam lingkungan dan sekitarnya. Anak usia dini masih peka terhadap sesuatu karena didorong oleh rasa keingintahuannya (curiocity) yang tinggi.

Sebagai makhluk sosial, manusia sejak dini perlu diperkenalkan hakikat lingkungan disekitar hidupnya. Sesuai dengan julukkan zoon politicon, manusia memiliki kecenderungan untuk bergaul dan saling bergantung dengan sesama. Pengertian yang demikian harus diperkenalkan kepada seluruh anak usia dini agar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik bahwa segala sesuatu yang ada diluar dirinya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh dirinya, itulah hakikat lingkungan.

Salah satu unsur yang erat kaitannya dengan masalah lingkungan adalah memperhatikan hal – hal terdekat dengan diri anak.mulailah mengenalkan hakikat lingkungan anak dengan dirinya sendiri, keluarga, tanaman, binatang, pekerjaan, kendaraan, sampai berbagai peristiwa anak yang mungkin belum pernah dialami anak. Ruang lingkup tersebut sesuai dengan pola pikir (mindset) anak yang akan mudah mengenal dan memahami apabila dialami yang terdekat dengan dirinya.

Cinta dalam konteks ini adalah cinta terhadap lingkungan sekitar kita. Cinta yang terpelihara akan memunculkan sikap dan perilaku yang penuh kasih sayang terhadap siapapun dan apapun.  Tidak setiap orang mampu melakukan itu meski setiap orang memiliki cinta dalam hatinya. Hal yang membedakan adalah proses penanaman cinta dalam konteks pendekatan pendidikan.

Pendidikan anak usia dini adalah gerbang pertama dan utama yang memberikan kontribusi (sumbangan) pada pembentukan fondasi karakter manusia. Keterlibatan pendidik bagi anak usia dini sangat mempengaruhi bagaimana anak memperoleh nilai dan arti cinta lingkungan.

Dasar perhatian, cinta dan kasih sayang baik dari orang tua maupun orang di sekitar akan berdampak baik bagi pertumbuhan dan perkembangan, jika sebaliknya akan berdampak buruk bagi anak.

Kontak fisik dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap perkembangan kejiwaan anak di kemudian hari.

Kesepakatan bersama antara menteri Negaara Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kep 07/MNLH/06/2005 – Nomor 05/VI/KB/2005 tentang pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup yang di tandatangani pada 3 juni 2005 di Jakarta. Tujuan dari kesepakatan bersama yaitu :

1.      Kerjasama diantara kedua belah pihak.

2.      Pengetahuan dan pemahaman mengenai wawasan lingkungan hidup kepada peserta didik dan masyarakat.

3.      Mutu sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup.

Ruang lingkup kesepakatan bersama :

1.      Koordinasi dalam penyusunan program pendidikan lingkungan hidup jangka pendek, menengah dan panjang.

2.      Pengembangan pendidikan lingkungan hidup sebagai wadah / sarana menciptakan perubahan perilaku manusia yang berbudaya lingkungan.

3.      Peningkatan pendidikan lingkungan hidup pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

4.      Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di bidang pendidikan lingkungan hidup.

5.      Peningkatan peran serta untuk berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan hidup.

Tidak saja berkaitan erat dengan lingkungan dalam arti fisik, namun juga perlu ditingkatkan dalam kesadaran setiap manusia untuk peduli dengan orang di sekitar. Seiring berjalannya waktu anak usia dini akan mengenal berbagai hal dari lingkungan :

1.       Cinta Lingkungan disekitar Diri Sendiri

Pemahaman diri sendiri di mulai dari kemampuan penerimaan jenis kelamin, peran dan fungsi perbedaan kelamin, mendorong anak untuk memerankan hakikat dirinya sendiri. Secara progresif diharapkan anak mampu melakukan berbagai aktivitas sebagai wujud tanggung jawab pribadi, seperti melakukan kebiasaan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan rutinsebagai wujud dari cinta lingkungan disekitar dirinya. Dan dapat dikaitkan dengan tema “Diri Sendiri/aku”.

2.       Cinta Lingkungan disekitar keluarga

Keluarga adalah institusi perdana yang akan membentuk kehandalan sebuah masyarakat kecil. Dalam dunia pendidikan, sebagian besar presentase pembentukan karakter dan kehidupan anak di tentukan oleh pola asuh keluarga. Apabila keluarga mendidik anak dengan penuh kasih sayang maka pastilah seluruh anggota keluarga akan mencintai lingkungan di sekitar keluarga, dan dapat di kaitkan dengan tema “diri sendiri/Keluarga”.

3.       Cinta Lingkungan disekitar tanaman

Global warning & climates change (pemanasan global & perubahan iklim), fenomena alam yang berkaitan erat dengan kelestarian alam ini sangat mendunia sehingga anakpun mengenalnya. Upaya penyadaran diri dan bukti kecintaan terhadap lingkungan alam, sejak awal anak didekatkan pada tanaman / tumbuhan, sangat baik diperkenalkan kepada anak dalam wujud mengenalkan berbagai tanaman, cara menanam, merawat, menyiram, memupuk,  fungsi dan manfaat menanam dan menjaganya yang akan memberikan pengetahuan betapa pentingnya tanaman. Manusia memiliki tingkat kesadaran yang tinggi yaitu menjaganya dari hal apapun. Pengembangan nilai moral cinta lingkungan di sekitar tanaman dikaitkan dengan tema “Lingkunganku/tanaman”.

4.       Cinta Lingkungan disekitar binatang

Selain menciptakan manusia Allah juga menciptakan tumbuhan, gunung, tata surya dan binatang.kesadaran untuk melestarikan binatang tentu dapat dijadikan wahana edukasi, seperti mengunjungi tempat pemerahan sapi, peternakan unggas, dan sebagainya. Dari pendekatan fieldtrip ini anak akan menjadikan kesan mendalam dari apa yang mereka lihat. Cinta lingkungan disekitar binatang dapat dikaitkan dengan tema “Lingkunganku/Bintang”

5.       Cinta Lingkungan disekitar pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang  dimiliki seseorang yang sesuai dengan keahliannya. Pendekatannya dapat dimulai dengan berbagai macam pekerjaan. Cinta lingkungan disekitar pekerjaan dikaitkan dengan tema “pekerjaan/profesi”.

6.       Cinta Lingkungan disekitar kendaraan

Berkendaraan adalah kebutuhan bagi setiap orang, aktivitas yang begitu banyak saat ini kehidupan manusia menjadikan antara kendaraan dan aktivitas hidup ridak dapat dipisahkan, sehingga masalah polusi udarapun muncul dimana – mana. Permasalahan ini patut kita kenalkan terhadap anak didik kita. Cinta lingkungan disekitar kendaraan dikaitkan dengan tema “Transportasi”.

7.       Cinta Lingkungan disekitar lingkungan hidup

Pendidikan lingkungan hidup bagi anak usia dini sama artinya dengan mengenalkan mereka terhadap berbagai hal yang ada dialam.pendidikan lingkungan hidup harus mempertimbangkan lingkungan sebagai totalitas alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial. Pendidikan lingkungan hidup harus mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisiplin dengan menarik ciri / isi spesifik dari disiplin ilmu sehingga memungkinkan pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang yang dapat dilakukan dengan cara :

a)        Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama

b)        Secara eksplisit (memmpertimbangkan / memperhitungkan)

c)        Meningkatkan kemampuan peserta didik.

d)       Menghubungkan (relating) kepekaan terhadap lingkungan hidup.

e)        Membantu peserta didik untuk menemukan (discover) gejala dan penyebab masalah lingkungan.

f)         Memberikan tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan.

Beberapa hal yang patut direnungkan :

1)      Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Buku Catatan

Pendidikan Lingkungan Hidup dan kependudukan dimasukkan dalam pendidikan formal, yang dilakukan secara terintregasi dengan mata ajaran yang telah ada.

2)      Pendidikan Lingkungan Hidup : bahan dasar yang dilupakan

Puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan Lingkungan Hidup memasukkan aspek efektif yaitu tingkah laku nilai dan komitmen untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan. Beberapa cara untuk menyelesaikan masalah; berkomunikasi.

Inti dari 3 pilar yaitu :

a.      Pilar ekonomi, menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah lingkungan

b.      Pilar sosial, menekankan pada upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

c.      Pilar lingkungan, menekankan pada pengelolaan SDA dan lingkungan yang berkelanjutan.

Aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan diatas :

a)      Aspek afektif

b)     Aspek kognitif

c)      Aspek sosial

d)     Aspek sensori motorik

e)      Aspek lingkungan

3)      Pendidikan Lingkungan Hidup : terjerumus diurang pembebanan baru

Sebagai ruang dari peningkatan kapasitas anak bangsa, dimulai dengan cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi.

4)      Pendidikan Lingkungan Hidup : duduk diam dan bercerminlah

2.2.2 Pendekatan dan Metode Pendidikan Lingkungan Hidup

            Sebagai sebuah upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen masyarakat agar memiliki kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya kelestarian lingkungan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup memerlukan metode atau pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok sasaran yang dihadapi. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan atau metode yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar.

1.       Pendekatan Tatap Muka

Meliputi metode ceramah, diskusi, studi kasus dan ekskursi. Yaitu metode pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap kondisi riil.

2.       Pendekatan nontatap muka

Yaitu instruktur / pengajar / narasumber tidak bertemu dengan para peserta.

3.       Metode Pembelajaran

Didasarkan kelompok umur :

a.    Umur 7 – 8, 11 – 12 tahun (setingkat SD) menggunakan logika dalam memecahkan masalah

b.   Metode yang disarankan yaitu aktivitas dan permainan untuk mengajarkan konsep.

2.2.3.     Teknik – teknik Dasar Presentasi Dalam Pendidikan Lingkungan Hidup

Perlu diingat bahwa sebuah presentasi tidak hanya membawa misi untuk :

1.      Memberi informasi

2.      Memberi ilustrasi

3.      Memutuskan suatu materi

4.      Mendiskusikan suatu materi

Akan tetapi, lebih penting lagi bahwa presentasi membawa misi untuk dapat:

1.      Membangkitkan antusiasme audiens (anak usia dini khususnya)

2.      Melakukan persuasi (bujukan)

3.      Membuat audiens mampu mengajukan pertanyaan

4.      memotivasi

Oleh karena itu, dalam sebuah penyajian presentasi kita patut mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

1.      Pentingnya menciptakan suasana yang tepat dan membawakan sikap yang tepat pada saat menyajikan dan sifat presentasi

2.      Tepat, menyesuaikan gaya untuk menyajikan presentasi.

3.      Melakukan persiapan sebelum presentasi.

4.      Memahami metode penyampaian data.

5.      Pendekatan profesional terhadap penggunaan alat – alat bantu audiovisual.

6.      Penggunaan bahasa secara terkendali dan terencana (ucapan jelas dan ringkas).

2.3 Aplikasi Penanaman Nilai-Nilai Cinta Tanah Air

2.3.1 Hakikat Aplikasi Penanaman Nilai-Nilai Cinta Tanah Air

Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal. Yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan.

       Cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam Undang - Undang. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan kesediaan berkorban membela negara.

       Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa setiap individu sejak usia dini yang menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai. Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.

           Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkan rasa bangga terhadap tanah airnya melalui proses pendidikan. Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkan dengan memberikan pengetahuan dan dengan membagi dan berbagi nilai-nilai budaya yang kita miliki bersama. Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.

2.3.2 Mempertebal Cinta Tanah Air

            Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa adalah sarana untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta bernegara dalam kehidupan bermasyarakat. Kehendak bangsa untuk bersatu dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia merupakan syarat utama dalam mewujudkan nasionalisme. Dengan demikian, tidak pada tempatnya untuk mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan golongan. Kehendak untuk bersatu sebagai suatu bangsa memiliki konsekuensi siap mengorbankan kepentingan pribadi demi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Tanpa adanya pengorbanan, mustahil persatuan dan kesatuan dapat terwujud. Malah, sebaliknya hal itu akan dapat menimbulkan perpecahan. Inilah yang telah dibuktikan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

            Di samping itu, perlu dikembangkan semangat kebanggan dan kebangsaan dalam tiap individu rakyat Indonesia. Kebanggaan yang harus dikembangkan adalah kebanggaan yang dapat dirasakan oleh seluruh bangsa sehingga kehendak untuk bersatu masih tetap berakar dalam hati sanubari. Di sisi lain semangat kebangsaan dalam suatu bangsa yang terbangun sejak zaman kemerdekaan lalu masih tetap relevan dengan dunia masa kini. Bagi Indonesia, rumusan paham kebangsaan telah tercantum dengan jelas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

2.3.3 Menanamkan Sikap Cinta Tanah Air dan Berwarganegara

            Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada. Sebagai generasi penerus bangsa hendaknya kita dapat mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat yang merugikan diri sendiri atau masyarakat. Sebagai generasi mudak kita juga harusnya dapat berperan seperti para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Para pahlawan berani mengorbankan diri karena mereka mencintai tanah airnya. Mereka mencintai rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.

       Rasa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan berbagai macam cara. antara lain adalah:

1.    Sebagai pelajar kita harus bertanggung jawab. Dengan belajar sungguh – sungguh dan tekun.

2.    Mencintai produk-produk dalam negeri. Karena sekarang ini banyak sekali produk asing. Untuk itu sebagai warga negara yang cinta tanah air tetap mencintai produk dalam negeri.

3.    Bangga sebagai bangsa Indonesia. Kebanggaan itu antara lain diwujudkan dengan menggunakan bahasa Indonesia, mencintai dan mempertahankan budaya Indonesia.

4.    Upacara setiap hari senin dan hari – hari besar Negara.

       Mengenang kembali jasa pahlawan/pejuang kemerdekaan dan melakukan intropeksi pada diri kita mengenai kontribusi yang diberikan untuk mengisi kemerdekaan, merupakan cara yang dapat kita lakukan sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai rasa cinta Tanah Air dalam memaknai kemerdekaan. Mengenang jasa pejuang kemerdekaan bukan hanya mengetahui sejarah perjuangan mereka. Kita harus bisa menjadikan perjuangan mereka sebagai motivasi untuk berjuang memberikan sesuatu yang terbaik bagi bangsa Indonesia.

       Cara memaknai kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan susah payah oleh pahlawan kemerdekaan dengan membuktikan rasa cinta Tanah Air kita, yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan negara, mencintai produk dalam negeri, dan belajar dengan tekun.

2.3.4 Cinta Tanah Air Dengan Cara Melestarikan Budaya

Budaya Indonesia memang memiliki nilai yang unik dan dapat menggugah ketertarikan dari warga mancanegara di belahan dunia. Namun sayangnya budaya yang beraneka ragama ini tidak banyak dicintai oleh warganya sendiri. Terbukti, warga kita lebih tertarik budaya luar.

Salah satu sikap yang dapat kita tunjukan bahwa kita cinta tanah air adalah dengan melestarikan budaya di tanah air-nya, dan di bawah ini saya akan membahas tentang cara melestarikan suata budaya yang terdapat disuatu negara, khususnya negara kita tercinta negara Republik Indonesia. Saat ini banyak sekali budaya kita yang diakui oleh negara – negara lain, sekarang saatnya kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.

Kebudayaan merupakan cermin dari suatu bangsa, dimana  kebudayaan suatu bangsa dapat dikenal oleh seluruh dunia, tinggal bagaimana kita melestarikan suatu kebudayaan yang kita miliki sekarang, jaman moderenisasi tidak harus menggilas kebudayaan yang sudah ada yang menjadi kebanggaan kita dari dulu, tapi bagaimana jika tren moderenisasi yang harus mengikuti kebudayaan kita, itu yang harus dipikirkan bersama oleh semua pihak. Indonesia sudah sangat dikenal dengan berbagi kebudayaan-nya, karena Indonesia memiliki beragam suku yang juga memiliki beragam kebudayaan yang berbeda – beda dari setiap suku. Kebudayaan merupakan hasil karya seni yang indah dan mengagumkan, sesuatu yang dapat merangangsang panca indra dan dapat membuat kita takjub akan keindahan seni. Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, hampir disetiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda.  

Di Indonesia kebudayaan dapat terbagi menjadi beberapa karya seni, seperti Tarian, Pakaian adat, Makanan khas dan masih banyak lagi. Di daerah jawa banyak dihuni oleh suku jawa, namun setiap daerah di jawa juga memiliki kebudayaan yang berbeda tapi agak mirip. Seperti seni tarian, pakaian adat dan makanan Khas daerah masing – masing. Di daerah Sumatra juga memiliki banyak kebudayaan pada setiap daerahnya, dan begitu juga di daerah – daerah di Indonesia lainnya. “Bagaimana usaha kita untuk melestarikan budaya tersebut?”, itulah yang harus sama – sama kita fikirkan dan harus kita lakukan, banyak kebudayaan kita yang diakui oleh Negara – Negara tetangga. “apakah kita rela?”, jawabannya tentu tidak, maka dari itu kita harus tetap melestarikan budaya kita. Janaganlah kita terlena dan mengikuti budaya luar, yakinlah dengan budaya kita sendiri dan jangan gengsi dengan budaya yang kita miliki.

2.3.5 Peran Guru Dalam Pengembangan Moral dan Penanaman Nilai-Nilai Cinta Lingkungan dan Tanah Air

Menurut Puji Triwidodo (2008), ada indikasi bahwa anak didik Indonesia saat ini kurang memiliki minat terhadap pendidikan moral dalam pembelajaran di sekolah. Ini merupakan problem besar bagi bangsa. Masa depan bangsa berada di tangan generasi muda, khususnya pelajar. Mereka adalah harapan kita. Sudah sepantasnya energi dan perhatian kita curahkan kepada pelajar demi terwujudnya masa depan bangsa yang memiliki ketahanan nasional yang tangguh.

Menurut Taufik Abdullah, mantan ketua LIPI, krisis nasionalisme yang dialami bangsa Indonesia merupakan hasil sebuah proses kompleks sejarah kepemimpinan nasional yang memberikan dampak pada jiwa-jiwa rakyatnya. Ancaman dan hambatan pelajar dalam menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air adalah lingkungan dan globalisasi. Mereka adalah digital native, lahir dan besar di era digital. Mereka lahir di masa yang memanjakan fisik dan mobilitas seseorang, yaitu pelajaran mengenai tugas dan kewajibannya sebagai warga Negara dianggap sebuah hal yang membosankan.

2.3.6 Pelaksanaan Pendidikan Cinta Tanah Air

Anak memiliki minat untuk mengetahui banyak hal, bahkan sangat responsif dengan apapun yang seyogyianya dia harus respon. Momentum ini seharusnya kita kelola dengan berbagai program. Salah satu diantaranya adalah memberikan pembelajaran tentang pendidikan cinta tanah air Indonesia.

Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengucapkan Pancasila. Meskipun lagu Indonesia Raya masih sulit dan panjang untuk ukuran anak usia dini, tetapi dengan membiasakan mengajak menyanyikannya setiap hari Senin, maka anak akan hafal dan bisa memahami isi lagu.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.

Dalam kurikulum, guru dapat memasukkan tema “Negaraku”. Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah bagaimana konseptual tersebut dapat lebih efektif mencapai sasaran yang diharapkan. Bukan hanya selesai mencapai target, tetapi bagaimana dampak pengiring kelak dikemudian hari dapat terefleksikan dalam kepribadian anak didik sepanjang hayatnya.

Menciptakan kedamaian bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air. Sehingga suatu saat nanti, dan saat tumbuh dewasa mereka dapat menghargai betapa pentingnya mencintai tahan air ini, negeri ini, khusnya bagi bangsa dan negara, dan bisa berwarganegara dengan baik, mempunyai rasa cinta yang tinggi terhadap negaranya, dan sekaligus bisa mengharumkan bangsa dan negaranya. Diharapkan bahwasaanya menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. dan tidak terpelosok ke dalam lubang salah slama ini, banyak sekali saat ini kejadian - kejadian yang mencengangkan bagi kita, yang menurtnya tidak layak menjadi layak, ini dikarnakan mempunyai pengetahuan yang kurang cukup baik di dalam lingkungan sekitar oleh karna itu kita harus bisa menanamkan rasa cinta tanah air.

          Yang tidak kalah menariknya adalah menanamkan rasa cinta tanah air melalui lagu. Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan musik, anak akan merasa senang, gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini. Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah termasuk dalam menciptakan lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan memutuskan masalah, tidak cepat putus asa. Sedangkan jika tujuannya hanya untuk memperdengarkan musik pada anak, bisa dengan lagu atau instrumen musik yang lebih halus dan tenang. Misalnya, lagu Kebangsaan Indonesia Pusaka, Syukur, Tanah Air dan Bagimu Negeri.

            Di tahapan pendidikan anak usia dini banyak hal yang dapat kita lakukan dalam pelaksanaan pendidikan cinta tanah air Indonesia yaitu:

1.      Menyusun program sekolah berbasis karakter kebangsaan

2.      Menyusun program kurikulum lokal dengan memperkaya muatan lokal dari seluruh provinsi yang ada di Republik Indonesia

3.      Menyusun program dari setiap satuan mingguan dan harian yang terintegrasi dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia

4.      Memanfaatkan setiap event peringatan hari-hari nasional dengan optimal

5.      Membiasakan hidup bangga sebagai bangsa Indonesia

6.      Mendekatkan anak didik dengan karya-karya anak bangsa Indonesia

7.      Mengunjungi berbagai produk/karya anak bangsa

8.      Menggunakan produk/karya anak bangsa Indonesia  

9.      Membuat berbagai penampilan siswa yang bermisikan nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia

10.  Membiasakan menghafal dan menyanyikan lagu-lagu karya anak bangsa, semangat patriotism dan nasionalisme Indonesia.

BAB III

KESIMPULAN

Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral.

Sikap cinta tanah air perlu ditanamkan sejak usia dini, agar sebagai generasi penerus bangsa dapat mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. karena peyimpangan dapat merugikan diri sendiri tapi juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara. Karena nilai-nilai kebudayaan begitu pula dengan semangat persatuan dan kesatuan kita yang juga perlu ditanamkan sejak dini. Perwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus kita laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada. Semangat persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat harus dijaga guna mempererat tali persaudaraan, saling melindungi, perdamaian dan kenyamanan pun akan terjaga. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Karena nilai-nilai kebudayaan bangsa mencerminkan cinta kita terhadap bangsa dan negara



DAFTAR PUSTAKA

Lilis Suryani dkk. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suyanto, S. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.


Wantah, Maria J. (2005) Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.